vote!
" Arghhh!! "
Eric mendengar teriakan keras dari arah kamar saudara laki-lakinya, ia berlari cepat ke sumber suara sampai membanting stik PS nya. Eric mengintip dari balik pintu ternyata Jeno sedang melenguh menjerit kesakitan di bagian kepalanya, wajahnya pucat pasi dan terlihat begitu lemah, jika di lihat secara spesifik tubuh Jeno yang berisi kekar kini semakin mengurus karena sakit yang di alaminya.
Eric yang awalnya hanya menyembulkan kepala dari balik pintu untuk mengintip kini ia berlari masuk membantu saudaranya yang merasa kesakitan parah. Ia membuka laci nakas satu persatu mencari obat yang selalu ia beli untuk Jeno, " Shit! " Umpat Eric saat melihat tumpukan obat yang masih utuh bahkan belum disentuh sama sekali masih tersegel rapi dalam kemasan.
Ia berlari keluar menuju dapur mengambil segelas air putih untuk membantu perjalanan masuknya obat di tenggorokan. " Buruan minum bang. " Titah Eric memberikan obat dan air minum, Jeno menurut lalu di suruh berbaring tenang di ranjang.
Sekitar tiga puluh menitan obat sudah mulai bereaksi di dalam tubuhnya, rasa sakit sudah mulai perlahan menghilang walau tidak sepenuhnya ia bisa sedikit tenang untuk tidur malam ini. " Bang kamu tuh cuma manusia biasa bukan superhero! Mending nurut deh sama aku, minum obat yang udah aku beli trus rajin check up sama aku. Jangan sok kuat gitu segala nahan sakit! " Geram Eric pada Jeno yang masih saja ngeyel.
Obat yang diberikan Eric sudah di perhitungkan bakalan habis dalam waktu tertentu, jadi tanpa di cek Eric akan membeli obat yang sama sesuai resep dokter. Jeno itu keras kepala ia tak ingin memeriksa dirinya secara rutin jadi terpaksa Eric hanya bisa membantu memberikan obat yang sama tiap harinya. Ia pikir Jeno sudah menghabiskan semua obat yang telah ia berikan tetapi nyatanya malah di tampung menjadi satu di dalam laci kamarnya, miris.. Seharusnya Eric rajin memeriksa dan menyuruhnya mengkonsumsi obat secara teratur. Mulai besok Eric yang akan mengatur Jeno, orang tua mereka sangatlah sibuk bahkan jika di telfon selalu diluar jangkauan yang harus membuat mereka berdua hidup mandiri.
" Sorry Ric. " Hanya kalimat pendek yang lolos dari mulut Jeno.
Eric menatap gusar Jeno yang bersandar di sandaran kasur dengan tatapan kosong lurus ke depan. Ia berdiri dari tepian kasur lalu kembali menatap Jeno. " Mau makan apa? " Tanyanya dari pada merespon ucapan saudara lebih tuanya.
Jeno menatap adiknya, " Maaf. "
" Kata maaf gak akan buat kamu kenyang bang. Yaudah aku pamit keluar cari bubur buat kamu, diem tidur aja disitu! " Ujar Eric kemudian pergi ke luar rumah sedangkan Jeno hanya berbaring diam menggulung dirinya dalam selimut tebal.
***
Kecepatan motornya bertambah saat berkeliling di jalanan sambil melirik kanan kiri tepian jalan mencari makanan untuk Jeno, nihil apa yang ia cari tak ada setelah di lirik kembali jam tangannya ternyata jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam pantas saja sudah banyak yang tutup. Ia sibuk bermain game tadinya dan mendengar jeritan Jeno kesakitan sampai lupa melihat jam, tetapi jika harus memasak ia tak pandai memasak bubur.
KAMU SEDANG MEMBACA
(01) Boyfriend : Keep Loving [ Lee Jeno ] - END
Teen Fiction❝Ku pikir hubungan kita kembali dalam waktu singkat. Namun pada kenyataannya, usia ku lah yang terlalu singkat.❞ Selesai tahap revisi! Setelah selesai membaca, jangan lupa bantu vote~ Thanks!! 💫Write : 23 April 2020 💫Start : 27 April 2020 💫E...