✨31. semua nyakitin✨

26 1 0
                                    

Pagi ini Rena skip sarapan pagi akibat masalah semalam sama Papa tirinya. Dia langsung keluar dari rumah dan ternyata di depan rumahnya sudah ada Varrel bersama motor mewahnya.

Tumben sekali laki-laki itu menjemputnya di  rumahnya... Biasanya laki-laki itu berangkat bersama Clarissa.

"Tumben jemput gue? Ngga sama selingkuhan lo?" tanya Rena dengan santainya bilang 'selingkuhan'.

"Jaga ucapan lo! Buruan naik atau gue tinggal" ucap Varrel dingin.

Rena memutar bola matanya malas lalu dia menaiki motor Varrel dan tentu saja suasanya begitu hening hingga tiba di sekolah.

Saat turun dari motor sontak dalam hati Rena berkata, "berasa naik ojol gue diem-dieman gini selama perjalanan. Tau gini mending gue berangkat sendiri daripada gue didiemin".

"But, oke gue harus terbiasa dengan sikap Varrel yang kek kulkas gini." lanjutnya batin Rena.

Dan benar saja sampai tiba di sekolah Varrel masih diam enggan mengajar Rena mengobrol. Rena mengucapkan terimakasih ketika di turun dari motor namun hanya di balas anggukan oleh  Varrel.

Rena berusaha untuk sabar menghadapi cueknya Varrel. Lalu setelah sampai di kelas dia bertemu Zea dan lantas Zea bertanya,

"Tadi berangkat sama Varrel?" tanya Zea lalu Rena hanya mengangguk.

"Tumben. Ngobrol apa aja di jalan?" tanya Zea lagi.

"Nggak ngobrol," Rena menjawab dengan santai.

"Astaga Rena! Lo kok bisa bertahan sama cowok kulkas, sih?!" cibir Zea dengan heboh.

Rena hanya memutar bola matanya malas lalu dia duduk di bangkunya.

"Btw, si Fadli apa kabar ya? Kira-kira kapan dia balik?" ucap Zea

"Besok" jawab Rena

"Kok lo tau?"

"Ngechat gua semalam"

"O-oh udah main chat-chatan niiiii"

"Diem!"

"Iyaa deh, doa terbaik buat kalian"

"Apaan sih lo Zea!"

Karena Rena merasa lapar, dia berjalan ke kantin dan yah dia melewati kelas Varrel. Laki-laki itu sedang asyik ngobrol dengan teman-temannya.

"Kalo sama temennya aja asik, giliran ama gua kek kulkas!" gerutu Rena menyindir mereka dan lumayan keras sehingga terdengar oleh salah satu teman Varrel.

Yah Reynald mendengarnya dengan jelas dan dia tertawa tanpa mengucap kata sehingga Arlan pun heran mengapa temannya tertawa, apakah terdengar lucu ceritanya?.

"Rey lo ngetawain apaan sih? Ngetawain cerita gua yang abis ditolak cewe?" sewot Arlan tak terima.

"Enggak. Tadi Rena lewat mukanya lecek amat, jadi kasian deh gua sama tuh anak. Dicuekin mulu sama si Varrel" ungkap Reynald.

"Iya sih kadang gue juga ngerasa kasian sama Rena. Tapi salah dia sendiri, dia yang selalu mentingin diri sendiri. Mentingin K-Pop" jawab Arlan.

Varrel tidak memberikan jawaban apa-apa, dia terdiam menatap langit dengan pikiran kosong. Yang artinya dia sama sekali tidak peduli dengan sikapnya terhadap Rena.

Bagi Varrel ini sifatnya dan Rena harus menerimanya jika dia benar mencintainya. Namun, bagi Rena jika ini sifatnya mengapa jika bersama temannya atau orang selain dirinya yang lebih dekat begitu asik?.

Lalu, Clarissa datang dengan manjanya mendekati Varrel.

"Varrel aku laper, tadi aku belum sempet sarapan. Temenin aku ke kantin yuk?" pinta gadis itu dengan suara lembut nan manja.

Varrel menghela nafasnya. Tadi barusan Rena lewat seperti ke arah kantin, pasti jika dia dan Clarissa ke sana akan membuat Rena marah. Meskipun gadis itu tidak akan mengungkap kemarahannya tetap saja di lubuk hatinya akan cemburu.

"Gua ngga bisa. Sama yang lain aja," tolak Varrel.

"Kenapa? Aku ada salah sama kamu? Kok tumben nolak?" tanya Clarissa.

"Rissa, dengerin gua... Tadi Rena lewat menuju kantin dan kalo gua sama lo ke kantin juga itu pasti bakal ketemu sama dia dan gua ngga mau itu terjadi. Gua nggak mau Rena mikir yang enggak-enggak, gua nggak mau Rena ngerasa cemburu. Jadi mulai sekarang kita agak berjarak ya, kalo ada Rena kita nggak boleh barengan. Bukan apa-apa cuma gua sekarang sadar kalo apa yang gua lakuin selama ini salah. Lo emang sahabat gua tapi Rena adalah prioritas gua, gua nggak mau Rena sampe memprioritaskan laki-laki lain. Gua nggak mau Rena lebih membutuhkan laki-laki lain, terakhir... Jangan sampe yang selalu ada sama Rena itu laki-laki lain padahal gua pacarnya." jelas Varrel dengan panjang lebar dan Clarissa yang mendengarnya langsung tertunduk. Hatinya sesak mendengar kalimat terakhir dari Varrel.

"Va-varrel... Aku tau, aku cuma sahabat kamu tapi Rel... Aku cuma punya kamu, sahabat aku cuma kamu, orang terdekat aku cuma kamu. Jadi aku harus sama siapa kalo nggak sama kamu?" rintih Clarissa dengan lemas.

"Rissa, lo udah dewasa dan nggak harus gua. Cewek-cewek di sini banyak, lo bisa temenan sama mereka. Atau nggak sama si Reynald atau Arlan, ini kan temen gue dan temen gue adalah temen lo juga. Mereka juga deket kan sama lo?akrab?" jawab Varrel

"Udah Varrel cukup. Oke kalo ini yang kamu mau tapi aku bakal aduin ke kakak aku, kalo kamu—

"Gue cape Riss pengen ke kelas dulu mau tidur, maaf ya" potong Varrel lalu dia langsung memasuki kelas.

Reynald dan Arlan sedari tadi diam. Mereka pun juga akan bingung jika berada di posisi Varrel. Tapi Arlan, dia tak tega jika ada perempuan yang menangis di depannya.

Dia merangkul gadis itu dan mengusap air matanya, "Udah jangan nangis ya. Varrel lagi cape, jadi sama gue aja ke kantinnya oke?" ucapnya lalu mengantarnya ke kantin.

"Kenapa gua yang ditinggalin sendirian" dengus Reynald merasa kebingungan harus ke mana.

Jam berjalan dengan cepat hingga bel pulang sekolah telah berbunyi. Hari ini Varrel terpaksa harus mengantar Clarissa pulang karena tadi sebelum pulang kakaknya mengirim pesan jika dia tidak bisa menjemput jadi mau tidak mau Varrel harus mengantarnya.

Namun, Rena sudah di depan kelas Varrel dengan tersenyum penuh semangat. Berharap nanti pulang sekolah akan mampir ke cafe hanya untuk menghilangkan penat.

"Ka-kamu kenapa Rel? Ayo pulang" ajak Rena penuh semangat.

"Maaf Ren, gua bareng sama Rissa. Tadi abangnya ngechat gua kalo dia ngga bisa jemput, jadi gua harus nganter dia" jelas Varrel.

Deg!

Rasanya begitu sakit mendengarnya. Namun, bukankah ini sudah biasa? Mengapa Rena harus heran dan merasa sakit hatinya?

"O-oh gitu... Yaudah gue duluan ya" dengan lemas Rena menyelonong pergi begitu saja, namun Reynald mampu menahannya.

"Lo bareng gue aja Ren," ucap Reynald.

"Wiidihh tumben lo mau nganter Rena!?" celetuk Arlan.

"Gue... Gue cuma kasihan aja" jawab Reynald agar tidak dicurigai.

"GUE? NGGAK BUTUH DIKASIHANI!" sentak Rena lalu langsung pergi begitu saja.

"Mau dibantu malah sewot," cibir Arlan.

"Mungkin udah bad mood" balas Reynald.

"Lo apaan sih Rey kok jadi kek belain Rena?!" kesal Arlan.

"Siapa yang belain dia orang gue ngomong apa adanya. Kan siapa tau dia suasana hati dia lagi kagak baik gegara Varrel." ujad Reynald

"Udah kalian nggak usah ribut! Mending kalian pulang" ucap Varrel menengahi dan mereka langsung bubar.

Posesive ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang