20. Berbanding Terbalik.
Satu minggu sekali gadis itu rutin mengunjungi sebuah toko bunga selepas pulang sekolah. Lara keluar dengan membawa segenggam bunga kering berjenis Yarrow kuning. Sudut bibirnya terangkat dengan mata berbinar cerah mempersembahkan rasa bahagia.
Di atas trotoar ia berjalan menuju halte depan untuk menunggu angkutan umum datang. Namun belum sempat ia menyebrang, satu motor matic sudah lebih dulu menghadang di tepi jalan.
"Boni?"
"Langsung ke rumahku aja ya, La?"
"Aku mau pulang dulu. Mau ganti baju."
"Gak usah, udah mendung. Rumah kamu kan jauh. Bolak-balik dari sana ke sini itu makan waktu, belum lagi nunggu mikrolet yang gak tentu."
Benar juga. Jika diingat-ingat rumah Rena memang terletak paling jauh dari rumah Boni. Manalagi awan kelabu sudah bergerak menyelimuti langit Jakarta siang ini.
"Yang lain gimana?"
"Mereka pulang dulu katanya. Gampanglah itu, rumah mereka kan dekat, jadi cepat."
Lara mengangguk-anggukkan kepala menyetujui. "Sini, naik motorku!" perintah Boni seraya menepuk-nepuk jok belakang dengan tas sudah digendong di depan.
🥀🥀🥀
Rumah mewah bernuansa kuning gading dengan didominasi polesan cat berwarna emas, Blok 21 E, Kompleks Cendia Fatih yang terletak tidak terlalu jauh dari jalan raya itu kembali menciptakan suara sejak keheningan beberapa menit yang lalu.
Misha langsung menjatuhkan diri di atas sofa empuk berwarna putih, lelah katanya. Fera berdiri bagaikan patung seraya menatap detail setiap foto keluarga Rena yang terpajang di ruang tamu. Sedangkan Kenta sudah berlari ke dapur dan membuka kulkas untuk mengambil susu kotak sebanyak-banyaknya, bukan untuk dibawa keluar, melainkan untuk dibawa pulang. Tak lupa juga ia memasukkan buah-buahan ke dalam tas.
"Ke mana nyokap bokap lo?" tanya Gressy seraya bersedekap.
"Masih keluar, reunian sama teman kuliah."
Gressy berdecih, melirik remeh serta menyunggingkan senyum miring. "Kampus swasta, ya?"
"Kampus swasta terbaik di Indonesia," sinis Rena.
"Bokap gue lulusan S3 luar negeri. Kalau nyokap sih lulusan Universitas Negeri ternama di Indo."
Rena hanya terdiam, berusaha tidak menghiraukan. Kebiasaan Gressy memang selalu saja membanding-bandingkan kehidupan satu dengan yang lain. Terlalu haus atas pujian dan segala macam jenis penghormatan. Selalu ingin merasa paling unggul dari setiap orang-orang yang berada di sekitar. Dasar gadis ular!
"Woi, Ken! Bawain gue minum!" pekik Misha yang menyadari bahwa Kenta belum juga kembali dari dapur.
"Sabar, Woi! Banyak ini!"
"Jangan lo habisin semua ya, Bitch!" kesal Rena mendelikkan mata seraya mengacungkan jari tengah. Sudah tidak kaget lagi jika makanan dan minumannya akan habis setelah menerima tamu semacam Kenta.
"Anjing lo!" umpat Kenta dengan tidak tahu dirinya.
Wajar saja Kenta bersikap seperti itu, rumah Rena ini merupakan salah satu penyedia makanan terbanyak daripada yang lainnya. Apalagi hampir semua jenis makanan dan minuman di sini masuk ke dalam kategori favorit Kenta sendiri. Bisa rugi ia jika menyia-nyiakan kesempatan dalam kesempitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LA-RA
Teen Fiction[Yang sedang ingin menangis, mari membaca bersama.] [Yang sedang menggalau akan cinta, mari resapi setiap kata.] =================================================== Tentang seorang gadis berpenyakit mental yang juga menjadi target perundungan orang...