Bagian 1 : Kota Asing

984 111 13
                                    

Halo! Selamat datang dan selamat membaca Last Winter for Us

Saat berada di Busan, Jimin mendengar banyak cerita tentang Kota Seoul yang luar biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat berada di Busan, Jimin mendengar banyak cerita tentang Kota Seoul yang luar biasa. Gedung tinggi yang menjulang sampai awan, jalanan ramai dengan berbagai kendaraan dan pejalan kaki, hiruk pikuk yang memekakkan telinga. Seoul berbeda dengan desa kecil di pesisir pantai Busan. Sekarang Jimin harus mengakui jika kota ini benar-benar terasa asing baginya.

Kakinya melangkah perlahan sementara sang pemilik masih sibuk memanjakan mata dengan pemandangan asing di hadapannya. Sembari memegangi tas punggungnya yang nampak lusuh, Jimin terus berjalan tanpa tujuan. Kereta yang ia tumpangi barusan sudah bergerak menjauh kembali, meninggalkan dia sendirian di kota asing ini.

Kakakmu, Min Yoongi.

Larik terakhir dari surat di genggamannya yang membawa Jimin ke sini. Hanya berbekal rasa penasaran dan wejangan singkat dari Bibi Lee, ibu panti yang merawatnya selama ini, Jimin berani melangkah sendirian di kota asing. Kakaknya—Jika benar Min Yoongi masih berada di sini, Jimin ingin memastikan dia baik-baik saja, menanyakan beberapa hal, lalu sudah. Jimin tidak ada di saat-saat sulit kakaknya. Jika saat ini dia sudah bahagia, maka Jimin cukup tahu diri untuk tidak menyusahkan.

Sayangnya, dia memiliki banyak masalah di sini. Pertama, Jimin tidak tahu di mana harus mencari kakaknya. Kedua, dia tidak mengetahui wilayah asing ini. Ketiga, dia bahkan tidak mengetahui wajah kakaknya sendiri. Mengingat itu semua, tindakannya untuk mencari sang kakak terdengar konyol dan tidak masuk akal.

Mungkin Jimin tidak akan senekat ini jika tidak mendapat provokasi dari anak-anak lain. Mereka mengatakan jika kakaknya itu mungkin sedang berada dalam masalah sehingga tidak bisa kembali untuk menemui Jimin. Yang paling parah kemungkinan jika kakaknya dijadikan budak dan terikat di sini sampai mati. Atau kemungkinan bahwa kakaknya itu mati tanpa diketahui siapapun. Membayangkannya saja sudah mengerikan.

Jimin menunduk, meneliti sebuah foto usang yang menunjukan presensi seorang anak laki-laki di sana. Tersenyum tipis dengan binar rumit yang terlihat menyedihkan. Bibi Lee mengatakan jika ini adalah Min Yoongi. Meskipun sebenarnya Jimin tidak bisa berharap banyak dari potret itu, sih. Wajah seseorang akan terlihat jauh berbeda seiring berjalannya waktu. Anak menyedihkan itu pasti sudah menjadi laki-laki dewasa yang tampan. Akan sulit untuk mengenalinya hanya dari foto tujuh belas tahun yang lalu. Itu pun jika Min Yoongi memang masih hidup. Astaga, Jimin! Apa yang kau pikirkan sekarang?

Pencariannya ini pasti akan panjang. Jadi pertama, Jimin berniat untuk mencari penginapan. Jika bisa, pekerjaan. Uang yang ia bawa bahkan tidak akan cukup untuk kehidupannya selama empat hari di sini. Jadi yang harus Jimin lakukan sekarang adalah mencari uang untuk menghidupi dirinya sendiri sampai kembali ke panti lagi. Lagi pula tidak mungkin dia mengganggu kehidupan kakaknya jika sudah bertemu nanti. Jadi selama berada di Seoul, Jimin sudah bertekad untuk hidup dengan kekuatannya sendiri.

Tapi di kota besar seperti ini, Jimin tidak yakin akan menemukan penginapan dengan biaya sewa murah—bahkan meskipun kakak-kakaknya memberi alamat penginapan yang katanya cukup terjangkau. Meskipun akhirnya dia berencana untuk datang ke sana, sih. Tapi untuk sekarang ini, sepertinya dia harus lebih berhati-hati agar tidak tersesat.

Last Winter For Us [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang