16. Jujur

127 15 4
                                    

Vote!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote!







" Turun, betah banget meluknya... "

Lia memukul bahu teman sebayanya, sebab ia diejek disaat perasaannya diambang batas. " Apaan sih! Geer banget! "

" Abisnya disuruh meluk malah keenakan nih haha... "

" Kamu kali yang keenakan! "

Lelaki itu turun dari motornya, membantu Lia yang masih terduduk turun, terkesan lebay bagi Lia. " Btw makasih! Tapi aku bisa turun sendiri kali! "

Renjun terkekeh, ia tak melepas pautan tangannya malah semakin mengaitkan jemari. Ia membawa Lia menjauh dari motor kesayangannya.

" Ih kemana ini?! Aku mau pulang, Jun! " Rengek Lia.

Gadis itu diiring ke bangku kayu nan panjang di sana, " Duduk sini, aku cuma mau ajak kamu menghirup udara seger. "

" Iya deh. Lagian aku udah lama gak ke taman sih. " Katanya pasrah, terakhir pergi ke taman saat bersama Jeno. Sudah cukup lama, semenjak Jeno berubah semua perlakuan manis Jeno juga sirna.

Nyatanya Renjun membincing kantung belanjaan sedari tadi, tidak tertinggal di motor. Renjun mengeluarkan sebuah saput tangan untuk mengusap sisa air mata Lia. Gerakan mengusap itu terlalu mendadak, apalagi seorang Renjun yang melakukannya maka itu cukup aneh untuk Lia. Mereka teman tapi lelaki itu tak pernah sampai perduli jika ia menangis. Untuk akhir-akhir memang cukup sering namun tetap saja Lia merasa aneh.

Lengan Lia ditepis pelan Renjun, Lia ingin mengambil saput tangan itu supaya bisa melakukannya sendiri. " Biar aku aja, hadep sini. " Titah Renjun, Lia menggerakkan wajahnya menghadap Renjun.

" Argh! Sakit Jun! " Jerit Lia. Ia tak berbohong jika ia merasa kesakitan, cubitan di hidung mancungnya cukup kuat di jepit jemari Renjun.

Sang pelaku tak merasa salah bahkan seperti bangga atas perlakuannya, kekehan Renjun terdengar menyebalkan. " Maaf, muka mu gemes banget kalau lagi nangis. "

" Nyebelin! "

Lia merajuk atas perlakuan Renjun padanya, bukan ditakuti jika dimusuhi lelaki itu malah tertawa tak hentinya, sebab menurut Renjun wajah Lia kalau sedang merajuk memang sangat menggemaskan. Bukan hal biasa untuk Renjun mengusili Lia kalau lagi merajuk.

" Oh iya hampir lupa. Tadi nangis kenapa? "

Lia terdiam sejenak kemudian berpikir kembali apakah dirinya harus membuka mulut mengenai kejadian menyedihkan itu. Namun pada akhirnya, keputusan final seorang Lia adalah jujur. Ia menceritakan semuanya.

" Jeno mutusin aku. "

Mimik wajah Renjun jelas berubah, tidak bisa di artikan mungkin hanya renjun dan pikirannya saja yang mengerti atas ekspresi yang tak bisa dijelaskan. " Kamu gak di kasarin kan? " Renjun meraba-raba lengan dan wajah Lia. Ia tak melihat sedikit pun tanda kekerasan.

(01) Boyfriend : Keep Loving [ Lee Jeno ] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang