62. Aliansi Patah Hati.
Seorang gadis pemilik rambut lurus tanpa hambatan mengisap rokok dalam-dalam, lantas membuang putung secara sembarang. Usai melakukan kegiatan manusia awam, gadis itu segera merogoh cermin dari saku kemeja guna membenahi sisa-sisa anak rambut berantakan.
Alin langsung memutar tubuh ketika mendengar langkah sepatu yang semakin berjalan mendekat hingga mengikis sekat. Sudut-sudut bibirnya terangkat, mengapresiasi adanya tindakan dari laki-laki satu ini.
Di belakang gedung sekolah, mereka berjumpa. Sengaja memilih tempat yang jarang dijamah semata-mata agar pembicaraannya tidak didengar oleh siapa-siapa. Terlalu enggan untuk menjadi perbincangan banyak orang atas kisah yang terbilang cukup temaram. Apalagi sampai tersorot media Lambe Turah Lentera.
"Mau ngomong apa?" ketus Kevin malas, benar-benar berbeda dari hari-hari sebelumnya.
Alin mengangkat sebelah alis, lantas memutar bola mata begitu sinis. Lelaki ini ... apa yang sebenarnya terjadi? Sikap dan kalimatnya terselubung emosi, tak sekalipun terlihat kehangatan yang biasa ia hantarkan pada seorang gadis di depan.
"Lo marah sama gue?" tanya Alin curiga, pasalnya Kevin terlihat begitu murka.
"To the point aja," sambar Kevin mantap. "Gue gak punya cukup waktu untuk bahas hal-hal gak penting kayak gitu."
"Lo kenapa, sih?!" seru Alin tak mampu menyimpulkan argumen Kevin.
Ungkapan yang cukup keras membuat langkah kedua lelaki kompak berhenti. Kedua lelaki yang baru keluar dari dalam ruang kelas vokal dan memilih berjalan di koridor belakang guna menghindari keramaian itu memperhatikan percekcokan yang tengah menguar. Mengundang pundi-pundi penasaran hingga langkahnya tertahan.
"Lo yang kenapa!" tunjuk Kevin tepat di depan wajah. "Lo bilang ada hal penting yang mau dibicarain. Jadi gak usah melenceng ke mana-mana. Gue mau nemenin Lara."
Andra tersentak, membuat Belly yang sedari tadi di sisi langsung mengucek mata berupaya menilik lebih intens akan kedua insan yang sedang bertengkar.
"Lara?" tanya Alin memastikan, kalau-kalau ia hanya salah dengar. "Sejak kapan lo peduli sama dia?"
Lelaki dengan kedua tangan terselip di dalam saku celana abu-abu itu terkekeh singkat, lantas menatap Alin lekat-lekat. "Sejak gue jatuh cinta sama dia," tuturnya begitu pasti, tak peduli akan rasa sakit yang diderita oleh gadis satu ini.
Satu sisi, Belly segera menolehkan kepala kepada Andra, sangat syok kala mendengar perkataan yang terlontar dari sela bibir sahabatnya. Sementara lelaki berkacamata itu sudah menyorot tajam diselimuti kemarahan dengan kedua tangan terkepal. Dadanya bergemuruh kencang, merasakan lesak pengkhianatan semakin menghunus ke dalam. Membuka rongga-rongga kepiluan.
Alin segera mendorong dada Kevin penuh dengan ketidakpercayaan, membuat tubuh lelaki itu sedikit terhuyung ke belakang. "Kapan lo jatuh cinta sama dia?! Bukannya dari dulu lo benci sama dia?! Lo juga ikut ngebully dia, kan?!"
Kevin terkekeh remeh, lalu sedikit membungkuk guna menyamakan ketinggian mereka berdua. "Gue jatuh cinta sama dia bahkan sebelum gue kenal lo, Lin. Jadi gak usah sok merasa paling spesial. Kita gak punya hubungan apa-apa dan lo gak punya hak untuk ngelarang gue deket sama dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
LA-RA
Teen Fiction[Yang sedang ingin menangis, mari membaca bersama.] [Yang sedang menggalau akan cinta, mari resapi setiap kata.] =================================================== Tentang seorang gadis berpenyakit mental yang juga menjadi target perundungan orang...