46. Sama Rasa.
Dengan menggendong tas ransel berwarna jingga, Dea menghampiri Lara yang tengah termangu di atas kursi besi depan kelas XI IPA 5. Gadis itu menyandarkan tubuh seraya terus memandang kosong pada lapangan basket yang sudah diisi oleh beberapa gelintir orang.
"Belum mau balik?" tanyanya mengejutkan Lara begitu saja. Dea sempat tertawa sebelum melanjutkan kata. "Ngelamun aja sih lo!" ledeknya.
Lara tersenyum malu, lalu menganggukkan kepala. "Iya, aku nanti pulangnya."
"Nungguin siapa? Biasanya langsung balik. Kalo mau bareng ayo, mumpung gue bawa mobil," tawar Dea. "Itung-itung sebagai kesan pertama dari persahabatan kita."
"Enggak usah De, makasih. Aku udah janji mau bareng Andra tadi," sahut Lara apa adanya, membuat Dea langsung tersenyum sedikit berbeda.
"Ciee ... mau dianter pulang sama pacar," godanya berlebihan, sukses meronakan pipi Lara secara tidak wajar. "Asiklah yang udah punya pacar mah, gak kesepian."
"Em ... kita gak pacaran," jelasnya kemudian. "Cuma teman."
"Masih belum, bukan enggak." Dea menyengir lebar. "Gue yakin nih, sebentar lagi pasti dia bakal nembak lo. Secara, gue liat-liat dia itu beneran suka sama lo. Manalagi tadi waktu main softball, dia sampe gak fokus karena ngeliatin lo digandeng Kevin!"
"Masa, sih?" tanya Lara tidak menyangka, pasalnya ia benar-benar tidak memperhatikan Andra.
Dea langsung mengangguk mantap. Diam-diam begini, Dea paling jago kalau soal mengamati. "Suer. Waktu lo jatuh aja dia lari kenceng banget buat nolongin, tapi malah udah keduluan Kevin," lanjutnya menyayangkan, sebab Kevin sudah seperti penghalang adanya kebersamaan antar kedua insan dalam kungkungan kasmaran.
Lara tersenyum malu usai mendengarkan penuturan Dea barusan. Kupu-kupu di perut rasanya sudah menguar tak mampu dipertahankan. Bahkan degup jantungnya pun sudah berantakan tak mampu normal.
"Ya udah, kalo gitu gue balik duluan, ya? Mobil gue mau dipake bokap, hehe ...," cengir Dea yang langsung mendapat anggukan dari Lara.
"Hati-hati ya, De," pesan Lara sebelum Dea melangkah.
"Lo yang hati-hati di sini, soalnya rawan manusia berjenis setan!" serunya lantang bertepatan dengan Gressy yang baru saja melintas di sisi. "Bye bestie, see you next time!"
"Bye ...," balas Lara ikut melambaikan tangan.
Setelah kepergian Dea, Lara kembali menyandarkan tubuh pada punggung kursi yang sedang ia duduki. Gadis itu memandang lapangan sembari menunggu Andra yang sedang ikut kelas Pak Bambang. Katanya hanya sebentar, membuat Lara merasa tidak masalah jikalau waktunya terulur untuk memijak halaman rumah.
Cukup beberapa menit ia terdiam, hingga akhirnya menghela gusar. Lara segera menegakkan tubuh, berlanjut menelusupkan tangan ke dalam saku tas ransel di depan, lalu mulai menarik earphone bertepatan dengan benda lain yang ikut keluar.
Gadis itu mengerutkan dahi, tangannya sedikit membenahi kabel earphone yang tergulung tidak keruan akibat banyaknya barang bawaan, lantas mengambil sebuah kerajinan tangan berbahan dasar rotan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LA-RA
Teen Fiction[Yang sedang ingin menangis, mari membaca bersama.] [Yang sedang menggalau akan cinta, mari resapi setiap kata.] =================================================== Tentang seorang gadis berpenyakit mental yang juga menjadi target perundungan orang...