Siap-siap untuk mengumpat. Aku juga mau siap-siap menerima umpatan kalian :') Selamat membaca~
"Apa yang kau lakukan? Dia anakmu!"
Suara berisik dari dalam kamarnya sukses membuat Yoongi terbangun dengan paksa. Satu hal yang ia sadari setelah itu adalah keberadaan ibu dan ayah di sana, tengah beradu argumen meski ia tak mengerti apa yang mereka katakan. Lantas telinganya mendengar tangisan keras sang adik yang mungkin terbangun dengan alasan yang sama dengannya.
"Jangan bercanda! Dia anakmu dan laki-laki itu."
Kenapa ayah dan ibu bertengkar? Dia tidak tahu dan tidak ingin mencari tahu. Yang harus ia lakukan sekarang hanya menenangkan sang adik yang menangis semakin keras di sana. Tapi mendengar bentakan dan teriakan dari kedua orangtuanya, Yoongi yakin jika usahanya jelas akan sia-sia.
Ayah pasti mabuk lagi, begitu yang bisa ia simpulkan begitu melihat meja di ruang depan yang penuh dengan botol soju. Yoongi tahu jika ini pasti akan berakhir buruk. Ayah akan memukulnya lagi, berteriak kepadanya lagi, lalu ikut memukuli ibu sampai dia berhenti dengan sendirinya.
Lengannya masih sakit karena dipukuli ayah kemarin malam. Ia bisa merasakannya dengan jelas saat berusaha menenangkan Jimin dengan menggendongnya. Yoongi berusaha tetap tenang dengan membiarkan ibu yang menangani ayah. Tapi melihat bagaimana murkanya laki-laki itu saat ini, dia yakin sekali jika ibu tidak akan mampu menahannya.
"Kemari kau!" Meskipun ayah tidak menyebut namanya, tapi Yoongi yakin bahwa ialah yang dimaksud oleh laki-laki itu. Dia tak memiliki keberanian ekstra untuk mendiamkan perintah itu. Tapi larangan dari sang ibu kembali menghentikannya.
"Kubunuh kau, anak sialan!"
Lantas tiba-tiba Yoongi sadar bahwa sang ayah tengah menggenggam pisau dapur yang sering digunakan ibu untuk memasak. Mengangkatnya tinggi-tinggi sembari mengacungkan benda itu kepada Yoongi dengan mata yang berkilat penuh amarah.
Di tengah kekacauan itu Yoongi terpaku, tiba-tiba menyadari bahwa ialah penyebab dari keributan malam ini. Lebih dari yang sebelumnya, ayah benar-benar sudah muak melihat ia berada di sana. Ayah benar-benar marah.
"Yoongi, lari!" Teriakan sang ibu berhasil ia tangkap. Tapi otaknya menolak untuk melakukan perintah itu. Tubuhnya terpaku, menyaksikan bagaimana sang ibu masih berusaha mencegah ayahnya mendekat. Melawannya dengan air mata yang mengucur deras.
"Ibu..."
"Lari, Yoongi! Sekarang!"
Dan ia tak cukup bodoh untuk menyadari bahwa keluarganya sudah berakhir malam itu. Maka sembari mendekap erat tubuh mungil sang adik, Yoongi berlari keluar dari rumah. Berusaha menulikan telinga dari teriakan sang ayah yang memerintahkannya untuk kembali. Yang harus ia lakukan sekarang hanya lari. Lari sejauh mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Winter For Us [END]
Fiksi Penggemar[방탄소년단 × 박지민] "Katanya dulu aku punya keluarga." Menjalani hari-hari dengan kumpulan anak di panti asuhan membuat hidup seorang Park Jimin terasa spesial. Memiliki banyak teman, kakak, dan adik hingga ia tak pernah merasakan kesepian. Atas suatu ala...