3. Nyanyian Siksaan.
Dea mengusap kasar puncak kepala yang baru saja ditimpuk popcorn oleh Yungi. Gadis yang tengah bersila di atas kasur bernuansa white-lilac itu memonyongkan bibir menunjuk televisi di depan.
Masih memasang wajah kesal akibat rambut berantakan, gadis berwajah biru itu akhirnya mengikuti arah petunjuk bibir Yungi. Posisi kepala yang nyaris sejajar dengan televisi membuatnya begitu mudah untuk mengenali siapa yang terdapat di dalam layar.
Dea berdecak, memainkan rambut ikal kemerahan yang baru saja ia curly sendiri. Sedangkan Yungi dengan pakaian mini sudah kembali memakan popcorn yang tersisa setengah. Tangan Dea menjamah rak riasnya, mengambil botol merah kecil berbahan dasar kaca.
“Gue pengin deh gabung ke mereka,” tutur Dea seraya memutar tutup hitam dari botol tersebut.
“Bersihin dulu jerawat lo,” kata Yungi kepada sahabatnya.
Gadis itu beranjak, membuang bekas popcorn di tempat sampah non-organik. Kemudian berdiri dengan tangan menyilang di depan dada.
“Tahu sendiri muka mereka licin-licin. Lalat aja tergelincir kalau hinggap di sana.”
Dea memajukan bibir bawah. Merasa ingin menyerah, namun ia sadar jika itu sama sekali tidak mencerminkan sifatnya.
“Hayung ... bantuin gue, dong ....”
“Bisa, sih. Asal ....” Yungi sengaja menggantung ucapannya. Berjalan menuju sofa yang diduduki Dea dan menyambar botol koteknya.
“Sini gue pakein, belepotan kayak gitu risi gue lihatnya.”
“Ck! Asal apa?” tanya Dea menuntut kelanjutan.
Yungi menyunggingkan senyuman, menghentikan aktivitas memoles kotek di kuku Dea lantas mendongak ke atas. “Lo harus buat cacat salah satu dari mereka. Dengan begitu, ada peluang untuk lo masuk dalam gengnya.”
“What?! The Girlly? Seriously? Itu isinya orang ternama semua, kalau kita buat mereka cacat, gak akan selamat dari penjara. Pengacara mereka di mana-mana. Belum lagi uangnya yang melimpah dan kita bakal kalah,” sahutnya tanpa memberi jeda untuk sistem pernapasannya bekerja.
Yungi menghela napas pelan, berlanjut menggeleng-gelengkan kepala heran. “Kan gue bilang salah satu, bukan semuanya Dea Sayang ....”
“Iya, tapi ... Ck! Gak mungkinlah. Senggol satu orang dalam geng mereka, mati kita.”
Yungi tersenyum miring tanpa sepengetahuan Dea, dengan telatennya ia memoleskan kotek merah pada kuku panjang sahabat yang sudah dibaluri minyak kutikula sebelumnya.
“Ya ... udah. Berarti lo gak akan bisa masuk ke dalam geng mereka.”
Merasa harapan besarnya telah pupus, Dea pun menunduk muram. Membuat masker yang ia aplikasikan menampilkan retakan akibat banyak berbicara. Impiannya sejak dulu memang bergabung ke dalam geng Gressy. Hasrat ingin segera tenar dan dipandang oleh semua orang membuat Dea bergelimpangan banyak cara untuk melakukan apa saja.
Mulai dari mendekati Gressy dengan segala harta kekayaannya, memamerkan barang ini-itu supaya Gressy dan teman-temannya tertarik untuk memasukkan dirinya ke dalam geng tersebut, mentraktir apa saja hingga isi ATM sekarat sekalipun, namun sialnya malah berujung pembullyan dari mereka ketika dirinya menyatakan maksud yang sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LA-RA
Teen Fiction[Yang sedang ingin menangis, mari membaca bersama.] [Yang sedang menggalau akan cinta, mari resapi setiap kata.] =================================================== Tentang seorang gadis berpenyakit mental yang juga menjadi target perundungan orang...