Page-35

496 62 1
                                    

35. Mitos Melegenda.

Awalnya Lara tidak mau sama sekali untuk menaiki perahu mesin ini, tetapi Andra selalu meyakinkan dirinya jika ia akan tetap baik-baik saja. Bukan Andra namanya jika tidak berhasil membujuk Lara.

Selang beberapa menit menunggu, akhirnya perahu pun terisi penuh. Duduk di posisi paling belakang membuat Lara menutup gendang telinga saat mesin mulai dihidupkan. Melaju dengan kecepatan sedang membawa seluruh penumpang mengelilingi danau.

Andra merentangkan tangan kiri untuk menyapa permukaan air di samping. Kabut tipis di sekitar danau membuat air terasa dingin dan segar. Terlebih lagi permukaan air yang lumayan tenang dan eksotik menyatu dengan alam membuat Andra benar-benar menikmati suasana ini.

Perahu tersebut membawa mereka semakin menjauh dari daratan. Berada di tengah-tengah perairan dengan kedalaman yang tidak diketahui pasti membuat Lara terhanyut dalam bayang-bayang suram yang ia miliki. Percekcokan serta jeritan tragis terus-menerus terngiang di telinga hingga memenuhi isi kepala.

Lara menutup mata rapat-rapat. Gadis itu semakin meremas bangku yang saat ini tengah ia duduki. Sedikit demi sedikit, tanpa kesadaran yang terbersit, Lara menggeser tubuhnya ke samping, tidak mau terlalu berada di pinggir perahu. Hingga pergerakannya terhenti saat sebuah tangan melingkar erat di bahu.

Dengan rasa campur aduk, Lara menolehkan kepala yang langsung mendapati Andra sedang memperhatikannya. Lara sadar jika dirinya telah kurang ajar.

Gadis itu sedikit menjauhkan tubuh dari Andra untuk kembali pada tempat semula. "Maaf," katanya.

Namun sial, Andra malah menariknya lagi tanpa menyisakan celah antar mereka berdua. Tangannya melingkar seperti tadi, membiarkan Lara syok atas perlakuannya saat ini.

"Kalau takut, jangan tatap airnya. Tatap saja wajah saya," tuturnya pelan dengan pandangan fokus ke depan.

Lara bisa memastikan jika tangannya telah gemetaran. Bukan rasa takut lagi yang menghampiri dirinya, tetapi posisinya dan Andra lah yang berhasil memacu adrenaline-nya.

"Ndra-"

"Kamu tahu arti dari Situ Patenggang?"

Perkataan yang dipotong sepihak membuat Lara terdiam, lalu menggeleng pelan. Ah, lagi-lagi Lara terjebak dengan lelaki ini. Niat ingin melepas diri malah Andra mengubah topik pembicaraan secepat mungkin.

"Situ Patenggang berasal dari bahasa sunda, yaitu pateangan-teangan, yang artinya saling mencari."

Lara hanya menatap Andra tidak mengerti. "Menurut mitos yang beredar, danau ini merupakan kumpulan air mata dari pasangan Ki Santang dan Dewi Rengganis yang cintanya tidak dapat bersatu karena suatu keadaan. Lalu, setelah sekian lama saling mencari, akhirnya mereka bertemu di salah satu batu besar."

Andra menunjuk sebuah pulau berbentuk hati yang saat ini sedang mereka kelilingi. "Letaknya di sana, Batu Cinta namanya," tekannya seraya menoleh pada Lara.

Gadis itu pun langsung mengerjapkan mata dan memalingkan wajah, tidak mau berlama-lama menatap Andra. Lara menyelipkan rambutnya ke belakang daun telinga seraya terus memperhatikan pulau indah yang Andra tunjukkan padanya.

"Batu Cinta terletak di Pulau Sasaka atau disebut juga sebagai Pulau Asmara. Awalnya Dewi Rengganis meminta sebuah perahu pada Ki Santang, dan pada akhirnya perahu tersebut berubah menjadi pulau indah berbentuk hati."

Andra sedikit merundukkan wajah, lalu mengarahkan bibir di sisi telinga Lara. "Katanya juga, siapapun yang mengelilingi dan mendatangi pulau ini bisa mendapatkan cinta abadi seperti mereka berdua," bisiknya.

LA-RATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang