✨4. duduk berdua✨

360 27 1
                                    

Pagi ini kelas Rena mata pelajaran olahraga jadi semua siswi kelas sebelas IPA dua berada di lapangan. Kebetulan guru yang mengajar tidak masuk jadi semua siswa siswi bebas kemanapun asal tidak ke kantin.

Rena memainkan bola basket karena bosan tidak ada pekerjaan, sedangkan Zea dia bermain bulu tangkis bersama temannya. Semua rasa kesal semalam Rena lampiaskan pada bola basket hingga tak sengaja bolanya terlempar jauh dan hampir mengenai Varrel yang tak sengaja lewat depan lapangan.

Saat bola itu meluncur dengan cekatan Varrel menangkapnya jadi tidak melukai dirinya. Varrel melangkahkan kakinya bersama membawa bola basket itulah menghampiri Rena.

"Kalo gak bisa main basket gak usah main! Buang-buang waktu tau gak." cibir Varrel saat sudah sampai di depan Rena lalu melempar bolanya dan berhasil Rena tangkap.
"Ya maaf tadi kan gue cuma gabut" balas Rena.
"Gue mau ngomong sama lo," pinta Varrel lalu duduk di pesisir lapangan.

Rena hanya menurut, dia duduk tepat di samping Varrel. "Mau ngomong apa?" tanya Rena
"Nanti malam jangan lupa temenin gue balap." jelas Varrel.
"Oke. Dan oh iya semalam gimana? Lo pasti menang kan?" kata Rena sekaligus bertanya untuk sekedar basa-basi.
"Menang sih cuma kurang semangat aja gitu," balas Varrel.
"Kenapa?" Rena menyerngit tak mengerti.
"Karena gak ada lo." keluh Varrel

Deg!

Rena membulatkan matanya dan jantungnya entah kenapa berdegup dengan kencang, "Bu-bukannya semalam ada Rissa yang nyemangatin?" ucap Rena terbata-bata.

Varrel menatap Rena dengan lekat lalu mengangkat dagu Rena dengan jati telunjuknya, "Yang namanya disemangatin sama pacar dan sahabat itulah beda Rena." ujar Varrel sambil tersenyum tipis
"Lo aneh tau gak Rel. Kesambet apaan coba tiba-tiba minta gue semangatin dan minta ditemenin sama gue? Padahal lo kan udah biasa tanpa pacar." gerutu Rena

"Karena semenjak lo deket sama Fadli itu rasanya jadi beda Ren." batin Varrel

"Gu-gue cuma mau ngasih tugas aja sama lo. Masak lo enak-enakan jadi pacar gak ngapain-ngapain dan masak iya gue punya pacar serasa jomblo kemanapun sendiri." jawab Varrel beralasan
"Njirrr pacaran kek belajar aja pake ada acara tugas-tugasan segala," heran Rena.
"Kan emang belajar, belajar jadi calon istri yang baik buat gue." ujar Varrel

Deg!

Terbang sudah Rena sekarang hatinya yang kian bahagia. Bibirnya tak sengaja tersenyum dan pipinya berubah menjadi merah.

"Lo ngegoda gue? Gak mempan!" Rena tertawa seolah-olah tidak merasakan apapun agar Varrel tidak mengejeknya.
"Serius gak mempan?" tanya Varrel lalu memegang kedua pipi Rena yang merah itu, "Tapi kok pipinya merah? Boong dosa loh Ren." cibir Varrel lalu diakhiri tertawa mengejek

Rena menatap tajam Varrel lalu mengepalkan tangannya bersiap untuk menonjok.

"Santai dong Ren santai gitu aja emosian." kata Varrel saat mengerti bahwa Rena ingin menonjok dirinya.

Diseberang sana diam-diam ada seseorang yang memperhatikan canda tawa Rena dan Varrel. Dia nampak kesal juga merasa tak terima, dia adalah Clarissa.

"Varrel kenapa sih masih mau sama Rena? Harusnya sama gue karena gue selalu ada buat dia." gerutu Clarissa

"Yang selalu ada bakal kalah sama yang bikin bahagia dan nyaman," celetuk Fadli yang tiba-tiba saja lewat depan Clarissa.

Clarissa menoleh ke arah Fadli, "Gak usah ikut campur!" cetus Clarissa.
"Aduh Rissa lo kenapa sih masih deketin Varrel? Udah tau dia punya Rena masih aja digebet." ujar Fadli
"Yang pacaran belum tentu sampai ke pelaminan!" tegur Clarissa.
"Dan yang berjuang belum tentu bisa tercapai!" balas Fadli lalu pergi meninggalkan Clarissa.

Varrel beranjak dari duduknya lalu melirik jam tangannya, "Udah mau bel gue kembali ke kelas dulu ya" pamit Varrel lalu Rena mengangguk.

Punggung Varrel kini semakin jauh dan Rena sangat bahagia saat ngobrol berdua bersama Varrel tadi walaupun sebentar. Baginya ngobrol berdua bersama Varrel itu bagaikan menunggu hujan turun, susah dan tidak pasti.

"Ekhem! Cieee yang habis ngobrol pasti seneng nih yeeeee..." seru Zea.
"Lo apaan sih Ze orang biasa aja juga!" ketus Rena masih saja beralasan.
"Dahlah ngeles mulu lo jadi orang. Oh iya lo semalam liat story' Rissa belum?" tanya Zea selanjutnya.
"Yang nyemangatin Varrel itu?"
"Iya"
"Udah"
"Terus Varrel bilang apa tadi?"
"Gak bilang apa-apa"
"Lo gak marah?"
"Enggak"
"Begoooo!"
"Emang kenapa? Ada yang salah?"
"Astaga Rena itu cowok lo sama cewek lain harusnya kan lo cemburu begoo!" gerutu Zea
"Gue gak ada waktu buat berantem." balas Rena lalu pergi meninggalkan lapangan menuju ruang ganti karena sebentar lagi jam istirahat akan tiba.

Zea menggelengkan kepalanya heran kenapa sahabatnya itu tak pernah merasa sakit hati jika pacarnya dekat dengan perempuan lain.

Posesive ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang