Malam ini Varrel datang ke rumah Rena untuk meminta maaf atas masalah kemarin dan Rena dengan baik hati mempersilahkan Varrel masuk dan sekarang mereka sedang di rooftop rumah Rena. Ya mereka sering berada di sini jika sedang bersama karena katanya di sini adem tidak ada gangguan Rachel.
Namun Rena masih terdiam, sibuk memandang langit yang cerah dan dihiasi bulan juga bintang.
"Ren... Gue minta maaf atas kemarin yang udah marahin lo di cafe" ucap Varrel merasa bersalah.
"Santai, udah biasa" jawab Rena dengan santainya.
Varrel menghela nafasnya. Rena selalu seperti ini, tak pernah menunjukkan rasa marah atau cemburunya padahal dalam hati Rena sangat sakit lihat sikap Varrel kemarin yang sangat jelas membela Clarissa.
"Gue juga mau ngomong kalo lo mending nggak usah deket-deket sama Melisa, dia nggak baik." lontar Varrel
"Nggak baik bagi lo mungkin. Gue nggak kenal sama Melisa jadi gue nggak bisa langsung ngeklaim dia buruk karena manusia selalu beda di tiap cerita orang" sahut Rena.
"Ya tapi menurut gue mending lo temenan sama Clarissa daripada sama Melisa, gue nggak suka" tegas Varrel.
"Ya nggak suka kan lo, apa urusannya sama gue? Terus kenapa emangnya kalo temenan sama Melisa? Takut kebusukan lo kebongkar? Hahahaha, sorry tapi ini kenyataan... Gue keknya lebih tertarik temenan sama Melisa yang statusnya mantan lo ketimbang Clarissa yang udah jelas selalu ganggu." jelas Rena
"Dan satu lagi, Melisa emang buruk di cerita lo tapi nggak harus buruk juga kan di cerita gue? Seperti Clarissa, dan dia begitu baik di cerita lo... Tapi di gue? ... Sorry gue harus jujur Rel kalo Clarissa itu nyakitin gue banget." lanjut Rena lalu menghela nafasnya.
Varrel menjadi terdiam, dia menyimak penjelasan Rena dengan baik dan dia kini merasa bersalah. Varrel menyadari jika selama ini Clarissa begitu manja dan dia bersikap tidak seharusnya, dia seolah-olah seperti pacarnya yang bisa mengatur dirinya.
"Ren..." panggil Varrel
"Maaf. Gue bukannya jelekin Rissa dan gue nggak bermaksud buat ngancurin persahabatan lo sama dia tapi Rel hubungan nggak akan baik kalo lo masih mentingin temen. Gue tau selama ini gue selalu diem tapi lo? Lo nyadar nggak udah se-egois ini? Lo nggak ada kan menyadari apa yang lo lakuin dan gimana perasaan gue? Tapi mungkin gue harus lebih terbiasa kali ya karena gimana pun lo juga nggak bisa kan merubah sikap lo yang seperti ini?" papar Rena.
"Gue nggak bisa Rena kalo harus jauhin Rissa apalagi nolak permintaan dia, lo tau kan kalo dia nggak punya siapa-siapa selain gue? Abangnya selalu sibuk dan kedua orang tuanya di luar negeri sibuk kerja jadi tolong ya, ngertiin. Gue sayang sama lo Rena dan gue juga nggak mungkin selingkuh sama Clarissa." ucap Varrel.
"Gue kurang ngertiin apalagi sih Rel? Apa lo pernah ngeliat gue marah? Apalagi ngelabrak Rissa? Bahkan di saat kemarin yang jelas Clarissa salah aja gue tetep diem walaupun lo dengan bersih keras salahin gue" lirih Rena hingga tanpa sadar air matanya menetes.
Varrel menggeser duduknya lebih dekat dan tangannya merangkul Rena, meraih kepala Rena untuk bersandar pada bahunya dan salah satu tangannya menghapus air mata Rena.
"Iya Ren gue tau, gue juga ngerti. Sulit ada di posisi lo dan nggak semua orang kuat. Maafin gue ya, gue kelak akan lebih berusaha untuk membatasi hubungan gue dengan Rissa. Gue juga minta maaf atas masalah kemarin." ujar Varrel
Rena masih terdiam, lalu Varrel memandang wajah Rena. Terlihat jelas di wajah gadis itu yang memiliki banyak luka dan masalah yang di pendam. Wajah secantik ini tidak ada yang tau jika dia menahan banyak luka batin.
"Cantiknya aku kok nangis sih? Rena yang aku kenal kan nggak cengeng. Ayo dong senyum" rajuk Varrel dia berusaha agar Rena berhenti menangis.
"Apaan sih, gue nggak cantik." sentak Rena
"Kalo nggak cantik, nggak mungkin dong jadi pacar gue" sahut Varrel lalu memeluk gadis itu.
Deg!
Jantung Rena berdebar dengan cepat. Akhirnya dia merasakan sebuah pelukan hangat dari sekian lama. Dia begitu merindukan pelukan dari Varrel namun selalu aja Clarissa selalu menganggu nya dan Varrel tak pernah ada waktu untuk dirinya.
"Varrel.." panggil Rena dengan lemas.
"Iya sayang, kenapa?" tanya Varrel dengan lembut.
"Jangan dilepas dulu. Gue kangen banget sama pelukan lo" pinta Rena dan Varrel mempererat pelukannya sambil mengelus rambut Rena dan di bahu Varrel Rena meneteskan air matanya.
"Banyak banget ya luka lo sampe nangis gini? Nggak biasanya seorang Rena beresin air matanya. Apa gue jahat banget selama ini? Ah please deh Ren jangan bikin gue makin merasa bersalah" batin Varrel.
"Rel, gue boleh nggak minta sesuatu lagi?" pinta Rena
"Apa sayang?" sahut Varrel
"Jangan ada yang meluk lo selain gue, sekalipun itu Clarissa." lontar Rena
"Rena dengerin ya.. sebenarnya Clarissa emang suka meluk gue tapi nggak gue balas dan selalu gue lepas. Gue juga ngerti Rena, kalo lo tau pasti bakal sakit banget." jujur Varrel
"Yaudah kalo semisal lo respon Clarissa mulu melewati batas kewajaran gue pacarin aja abangnya sekalian" tukas Rena
"Dih kok gitu? Suka lo sama kak Raja?" tuduh Varrel
"Ya abisnya nyebelin banget adiknya. Kalo gue jadi kakak iparnya kan gue bisa semena-mena sama dia"
Varrel tersenyum, dia mengelus puncak kepala Rena. Ternyata Rena ini lebih menggemaskan ketimbang Clarissa dan Rena luka nya lebih dalam namun dia tidak seberisik Clarissa, dia juga gadis yang penyabar jadi nggak heran kalo Fadli sama Justin suka sama dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesive Cold
Teen FictionJika ada seseorang yang mencintai dan menyayangimu dengan cara berbeda bagaimana perasaan kamu? Jika seseorang itu lebih mementingkan orang lain padahal di hatinya prioritasnya kamu, apa kamu akan marah? Itulah yang dirasakan Rena setiap hari semen...