61. Ambang Kepedulian.
"BUKA! BUKA! BUKA! BUKA!"
Gema suara di dalam ruang ganti pakaian terdengar sampai ke telinga siswa siswi yang tengah melintas di koridor depan. Membuat pundi-pundi penasaran semakin melonjak tidak sabar. Menyudutkan satu-satunya gadis yang menjadi praduga tersangka atas kecelakaan saudari tirinya. Mengguncangkan perasaan resah tanpa mampu dicegah keberadaannya.
Baru saja menapakkan kaki, gadis ini sudah disambut banyak sekali luapan emosi. Semua terjadi tanpa mampu dinegosiasi. Lara dan lukanya kembali bersama, menyatu guna membuka makna sesungguhnya. Tentu saja tanpa Andra, sebab sejak semalam, lelaki penuh janji itu sama sekali tidak dapat dihubungi, hingga membuat Lara berangkat sendiri dan berakhir di sini, di dalam ruang naas ini.
Yungi mendorong tubuhnya begitu kasar, tidak pernah sekalipun bersikap damai. Ditambah dengan Alin yang memang sudah merasa kesal selama beberapa hari belakangan lantaran Kevin terus bersikap mencurigakan. Dan tak lupa pula dengan Dea yang sudah mendampingi Lara di sisi.
"Jangan kasar dong!" geram Dea kala Yungi beserta antek-anteknya terus saja mendorong-dorong Lara. Kali ini tatapannya beralih pada seorang gadis dan langsung mengusap-usap lembut lengan kanannya. "La, ayo buka, buktiin sama mereka kalo lo gak salah."
"Hoodie itu pasti punya dia!" pekik Misha.
"Kelamaan lo! Cepet! Buka lokernya!" bentak Yungi tepat di hadapan Lara, membuat gadis itu terkanjat seketika.
"Gue bilang jangan didorong! Dia bisa jalan sendiri!" sarkas Dea.
Lara yang sejak tadi kebingungan pun langsung melepaskan rangkulan Dea, lantas berjalan mendekati lokernya seorang diri. Gadis dengan kesehatan tidak stabil itu terdiam, merasa ada kejanggalan seusai melihat rekaman CCTV yang sempat mereka suguhkan. Setelah banyak pertimbangan, Lara langsung mengeluarkan kunci dari dalam saku disertai bulir-bulir peluh terjatuh.
Beberapa kamera ponsel sudah siap sedia terpajang guna menyajikan bukti yang akan disebar jikalau memang benar gadis itu melakukan tindak kejahatan. Dengan segala pasti dan sedikit penekanan di hati, Lara membuka lebar-lebar sebuah loker berwarna army hingga menarik banyak atensi.
Spontan, kedua mata Lara terbelalak lebar ketika melihat suatu benda yang mereka risaukan sudah tergeletak manis di dalam. Terlipat rapi seolah telah dipersiapkan begitu matang. Ini aneh, seingat Lara, hoodie pemberian Andra tidak pernah ia tinggal di dalam lokernya, bahkan masih tersimpan rapi di dalam lemari kamar, namun kenapa sekarang hoodie yang sama sudah bertengger di sana?
Yungi segera merampas sebuah hoodie dari dalam loker Lara, lantas mengangkat tangan setinggi kepala. "Ini apa? Kok bisa lo punya hoodie yang sama kayak yang orang di dalam CCTV itu pake? Ha?!"
"Tuh kan bener, dia pelakunya!" seru Misha begitu murka, membuat Dea yang ikut serta memantau jadi tercengang seketika, tak mampu lagi berkata-kata.
"Jahat banget ya lo," timpal Alin tidak menyangka.
Lara segera menggeleng-gelengkan kepala. "Itu memang hoodie-ku, tapi orang yang di dalam CCTV itu bukan aku."
"Kalo bukan lo terus siapa? Setan?" tanya Fera geram.
"Gue baru tau kalo setan bisa kepikiran pake hoodie segala," sindir Misha tajam, lirikan matanya sudah tak dapat terkondisikan.
Yungi membanting hoodie yang ia pegang, lantas menginjak-injaknya begitu kuat hingga meninggalkan bercak kotoran melimpah. "Sebenernya Rena kurang apa sih sama lo? Udah dikasih tinggal di rumah mewahnya masih aja lo nyelakain dia!"
KAMU SEDANG MEMBACA
LA-RA
Teen Fiction[Yang sedang ingin menangis, mari membaca bersama.] [Yang sedang menggalau akan cinta, mari resapi setiap kata.] =================================================== Tentang seorang gadis berpenyakit mental yang juga menjadi target perundungan orang...