Page-44

432 63 8
                                    

44. Sorotan mengintai.

 Sorotan mengintai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kiri-kiri."

"Terus!"

"Atas dikit."

"Aelah, miring itu."

"Gimana, Njeng?!" sergah Belly murka. Sejak tadi Kevin memberi instruksi tidak benar sama sekali.

"Kanan dikit."

"Yak, pas!" serunya mantap.

Belly langsung menempelkan foto formal Andra berbalut almamater sekolah di dinding belakang. Terlihat rentetan foto yang menjulur ke bawah sesuai dengan posisi duduk siswa-siswi XI IPA 5.

Setelah keluar-masuk murid baru, mereka harap Andra adalah yang terakhir kali memenuhi anggota dalam kelas ini. Sengaja mereka memasangnya setelah satu minggu lelaki itu sekolah. Pasalnya, malas sekali jika harus melepas-pasang lagi hingga merusak cat tembok akibat perekat yang sudah terlanjur ditempelkan.

"Yoklah, gas!" ajak Kevin tidak sabar.

Lelaki berkaus olahraga biru-putih itu turun dari atas kursi. Tugasnya sudah selesai saat ini. Belly memeriksa kembali rangkaian foto tadi, setelah merasa benar-benar sesuai ekspektasi, ia pun langsung mengikuti langkah besar Kevin untuk segera pergi.

Jadwal mata pelajaran kedua adalah olahraga. Para siswi sedang berganti pakaian sedangkan yang laki-laki sudah siap pemanasan di pinggir lapangan. Butuh waktu belasan menit untuk menunggu semuanya berkumpul, tahu sendiri kan bagaimana para gadis jika sudah disatukan dalam sebuah ruang?

🥀🥀🥀

Gressy menatap pantulan wajah di depan cermin, mengikat asal rambut panjang ke belakang. Menjamah sebuah liptint lantas memoleskan di permukaan bibir.

Gadis yang sudah menggantikan seragam putih abu dengan kaus olahraga itu membenahi sisa-sisa anak rambut yang masih menjuntai di dahi. Bola mata hitam natural tanpa terhias soflens membuat tampilannya lebih menunjukkan Gressy yang elegan.

Seusai berurusan dengan dirinya sendiri, gadis itu pun melangkahkan kaki menuju loker, meletakkan seragam putih abu di dalam dan segera keluar dari ruang ganti pakaian.

Bugh!

"Upss! Sorry ...."

Gressy memegang bahu yang baru saja ditabrak oleh Rena. Gadis berambut pendek itu menutup mulut menggunakan tangan diiringi gelak tawa dari anggota gengnya di belakang. Jujur saja, Gressy merasa muak dengan mereka berlima, terutama Rena serta segala macam keangkuhannya.

"Ketabrak, ya?" tanya Rena seolah tidak tahu apa-apa. "Makanya kalo jalan itu hati-hati."

"Setelah menghilang dari peradaban tadi malam, eh nih orang malah masuk sekolah tanpa merasa bersalah!" sindir Misha, membuat banyak siswi yang baru keluar dari dalam bilik langsung memperhatikan percekcokan sengit antar keenam gadis tersebut.

LA-RATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang