Entah kenapa hari ini Rena berangkat bersama Varrel, mungkin karena Varrel merasa tak enak dan harus mengubah sikapnya agar lebih peduli lagi sama Rena.
"Gue ke kelas dulu lo jalan sendiri aja gapapa kan? Soalnya gue harus bantu Rissa ngerjain tugas" ucap Varrel ketika sudah sampai di parkiran sekolah dan melepas helmnya.
"Gapapa santai aja yaudah gue duluan ya," jawab Rena.
"Oke tapi jangan lupa lu pulang sekolah sama gue oke?" jelas Varrel
"Tapi hari ini kan jadwal gue belajar sama Fadli gimana dong?" keluh Rena
"Belajarnya di rumah elo kan? Yaudah gue ikut!" ujar Varrel
"Ngapain?" tanya Rena heran mengapa sikap Varrel begitu berubah.
"Nemenin lo belajarlah" balas Varrel lalu pergi begitu saja meninggalkan Rena.
Rena masih diam terpaku. Ia bingung mengapa Varrel tiba-tiba ingin menemaninya belajar, padahal biasanya Varrel selalu sibuk.
"Oyy! Bengong aja lo kenapa?" sapa Fadli yang baru saja datang sambil menepuk bahu Rena.
"Varrel mau ikut kita belajar" jawab Rena.
"Nah kan bener dugaan gue!" seru Fadli hingga berhasil mendapat
tatapan tajam dari Rena, "Maksud lo apa?" tanya Rena."Semalam lo ngirim pesan katanya jangan ngajak gue jalan lagi karena gue ga enak sama Varrel." tutur Fadli
"Hah?! Serius lo? Kapan gue kirim pesan begituan? Perasaan kaga pernah deh" mata Rena membulat dan mulutnya menganga.
"Serius nih kalo lo gak percaya," Fadli menunjukkan isi pesan Rena semalam yang melarangnya mengajak jalan.
Rena mencoba mengingat tentang kemarin, ia pun masih bingung siapa yang mengirim pesan. Lalu dalam dua detik akhirnya Rena teringat.
"Yah gue inget! Gue kemarin kan mandi dan hape gue ada di meja ruang tamu dan disana ada Varrel jadi mungkin kayaknya yang ngirim itu Varrel." papar Rena
"Bukan kayaknya lagi tapi udah pasti! Lagian cowok lo se-cemburu itu? Kan kita itu cuma partner belajar gak lebih." gerutu Fadli
"Gak tau gue juga heran biasanya juga dia gak peduli kenapa jadi posesif gini" ujar Rena.
"Yaudah deh ikuti aja kalo emang Varrel mau ikut belajar gue gak masalah kok," kata Fadli.
"Oke nanti lo langsung ke rumah gue aja ya" pesan Rena lalu diangguki Fadli.
Setelah mengatakan itu Rena langsung berjalan menuju kelasnya, namun saat Rena sudah sampai sana bel telah berbunyi jadi tidak ada waktu lagi untuk pergi ke kantin.
"Lo sama Varrel sekarang melihara kucing ya?" tanya Zea
"Iya dia Narel anak pertama gue sama Varrel" jawab Rena dengan semangat.
"Ya ampun Rena! Lo kalo halu gak usah bawa-bawa kucing napa kasian dia" cibir Zea dengan mata melotot.
Rena tak peduli, ia masih menganggap kucing itu anaknya bersama Varrel. Walaupun tidak masuk akal namun Rena sangat bahagia.
Entah kenapa beberapa menit kemudian Bu Dina memasuki kelas Rena, padahal ini bukan jadwal pelajaran fisika.
"Ze ini bukan pelajaran fisika kan?" tanya Rena sambil menatap Bu Dina sinis.
"Bukan, mungkin mau ada pengumuman kali" balas Zea.
"Selamat pagi semuanya! Maaf mengganggu sebelumnya dan memang ini bukan jadwal mata pelajaran saya tapi saya hanya ingin memberitahu bahwa besok kan ada jadwal pelajaran saya nah di hari itu nanti akan ada ulangan harian jadi persiapkan diri kalian ya dan jangan lupa belajar" jelas Bu Dina panjang lebar.
Rena berdecak kesal namun dia tidak protes seperti biasanya karena mungkin nanti nilainya akan berubah karena hari ini dia akan belajar bersama Fadli.
"Iya Bu kami pasti belajar kok" jawab semua murid kecuali Rena.
Bu Dina berdeham sambil memandang Rena, "Yakin nih pada belajar? Dan yakin nih gak ada yang mau protes? Biasanya kalo mengadakan ulangan protes." ujar Bu Dina
"Apaan sih Bu orang gak dan saya pasti belajar kok jadi jangan khawatir." jawab Rena
"Ohh iya lupa kan sekarang udah ada pawangnya jadi pasti berubahlah yaaa" kata Bu Dina.
Rena hanya memutar bola matanya malas lalu Bu Dina melirik jam tangannya dan disambung pamit, "Ya sudah kalo gitu Ibu pamit yaa assalamualaikum" ucap Bu Dina.
"Walaikumsalam Bu" balas semua murid di kelas dengan kompak.
Setelah Bu Dina pergi, jeda lima menit Pak Nanta datang dan bersiap untuk mengajar. Beliau mengajar mata pelajaran bahasa Inggris yang terkenalnya galak.
Namun Rena berhasil melewati itu karena baginya bahasa Inggris tidaklah terlalu sulit dan tak serumit fisika. Intinya bagi Rena pelajaran yang paling menyebalkan itu fisika dan gurunya adalah musuh abadinya sejak kelas sepuluh.
Tak terasa bel pulang sekolah telah berbunyi, di depan ruang kelas Rena tengah menunggu Varrel namun sudah beberapa menit cowok itu tak muncul-muncul.
"Ayo nungguin apa lagi!" ajak Fadli saat keluar dari kelasnya.
"Nungguin Varrel bentar ya" jawab Rena."Varrel kayaknya dia udah pulang deh soalnya tadi dia keluar sama Rissa," ujar Fadli.
"Hah? Iya kah? Apa gue nya yang kelamaan piket ya? Ah gue jadi nyesel nurutin Zea buat melaksanakan jadwal piket." gerutu Rena
"Piket itu kewajiban Ren dan lo kan bisa bareng gue" saran Fadli.
"Tapi kan gue udah janji sama dia" keluh Rena.
"Ya terus lo mau gimana? Mau nunggu Varrel? Emangnya lo yakin kalo dia bakal balik lagi?" tanya Fadli.
"Engga sih. Yaudah ayo balik aja deh percuma juga gue nunggu disini" pikir Rena.
Akhirnya Rena pulang bersama Fadli, mereka berjalan berdampingan melewati koridor layaknya seperti pasangan. Namun ketika mereka sampai di parkiran dan ingin beranjak pergi Varrel datang dengan motor merahnya.
"Maaf gue telat soalnya—
"Iya gapapa lagian gue nya kok yang lama jadi wajar aja kalo ditinggal" potong Rena saat Varrel berucap dan berniat ingin beralasan.
"Tapi lo tetep mau pulang sama gue kan?" tanya Varrel
"Gak deh gue udah terlanjur naik di motor Fadli jadi lain kali aja ya" tolak Rena.
"Gak bisa gitu dong Ren!" cetus Varrel.
"Gak bisa gimana? Lo aja bisa pulang bareng Rissa dan udah stop ya Rel gue gak mau kita berantem lagi. Kalo lo gak suka gue pulang bareng sama Fadli yaudah gue naik angkot!" sentak Rena.
"Gue gak mau ikut-ikutan ya mending lo turun deh Ren gue gak mau ada di tengah-tengah hubungan kalian." titah Fadli
"Yaudah gue turun tapi gak mau bonceng sama Varrel" kata Rena lalu turun dari motor Fadli dan beranjak pergi meninggalkan parkiran.
"Ini semua gegara lo tau gak! Lo tega ngeliat dia naik angkot? Mikir bego!" bentak Varrel selepas Rena pergi.
"Kalo lo gak tega kenapa lo ninggalin dia? Kenapa lo lebih memilih mengantar Rissa daripada Rena? Jadi lebih baik introspeksi diri dulu sebelum membacot!" jelas Fadli lalu pergi bersama motornya mengejar Rena.
Varrel menendang pohon yang ada di parkiran dan mengacak rambutnya frustasi. Jeda lima menit dia juga ikut pulang ke rumah Rena tanpa berniat untuk mengejar gafis itu, karena dia yakin Rena pasti sudah diantar oleh Fadli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesive Cold
Teen FictionJika ada seseorang yang mencintai dan menyayangimu dengan cara berbeda bagaimana perasaan kamu? Jika seseorang itu lebih mementingkan orang lain padahal di hatinya prioritasnya kamu, apa kamu akan marah? Itulah yang dirasakan Rena setiap hari semen...