13. Kilas Memori.
"Ayo, cepat-cepat!"
Pak Bambang meniup peluit untuk memberi isyarat kepada anak murid yang sedang berada di perjalanan. Tergopoh-gopoh mereka menenteng tasnya yang besar, sudah diberitahu agar tidak membawa barang-barang secara berlebihan, tetapi tetap saya tidak mau mendengarkan.
Para guru dan panitia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Problematika keterlambatan dari tahun ke tahun selalu disebabkan oleh alasan yang sama.
"Bus 013 sudah penuh?" tanya Pak Bambang yang baru saja masuk ke dalam bus. Matanya menelusuri setiap kursi yang sudah penuh terisi.
"Nah, itu. Kamu, pindah depan sini!" aturnya.
"Belly kamu sama Kevin. Melan, kamu duduk sama Winda."
"Laki-laki sama perempuan dipisah, ya! Gak ada yang duduk berdua!"
"Hei ... Ridwan Kamil! Gak usah pacaran terus kamu. Pindah cepat!"
"Eh, Gressy mana Gressy? Teman-temannya juga mana nih yang lain?" tanya Pak Bambang kala perhitungannya tidak tepat. Guru bertubuh besar itu lantas menatap salah seorang siswi berbandana hijau. "Rena, kenapa cuma ada kamu?"
"Gressy dan yang lainnya naik mobil pribadi, Pak. Soalnya mereka udah pasti ketinggalan bus," sahut Rena apa adanya, karena memang begitu pada nyatanya.
"Lahdalah ... tahu gak mereka rutenya?" pusing Pak Bambang lantaran Gressy serta teman-temannya yang lain selalu membuat ulah tak terduga, menyusahkan dirinya saja.
"Kan ada maps Pak Bambang Sayang."
"Ya sudah, apa ada yang belum hadir lagi?"
Mereka semua celingukan saling memeriksa satu sama lain, menggulirkan bola mata memindai deret kursi paling depan sampai dengan belakang. Ada sekitar delapan kursi tak terisi, namun anggota kelas mereka sudah lengkap semua, kecuali Gressy dan yang lainnya.
"Aman, Pak!" seru Belly mengacungkan jempol.
Pak Bambang hanya mengangguk. Guru dengan perut buncit itu menepuk bahu sang sopir dan berbincang sebentar, mengangguk-anggukkan kepala lalu menunjuk ke luar jendela, entah sedang membahas apa.
"Baiklah anak-anak, bus akan segera berangkat. Harap pasang semua sabuk pengaman!"
"Siap, Pak!"
Pak Bambang melangkah menuju kursi paling depan, tepatnya di samping pak sopir yang sudah siap di depan stir. Sedangkan anak muridnya diam-diam mengubah posisi duduk mereka dari keadaan yang sudah diatur.
Rena berdiri dari kursi nomor dua menuju kursi nomor lima di seberang. Gadis itu bertukar posisi dengan Adi, mendudukkan diri tepat di samping Andra, membuat lelaki tersebut langsung menoleh secara spontan. Benar-benar terkejut atas pergantian rekan dalam perjalanan.
Rena menyapa melalui senyum terindah yang ia punya, namun Andra malah segera memalingkan wajah menatap pemandangan di luar. Lebih indah, batinnya.
Bus yang mereka tumpangi mulai berjalan meninggalkan area sekolahan. Terdapat sepuluh bus untuk jumlah keseluruhan. Sesuai keberangkatan dapat dilihat dari urutan nomor kendaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LA-RA
Teen Fiction[Yang sedang ingin menangis, mari membaca bersama.] [Yang sedang menggalau akan cinta, mari resapi setiap kata.] =================================================== Tentang seorang gadis berpenyakit mental yang juga menjadi target perundungan orang...