08. Menghilang

217 27 62
                                    

Vote!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote!





Sudah dua hari Jeno menghilang tanpa kabar. Lia cemas memikirkan lelaki itu, dirinya sudah mencoba menghubungi dan banyak mengirimi pesan tapi tak dibalas satupun. Ia belum ke rumah Jeno jadi hari ini ia memutuskan pergi ke sana sepulang sekolah.

Tadi pagi Lia rela berkeliling sekolah demi mencari keberadaan Jeno. Bertanya kesana kemari juga tak ada yang mengetahui, kini Lia berakhir duduk dalam kelas memandangi bangku Jeno dengan tatapan kosong. Ia tak ingin berlarut melamun membuang waktu akhirnya Lia menghampiri Renjun di depan kelas.

" Jun... Kamu tau gak kak Jeno kemana? Gak ada kabar soalnya. " Tanya Lia dengan resah, terlihat jelas dari geriknya.

" Gak tau tuh, kamu kan pacarnya masa tanya aku. " Jawab santai Renjun seraya mengedikkan kedua bahunya.

" Argh-- kak Jeno kemana sih! " Gerutu Lia seorang diri, frustasi.

Gadis itu mencoba kembali mengirimkan pesan dan menelfon tapi masih seperti kemarin tidak mendapat jawaban jelas, apa mungkin Jeno menghindari Lia? Atau Jeno sedang sakit tapi diam-diam?

" Oh iya chat Erick. But, wait?! Aku lupa minta nomer dia astaga! " Ia merutuki kebodohannya sendiri.

Dari pada tidak mendapat ketidakpastian akhirnya Lia memutuskan akan pergi ke rumah Jeno agar dirinya tau kondisi Jeno yang sebenarnya dan memastikan bahwa Jeno tidak masuk sekolah bukan karena menghindari Lia melainkan paling tidak sakit atau ada urusan keluarga ataupun lainnya, karena Lia mau menepis semua pikiran jeleknya.

" Hei, kok bengong? " Tanya Jaemin yang langsung duduk di bangku kosong sebelah Lia.

" Gapapa. " Lia melirik Jaemin sebentar dan kembali memandang lurus ke depan dengan menopang dagu di antara kedua tangannya.

" Apanya gapapa, muka kelipet begitu kenapa hm? " Ujar Jaemin sembari melirik Lia.

" Gapapa Jaem, aku fine kok. " Kata Lia meyakinkan Jaemin.

Kekehan kecil itu masih dapat terdengar Lia. " Iya deh kalo gitu. " Puncak kepalanya diacak pelan Jaemin.

" Nih ambil susu stoberinya, siapa tau mood kamu bakalan membaik. " Jaemin meletakkan sekotak susu di atas meja dekat lengan Lia, lelaki itu setelah memberi hendak akan berjalan keluar kelas.

Kejadian saat itu sudah di anggap angin lalu, keduanya masih berhubungan baik dan menjalani hari seperti biasanya. Jaemin sudah minta maaf maka Lia akan memaafkan, hal yang sudah berlalu biarlah berlalu. Lia hampir terbiasa karena Jaemin memang begitu orangnya. Namun beda dari yang biasa Jaemin lakukan adalah hal tak terduga kemarin yang membuat Lia sedikit terkejut dan takut.

" Makasih Jen. " Jawab Lia tanpa sadar.

" Hah, apa? " Jaemin berhenti melangkah dan menoleh balik ke arah Lia dengan tatapan aneh.

" Eh mak--maksud aku makasih Jaem ehehe... " Alibinya.

" Oh, aku ke kantin dulu ya... Kalau laper mau makan susul aja ke kantin tempat biasa. " Jawab Jaemin yang tak memikirkan hal yang ia salah dengar tadi.

Setelah punggung Jaemin menghilang dari pintu lalu dengan cepat Lia menusuk sedotan ke susu kotak itu, " akh, segarr~ " Kebiasaan Lia kambuh lagi yaitu melupakan kotak bekal yang disiapkan ibu untuknya. Ia menahan lapar dari tadi, mau jajan lagi tidak mood. Tumben sekali Aji tak mengantar makanan yang ia lupakan pagi tadi.




***






Cuaca kali ini kurang mendukung, langit mulai menggelap bahkan kendaraan umum belum ada yang lewat tapi salah dirinya juga yang piket dulu sebelum pulang padahal esok bisa di lakukan, mau menumpang dengan Aji tapi adiknya sudah pulang duluan. Menumpang Renjun juga tak bisa karena tadi Lia sempat lihat lelaki itu membonceng temannya dari kelas lain.

" Sepi banget mana kek mau hujan. Jalan kaki ajalah... " Keputusan final Lia memilih berjalan kaki dari pada harus kelamaan berfikir dan takutnya hujan lebih cepat mendahului dirinya.

Tak ada satupun kendaraan yang bisa ia naiki dan jikalau ada isinya sangat penuh tentunya Lia tak ingin berdempetan dengan orang yang tak di kenal, Lia semakin lama semakin lelah sendiri sebab merutuki dirinya sendiri. Tiap orang yang dilewati melirik dirinya dengan tatapan aneh, dirinya terlalu banyak bicara sendiri sehingga terlihat seperti orang tak waras atau mungkin hanya perasaannya saja.

Semakin Lia mempercepat langkah semakin kuat pula hujan gerimis beserta angin mengguyurnya, ia kesusahan mendapati tempat berteduh saking banyaknya orang memenuhi setiap sudut yang bisa berlindung dari hujan, di mulai dari halte, minimarket serta cafe pun sama ramainya. Tangisan langit tidak bisa di bendung, padahal tak lama dari lokasi dirinya sampai di kediaman Jeno.

Lia jadi berfikir apa kesalahan yang ia lakukan di masa lalu sampai dirinya sekarang begini, semuanya terlalu tiba-tiba.

Ia tetap melanjutkan langkahnya menuju rumah Jeno, tidak perduli dengan keadaan dirinya yang akan basah dan terlihat bodoh menerjang hujan, pikiran Lia hanya satu ia bisa sampai dan tau persoalan tentang kabar Jeno.

Di hari pertama Jeno tidak masuk Lia mau mengusili ke rumahnya tapi di pikir kembali mungkin esoknya bisa masuk tapi ternyata masih saja hilang tak berkabar, ia harus cepat menyusul. Seolah orang sibuk Jeno sulit di hubungi, Lia menggerakkan gigi geram.

" Kak Jenooo! " Teriak Lia dari luar rumah setelah sampai di tujuan.

" Kak Jenoo!! " Teriaknya sekali lagi yang tak kalah saing dari suara hujan yang begitu deras.

Pintu pun mulai terbuka. " Eh-- kamu kok kesini basah kuyup begitu? " Tanya heran lelaki itu menatap dari ujung kepala hingga ujung kaki total basah kuyup.

Gadis itu pun menangis di depan pintu rumah, " Aku mau ketemu kak Jeno, hiks... "






Paskalis Bijaemin Yuda
13 Agustus 2000

" I must know why you always reject me

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" I must know why you always reject me. "





' TBC '
29 Juni 2020



©wdy_thnk

(01) Boyfriend : Keep Loving [ Lee Jeno ] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang