05. Kembaran

311 39 66
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Vote!



Satu per satu pintu lemari penyimpanan barang di dapur Lia cek secara terus menerus. Ia mencari sesuatu untuk dibuat, mencari kotak teh ternyata seperti sesulit memecahkan teka teki kehidupan.

" Udah habis kali ya? Cari dulu deh. " Gumamnya.

Lia sudah haus tapi ia tak mau hanya minum air putih jadinya inisiatif sendiri membuat teh, hanya ingin minum teh jadi ia mau menyeduh minuman itu. Sayangnya Jeno bukan tipe orang yang bakalan memberi makanan atau minuman untuk tamu apalagi pacarnya, misalnya seperti sekarang. Lia mandiri membuat minuman pilihannya sendiri sedangkan Jeno masih sibuk berkutat dengan ponselnya yang ribut suara tembak-tembakan.

Sudah sekitar sepuluh menit Lia menggeledah dapur rumah ini dan belum juga ia temukan, mungkin sudah habis pikirnya lagi.

" Masa iya cuma minum air putih doang? Jus jeruk juga gak ada apa dah, hm... " Keluh Lia, sedang ingin minum minuman yang manis pun tertunda.

Teh tidak ada, opsi kedua jus jeruk pun tak ada, akhirnya Lia menyerah memilih minum air bening dingin dalam kulkas. Bahkan saat Lia buka kulkas ternyata kosong, isinya tidak terlalu banyak bahan makanan dan di lemari penyimpanan di bawah juga di penuhi banyak makanan instan.

" Yaudah deh-- minum air putih aja. " Lia sudah pasrah. Jika kini ia minum yang manis pasti moodnya akan naik menjadi lebih baik.







" Lagi nyari apaan dah? "

Suara itu mengejutkan Lia secara tiba-tiba karena tadinya hanya dirinya sendiri di dapur. Lia menoleh ke belakang mendapati sosok yang ia kenal, Jeno.

" Eh-- kak Jeno? Katanya cuma mau dikamar aja main game? " Tanya Lia ke lelaki itu tapi tatapan yang diberikan penuh tanda tanya dan kebingungan.

" Aku Jeno? Bukan... " Kata lelaki itu sambil menggeleng kepala.

" Ah kamu kembaran kak Jeno? " Tanya Lia sok tau lagi.

" Hadeh bukan ahaha... " katanya menggeleng kepala.

" Aku bukan kembarannya, cuma beda bulan aja. "

Lia mengerutkan dahinya menatap intens lelaki di hadapannya, sangat mirip. " Di bawah setahun dari kak Jeno? "

" Lahir di tahun yang sama dan cuma beda bulan. "

" Hah?! Kok bisa? " Tanya Lia yang semakin bingung.

" Aku itu adik tirinya bang Jeno. "

Lelaki itu menyengir melihat reaksi Lia. " Oh yaa, jadi kamu yang di maksud kak Jeno pergi ke minimarket kan? "

Lia ternyata salah kira soalnya ia pikir adik Jeno yang di maksud itu perempuan ternyata adiknya laki-laki sama seperti dirinya, bukannya menjawab pertanyaan Lia lelaki itu dengan ringan melewati Lia menuju ruang makan serta meletakkan kantung belanjaan di atas meja.

" Udah makan belum? " Alih-alih menjawab lelaki itu malah bertanya.

" Siapa? " Lia menoleh dengan tatapan bingung.

" Kamu lah siapa lagi, masa aku ngomong sama tembok. "

" Oh belum sih, rencananya tadi mau ajak kak Jeno makan di luar ternyata dianya gak mau katanya mager. "

Lia sungguh penasaran ketika melihat kantung belanjaan itu sangat banyak isinya, dirinya jadi ingin dan lapar. Mau jajan tapi Jeno gak mau temani dirinya.

" Snack, mau? " Tawarnya, adik Jeno tau kalau Lia sangat ingin.

" Mau! "

Lia buru - buru ambil gelas miliknya yang di bawa dari dapur ke ruang makan, kemudian menyusul adik Jeno dan segera duduk di sampingnya.

" Laper banget ya emangnya? " Tegur dia ke Lia karena melihat Lia mencemili snack dengan lahap.

" Iya banget, punya pacar gak peka itu ngeselin. " Sahut Lia santai sambil mengunyah, snack itu sudah berasa seperti milik sendiri. Tidak sempat tersipu malu, ia merasa bodoh amat yang penting bisa makan dengan kepuasan.

Mereka berdua mencemili snack bersama sampai kenyang, soalnya adik Jeno membeli dalam jumlah banyak. Sudah seperti mukbang.

Asik mengisi perut masing-masing dengan makanan ringan membuat Lia teringat akan satu hal. Dirinya belum berkenalan dengan adik Jeno.

" ... Btw kita belum kenalan, nama kamu siapa? " Tanya Lia yang kemudian buru - buru mengelap tangan yang berbumbu snack dengan serbet yang ada di sudut meja, setelah bersih baru ia bersalaman.

Lelaki itu membalas berjabat tangan dengan Lia. " Nama aku Eric Valdano Sohn, panggil aja Eric kalo kamu? " Tanyanya balik.

" Kalau aku panggil aja Lia. " Jawab Lia singkat lalu melepaskan pautan tangan.

Lia jadi terheran-heran dengan perbedaan Jeno dan Eric, sang kakak lebih kekanakan dan mungkin bisa di katakan labil sedangkan adiknya lebih terlihat dewasa? Adiknya sama luar biasanya seperti Jeno jika persoalan visual.

Eric saja banyak menawari dirinya makanan bahkan menceritakan sedikit tentang Jeno berbeda dengan Jeno, Lia merasa senang setidaknya ia tau tentang Jeno dari Eric saja sudah puas walaupun tak dari orang yang bersangkutan secara langsung pasti lebih menyenangkan.

Sampai sekarang Jeno bahkan belum keluar dari kamarnya, Jeno memang sibuk dengan gamenya saja. Lia merasa dirinya bukan sebagai pacar, ntah lah ia pun penuh kebingungan.

Nethingnya mulai menghantui membuat Lia harus mengendalikan diri dengan bersabar dan menjalani semuanya dengan tabah.











Erick Valdano Sohn
22 Desember 2000

" Dia tak seperti itu, dia mencintaimu dengan sungguh hanya saja caranya salah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Dia tak seperti itu, dia mencintaimu dengan sungguh hanya saja caranya salah. Hanya itu yang ku tau, sisanya hanya kalian yang menjalani. "










' TBC '
30 Mei 2020

©wdy_thnk

(01) Boyfriend : Keep Loving [ Lee Jeno ] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang