22. Sakit

257 14 1
                                    

Vote!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote!






Renjun berdiri di depan pintu rumahnya, saudara laki-laki lebih tua darinya membuka pintu dengan raut wajah yang terlihat begitu menyedihkan bahkan tatapannya berubah sendu. Renjun menyadari perubahan suasana sang saudara.

" Kenapa bang? Keknya mau buru-buru banget. " Tanya Renjun.

Saudara Renjun bernama Aldo, lelaki itu kini menginjak semester tua di bangku perkuliahan, dalam tahan menyusun skripsi. Lelaki itu tak mengindahkan pertanyaan sang adik dan sibuk mengunci rumah.

Aldo merebut kunci ditangan adiknya. " Bang Doy, mau kemana anjir?! Itu motor gue mau lo apain? " Kalut Renjun melihat Aldo sudah menaiki motor kesayangannya.

Aldo menoleh datar, " Buruan naik! Ini penting banget, lo ngebacot gue tinggal ya soalnya ini genting! " Omel Aldo, Renjun menurut naik duduk boncengan dengan tatapan malas pada abangnya.

" Udah siap? " Tanya jutek Aldo.

" Iya buruan. "

" Argh! Anjing lo bang! " Pekik Renjun sambil berpegangan di motor. Aldo membawa motor kesayangan Renjun begitu bar-bar.

Sepanjang jalan Renjun mengeluh ketika aldo menyalip kendaraan bermuatan besar, berbelok ketikungan sampai miring sekali bagai pembalap sungguhan. Kini yang di pikirkan Renjun hanya ingin selamat sampai tempat tujuan yang ia tak ketahui bakalan berakhir dimana. Yang pertama ia masih ingin hidup dan kedua itu adalah motor kesayangan jangan sampai lecet karena kelakuan abang laknatnya.

Ocehan Renjun sedari tadi tampak tak berguna, Aldo bersikap biasa saja sebab tak bisa mendengar semua ucapan Renjun hanya rengekan kesal dari arah belakang, angin begitu kencang jadi membuat suara Renjun tersamarkan.

Sesampainya di lokasi, Renjun melepas helm lalu melihat sekelilingnya. " Ngapain ke sini? "

" Mama sakit dek. " Kata-kata yang terlontar dari mulut Aldo, Renjun reflek membuka lebar mulut terkaget.

Tanpa basa basi membuang waktu, Aldo langsung masuk dengan diikuti Renjun di belakangnya. Lorong tiap lorong mereka masuki dan menunggu dalam lift menunjukkan lantai gedung bernomorkan dua.





***





" Argh, Eric! " Kesal Lia sehabis turun dari moge Eric, sang pelaku hanya terkekeh padahal lengan besarnya habis di pukuli beberapa kali.

" Sudahlah, lagian udah sampe kan sesuai request? Hehe... " Lia merotasikan bola matanya malas.

Memang benar apa yang di katakan Eric jika itu permintaan Lia tapi maksud Lia tak harus ngebut-ngebutan di jalan. Rasanya seperti mengacu adrenalin duduk di bonceng Eric, sepanjang jalan Lia mengeratkan pelukannya pada Eric saking takut terjatuh. Tentu saja ia ingin hidup lebih panjang.

(01) Boyfriend : Keep Loving [ Lee Jeno ] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang