"...Hyung."
Jimin membuka mata perlahan. Suara lirih yang terus terdengar membuat tidurnya terganggu. Pening sekali mengingat ia belum lama terlelap. Tapi Jimin berusaha mengenyahkan semua rasa tak nyamannya begitu melihat Jungkook terus meracau meskipun dengan mata tertutup. Mimpi buruk?
Dengan gerakan pelan, Jimin mengelus puncak kepala si anak dengan teratur. Tangannya meraih jemari kecil yang terus bergerak gelisah itu, menggenggamnya untuk menyalurkan rasa tenang. "Gwenchana. Hyung di sini." ujarnya meski tahu jika yang dimaksud oleh Jungkook bukan dirinya. Nampaknya itu berhasil karena beberapa menit kemudian anak itu kembali tenang.
Tapi demamnya semakin tinggi. Jimin bisa merasakannya saat menyentuh dahi anak itu. Dia berkeringat dingin meskipun suhu tubuhnya meningkat banyak dari kata normal. Jujur Jimin sering menghadapi situasi seperti ini. Tapi karena sekarang dia sedang berada di tempat asing, pergerakannya terbatas.
Dengan hati-hati, Jimin menarik tangannya dari Jungkook. Tapi anak itu malah menggenggamnya erat, seolah memang tidak mengizinkan Jimin bergerak dari tempatnya. Tidak tega juga jika harus meninggalkannya sendirian. Tapi dengan demam separah ini Jimin tidak yakin Jungkook akan baik-baik saja jika tidak mendapatkan penanganan segera.
"Jungkookie, lepaskan hyung sebentar, ya? Hanya sebentar." bisiknya dengan lembut. Jimin kembali berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Jungkook meski sedikit susah. Dia bergegas keluar kamar, berjalan ke dapur dengan terburu-buru. Berusaha mencari sesuatu untuk mengompres Jungkook agar demamnya sedikit turun.
"Jimin-ah, sudah bangun?"
Gerakannya terhenti sejenak. Jimin bisa melihat ibu Jungkook di dapur, sedang memasak. Rasanya ini masih terlalu pagi, tapi wanita itu sudah sibuk di sana. Mengingatkannya pada Bibi Lee saja. Jika dilihat-lihat mereka memang sedikit mirip. Atau karena baru mengenal, jadi Jimin tidak bisa memahami karakteristik wajahnya?
"Anu... Bibi, Jungkookie demam tinggi." Alih-alih menjawab, Jimin malah langsung mengatakan itu karena teringat Jungkook. Dia bisa melihat raut wajah wanita itu berubah seketika, menegang mendengar ucapannya. Dia segera melepas apron yang terpasang apik di tubuhnya lantas berlari melewati Jimin begitu saja. Pasti panik sekali saat tahu anaknya sakit.
Jimin mencoba maklum. Dia membiarkan wanita itu menemui Jungkook sementara dirinya menyiapkan air panas untuk mengompres anak itu. Paling tidak itu pasti akan sedikit membantu. Jimin menyesal karena tidak melakukan itu sejak awal dan malah membiarkan Jungkook begitu saja. Padahal biasanya dia bisa lebih cekatan dalam urusan semacam ini.
Setelah selesai dengan baskom kecil berisi air hangat, Jimin segera berjalan kembali ke kamar Jungkook dengan. Tapi dia harus mengernyit saat mendapati ibu dari anak itu malah keluar dengan tergesa. Melewatinya begitu saja tanpa sepatah kata. Jimin tidak ingin mengambil pusing, jadi langsung masuk ke dalam ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Winter For Us [END]
Fanfic[방탄소년단 × 박지민] "Katanya dulu aku punya keluarga." Menjalani hari-hari dengan kumpulan anak di panti asuhan membuat hidup seorang Park Jimin terasa spesial. Memiliki banyak teman, kakak, dan adik hingga ia tak pernah merasakan kesepian. Atas suatu ala...