Halo, Youniverse. Kemarin aku sempat tanya, apakah setuju kalau ending di part empat puluh. Ada yang memberi saran, kepala lima. Sebenarnya bisa saja, nanti konflik ini di selesaiin dan sedikit buka lembaran baru. Intinya, ramaikan terus yaa, biar lancar.
Jangan lupa tekan vote dan beri komentar yang ramai. Aku berharap setidaknya bisa ada 800 komentar di part ini. Mohon kerjasama-nya, tidak apa kalau hanya tinggalkan banyak hati ungu, aku suka kok.
So, enjoy it!
*
Jungkook mengambil sebuah bathrobe lalu memakainya dengan cepat. Pria itu melewati Hasa tanpa mengucapkan apa pun lagi, dia sudah berniat keluar dari kamar mandi.
Baginya, tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, mengontrol tubuh dan pikirannya sangatlah sulit, terlebih lagi harus dihadapkan dengan gadis bermarga Han itu. Jungkook juga takut kalau dirinya berantakan sebelum waktunya.
"Aku akan benar-benar memukulmu jika apa yang kau katakan itu karena dirimu sudah tau akhir dari kisah kita," ujar Hasa.
"Kisah apa? Aku bukan Tuhan yang bisa menebak-nebak kisah. Jadi, berpikirlah sedikit dengan logikamu, kecuali kalau dirimu sudah mencapai batas dan akan jatuh sebentar lagi."
"Beri tau aku sedikit saja tentang skenario hidupmu itu. Seperti apa? Dan apa manfaatnya jika kau bisa mewujudkannya?" tanya Hasa, gadis itu menyandarkan tubuhnya di dinding lalu dia melirik Jungkook.
"Untuk kebahagiaan orang yang aku sayang dan juga skenario hidupku itu seperti rencana matang yang tidak sepenuhnya memakai logika, aku menggunakan banyak perasaan untuk membuatnya."
Bibir Hasa terbuka, gadis itu tertawa pelan.
"Setiap kita mencoba dekat lagi, kau selalu melakukan hal yang ujung-ujungnya membuatku jauh darimu. Ini sebuah kebetulan atau kesengajaan? Jungkook, beri aku sedikit jawaban agar bisa mengerti semuanya barang pelan-pelan."
"Untungnya bagiku jika kau mengerti itu apa?" tanya Jungkook balik.
Mereka berdua saling berkutat dengan perasaan masing-masing. Posisi Jungkook masih sama, dia berdiri menghadap pintu kamar mandi, Hasa hanya bisa melihat punggungnya saja. Pria itu menggigiti bibir begitu kuat, pengalihan.
"Aku tidak akan pergi," jawab Hasa yang membuat si pemuda Jeon mendongak.
Berulang-ulang kali, waktu merasa tidak bisa menyelamatkan mereka berdua. Berulang kali pula, semesta kalah dan menang di antara mereka berdua.
Untuk ukuran orang seperti Jungkook dan Hasa, sampai dunia berakhir pun mungkin tidak ada yang kalah atau menang di antara keduanya jika mereka terus mencoba menyerang satu sama lain, baik dari depan maupun belakang.
Tapi sekalipun salah satunya memutuskan mengalah, apa yang sudah mereka rajut, tetap harus diselesaikan, bagaimanapun itu hasilnya. Jungkook sendiri terus berpegang teguh pada skenario hidupnya yang dia bangun susah payah, berharap yang terbaik yang akan terjadi.
Sedangkan Hasa sendiri, berarap pada kecerdikannya dan kemampuannya mengenali situasi dengan begitu baik.
Dia, hanya mencoba menyelamatkan dirinya sendiri sampai pada waktu di mana dirinya akan bertindak lebih gila, lebih di luar nalar untuk seseorang yang hidupnya sementara di dunia.
Hasa telah mencapai limitnya, sementara Jungkook bahkan belum mencapai dua puluh lima persen dari limitnya sendiri, itu yang pemuda itu yakini sekarang.
"Bukankah sejak dulu, keinginanmu adalah pergi?" tanya Jungkook. Dia benar-benar menunggu jawaban gadis itu sekarang.
"Tidak, kalau sejak dulu keinginanku adalah pergi, kira-kira bisakah kau mencium bibirku lagi hari ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MANGATA ✓
Fanfic[Be wise: Mature + Erotic] Sulit, Hasa diminta menikah dengan sosok hitler dan dominan abadi seperti Jeon Jungkook. Sial atau menantang? ❝Jungkook, kalau aku tercebur ke sungai. Kau akan menolongku atau melihati saja?❞ ❝Aku akan menyuruhmu berenang...