Bagian 25 : Kebenaran

605 89 6
                                    

Seharusnya Suga sudah mengantisipasi ini sebelumnya. Tapi matanya sungguh belum siap menerima terlalu banyak cahaya begitu kelopak itu terbuka. Belum lagi denyutan menyakitkan bak tabuhan drum yang tak henti-hentinya menghampiri kepala. Jika begini Suga malah ingin pingsan lagi sekalian. Bahkan kalau perlu tidak usah bangun saja agar dia tidak harus merasakan sakitnya lebih lama lagi.

Tapi agaknya Suga harus menelan semua pemikiran itu kala mendengar samar-samar suara di sisi brankar. Menoleh dan menemukan Hoseok di sana dengan wajah luar biasa lega sembari mengatakan sesuatu yang tidak bisa diartikan otaknya. Mungkin bagian penting itu sudah tidak ingin bekerja lagi kendati gerak bibir Hoseok yang terlalu cepat itu butuh diterjemahkan. Mentang-mentang rapper.

Tiba-tiba gerakan Hoseok di sana membuat kepalanya berdenyut luar biasa. Lalu saat Suga memejam sejenak untuk menetralisir rasa sakit itu, tahu-tahu Namjoon sudah ada di sebelah Hoseok. Lantas meski tak tahu kapan mereka berdua memanggil dokter, tiga sekon kemudian pria berjas putih itu sudah masuk dan sibuk memeriksa tubuhnya.

"Suga-ssi, apa yang kau rasakan?"

Aneh. Beberapa sekon yang lalu dia masih tidak bisa mengerti apa yang diucapkan oleh dua manusia yang dikenalnya. Lalu tiba-tiba sekarang otaknya mulai bekerja lagi setelah mata sipit itu bekerja keras menangkap gerak bibir si dokter muda. Kendati demikian, Suga masih harus mengeluarkan tenaga ekstra bahkan hanya demi menggerakkan bibir. Sedikit meringis kala mendapati suara serak mengerikan hanya karena dia bersusah payah mengatakan, "Pusing." Entah telinganya butuh direparasi atau bagaimana

Dokter muda itu hanya mengangguk singkat. Tenaga medis seperti itu sudah ahli dalam memberi senyum ramah dengan ekspresi menenangkan saat berucap, "Untuk saat ini sebaiknya beristirahat saja di sini sampai infusnya habis." Bahkan mungkin mereka bisa begitu positif saat tahu jika seorang pasien sedang dihadapkan dengan kematian. Kalau di drama yang sering ditonton Hoseok sih begitu.

Suga dapat melihat dokter muda itu beralih kepada dua manusia yang diam memperhatikan sejak tadi. Mengatakan sesuatu kepada mereka sebelum kemudian dua orang itu membungkuk singkat kepada si dokter lalu kaki-kaki berjas putih itu pergi dari ruangan.

"Kau ingin membuatku mati mendadak, ya?"

Suga mengerang lirih. Bukannya mendapat pertanyaan seperti 'bagaimana perasaanmu?' atau 'sudah merasa lebih baik?' Namjoon malah melontarkan kalimat yang tidak seharusnya disampaikan kepada orang yang sedang sakit. Setidaknya itu yang Suga pikirkan. Tapi mengingat apa yang terjadi tadi pagi—juga karakter Namjoon yang benar-benar tak menyukai seseorang tanpa niat hidup dan sering terluka—wajar sih jika dia begitu. Suga jadi merasa bersalah saat mengingat betapa panik laki-laki itu ketika memapahnya pergi karena demi Tuhan dia sudah tidak sanggup bergerak.

"Kau tidak tidur semalaman? Sudah hampir tujuh jam dan kau baru bangun sekarang." Berbeda dengan Namjoon yang sudah menguarkan aura iblis, di sebelahnya Hoseok menyahut pelan sembari menatap Suga dengan tatapan khawatir setengah mati. Suga jadi merasa seperti manusia pengidap penyakit mematikan yang telah divonis akan segera mati pada menit selanjutnya.

Jika dipikir-pikir mereka berdua memang tidak pernah menyaksikan betapa lemahnya Suga secara live. Jika mengingat bahwa ia hanya tidur beberapa menit saja tadi malam, mungkin memang benar ucapan Hoseok. Terlebih lagi dia nekat menerobos hujan dan menempuh jarak hampir dua kilometer dengan berlari hanya untuk menemui Jimin kendati akhirnya dia tidak memiliki keberanian ekstra dan akhirnya memutuskan untuk pulang—padahal saat itu dia hanya perlu mengetuk pintu dan mengatakan semua yang ia ketahui. Mungkin kondisinya sekarang akan jadi sedikit lebih baik jika dia tidak berjalan menerobos hujan sekali lagi dan malah datang ke gedung agensi—bukannya pulang—dan berakhir di studio dengan AC menyala sepanjang malam. Duduk diam di sana dengan tubuh menggigil karena udara dingin dan pakaian basah. Padahal dia belum mengonsumsi apapun seharian itu. Pun sudah cukup lelah karena harus bolak-balik dari Seoul ke Busan dan sebaliknya. Jika diingat sekali lagi, sepertinya itu lebih cocok jika dikatakan sebagai aksi bunuh diri.

Last Winter For Us [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang