40. Bersua Di Tempat Semula.
Dea menyipitkan mata saat tak sengaja melihat bayang-bayang seseorang di balik pintu kaca ruangan dance sekolah. Sempat terdiam seraya memperhatikan, lalu memutuskan untuk melangkah maju berupaya mengetahui siapa yang tengah berada di dalam.
Yungi? batinnya heran.
Gadis dengan seragam sekolah ketat terus saja melancarkan gerakan dance yang ia bisa. Ah, bukan. Bukan hanya sekadar bisa. Tapi sepertinya gadis itu memang sudah menguasai setiap gerakan. Bagaimana mungkin Yungi yang sangat anti perihal seperti ini diam-diam malah lebih mahir dibanding dirinya yang sudah latihan selama berbulan-bulan?
Ceklek.
Suara pintu terbuka membuat Yungi refleks menolehkan kepala. Gadis itu mendelikkan mata saat melihat Dea sudah berdiri tegap menghadapnya.
Dea menatap Yungi seolah mengintimidasi. "Sejak kapan lo suka dance?" selidiknya seraya menutup pintu kaca dan memilih duduk di sebuah kursi.
Yungi segera mematikan suara musik dari dalam speaker, lalu beralih menyambar handuk dan mengelap keringat. "Gak pernah suka. Iseng aja pingin nyoba."
Dea menjimpit keripik pedas yang baru ia beli di kantin. "Tapi gerakan lo bagus," pujinya setelah mengunyah. "Kok bisa?"
Tergelak mendengar ungkapan Dea, Yungi pun ikut duduk di samping sahabatnya. "Kebetulan aja itu, mah."
"Maybe." Dea menyuapkan keripik pedas ke dalam mulut. "Eh, lo tau kan kalo Misha udah bagi-bagi brosur pendaftaran The Girlly untuk gantiin posisi Rena?"
"Yes, i know. Udah jadi berita yang lumrah karena udah kesebar di Lambe Turah," sambar Yungi.
Dea menumpukan sebelah kaki di atas kaki lainnya. "Kira-kira, gimana reaksi Rena di sana, ya? Hahaha ... kasian, udah capek-capek berjuang di kompetisi dance, ujung-ujungnya tetep dikeluarin juga."
"Tapi gue yakin tuh anak gak akan nyerah gitu aja."
Dea membeliak tidak terima. "Kok lo ngomong gitu?"
"My opinion." Yungi lantas mengambil keripik pedas dari bungkusan yang dipegang Dea. "You know licker? Yes, that's him. Rena itu terlalu licik, gak mudah untuk nyingkirin dia gitu aja."
"Jadi maksud lo, gue gak akan ada kesempatan untuk gabung dalam geng mereka?"
"Gue gak ngomong gitu, tapi kalo lo memang bener-bener mau, gue punya suatu rencana."
Yungi tersenyum licik, membuat Dea yang penasaran langsung menuntut penjelasan. "Gue kasih tau nanti. Kebetulan malam ini mereka masuk ke grandfinal, kita harus ke sana untuk mendukung mereka."
🥀🥀🥀
Bisa Lara simpulkan bahwa ini merupakan hari paling menyebalkan sebab ia sama sekali tak mampu menyangkal segala perlakuan di luar nalar yang ketiga lelaki tadi berikan.
Lara menggendong tas ransel hitam setelah memasukkan semua barang. Kelas sudah sepi sekarang. Hanya ada ia dan bayang hitam samar yang menjatuhi lantai. Setelah lama memikirkan banyak hal, Lara memutuskan untuk segera keluar dari dalam ruangan.
Sesampainya di ambang pintu, Lara menoleh ke belakang, tepat menyorot bangku Kevin dan Adi yang masih meninggalkan tas ransel dikarenakan mereka sedang mengganti pakaian untuk latihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LA-RA
Teen Fiction[Yang sedang ingin menangis, mari membaca bersama.] [Yang sedang menggalau akan cinta, mari resapi setiap kata.] =================================================== Tentang seorang gadis berpenyakit mental yang juga menjadi target perundungan orang...