66. Selesai.
"Ada apa dengan air? Kenapa kamu sering banget ngajak aku ke tempat kayak gini? Hm?" tanya Lara yang sudah menyandarkan kepala di bahu kiri Andra.
Kedua insan dengan seragam SMA lengkap itu terduduk nyaman di atas hamparan pasir putih, tepat di mana mereka mengubah status menjadi kita. Mula dari suatu kebahagiaan fana, yang akan segera berakhir di penghujung senja.
Tangan Lara terangkat, dengan mata masih memandang gulungan ombak, ia membelai lembut permukaan wajah Andra, membuat lelaki itu langsung menggenggam tangannya.
"Aku suka air, tapi sayang, aku tidak bisa berenang," sahut Andra apa adanya.
"Bukankah itu menyeramkan? Kalo gak bisa berenang kamu akan tenggelam." Lara mendongakkan kepala guna memandang intens wajah kekasihnya.
"Makanya aku lebih senang memandangi dalam damai. Tidak berani menyelam sebab takut tenggelam." Andra membasahi bibir bawah sebelum melanjutkan kata. "Tapi bodohnya, kemarin-kemarin aku sempat menyelam hingga harus menciptakan sesak yang berupaya dia sembunyikan."
Lara mengerutkan dahi, sama sekali tidak mengerti. "Kalo gak bisa berenang, kenapa coba-coba menyelam?"
"Karena aku sayang."
Lagi-lagi penuturan Andra membuat Lara bungkam. Sementara lelaki itu sudah memandangnya penuh kelembutan. Lara ... hanya belum mengerti kiasan yang Andra katakan. Kiasan yang menjadi perantara akan penyampaian suatu fakta.
"La, kalau aku pergi, kamu bagaimana?" tanya Andra dengan sorot begitu dalam, seolah meyakinkan bahwa apa yang ia lontarkan merupakan sesuatu yang tidak biasa, sarat akan makna.
Lara terdiam, lalu menghela pelan. Gadis itu merundukkan kepala sesaat sebelum akhirnya menoleh kepada seorang lelaki di sisi. "Kalo kamu pergi aku mati."
"Kenapa begitu? Kamu tidak harus selalu bergantung denganku." Andra sempat menghentikan kata sebab Lara sudah memandang dengan sorot berbeda. "Maksudku ... kamu tidak akan bisa selalu ketergantungan dengan manusia."
"Tapi kamu rumahku, Ndra," balas Lara. "Aku mau berlindung di mana kalo kamu gak ada?"
"La ... jangan selalu berharap dengan manusia, sebab mereka bisa mengecewakan kapan saja."
"Memangnya kamu bakal mengecewakanku?" tanya Lara seraya menyipitkan mata.
Andra langsung terdiam, benar-benar tidak berani untuk menyahuti. Perasaannya terombang-ambing ke sana kemari. Suatu hal bergejolak hebat tanpa henti. Lelaki itu lantas berdiri.
"Mau ke mana?" tanya Lara kebingungan.
"Tunggu sebentar, aku akan kembali secepatnya."
"Ndra!" panggil Lara ketika lelaki itu sudah berlari menjauhinya.
Lara menggaruk-garuk kepala, merasa curiga terhadap tingkah laku Andra. Gadis itu menghela pasrah, lalu ikut berdiri dan sedikit melangkah maju mendekati perairan berderu.
"Sebenernya air itu cantik, tapi aku udah mengotorinya tanpa sengaja," gumam Lara sembari merentangkan kedua tangan menyapa embusan angin di depan.
Gadis itu memejamkan mata seraya menengadah guna menikmati suasana. "Maaf ...," tuturnya meluahkan penyesalan terpendam.
Lara segera membuka mata saat merasakan dekapan hangat dari balik tubuhnya. Gadis itu sedikit melirik ke samping, memperhatikan seiris wajah Andra yang juga memejamkan mata dengan dagu diletakkan di bahu kanannya.
Sial! Ini membuatnya terlihat konyol sekarang.
"Aku ingin kamu selalu bahagia," bisik Andra di telinga Lara.
KAMU SEDANG MEMBACA
LA-RA
Teen Fiction[Yang sedang ingin menangis, mari membaca bersama.] [Yang sedang menggalau akan cinta, mari resapi setiap kata.] =================================================== Tentang seorang gadis berpenyakit mental yang juga menjadi target perundungan orang...