Rena melihat di teras rumah ada sebuah mobil mewah dan yah Rena sangat tau siapa pemilik mobil itu. Yah, itu milik Papa tirinya.
Dengan lemas, Rena melangkahkan kakinya dan mengetuk pintu rumahnya dalam kondisi basah kuyup.
Andre, nama Papa tirinya yang begitu kejam terhadapnya karena selalu menyalahkan dirinya dan menekannya.
"Darimana saja kamu?! Bukannya belajar malah keluyuran! Basah kuyup begini lagi. Bikin malu!" ucap Andre dengan nada tinggi.
Lalu, Marina datang dan ikut memarahinya, "Fadli nggak ada bukan berarti kamu nggak belajar Rena! Harusnya kamu belajar mandiri jangan—
"Hari ini satu tahun meninggalnya Papa kalo Mama lupa. Jadi aku abis berziarah ke makamnya, maaf kalo pulang telat dan nggak belajar." potong Rena dengan lemas lalu memasuki rumahnya dan berjalan menuju kamar.
Deg!
Marina menjadi terdiam. Dia menunduk teringat suaminya yang telah tiada. Begitu menyedihkan jika teringatnya, juga merindukannya.
Andre merangkul istrinya dan berkata, "Maaf aku lupa kalo hari ini satu tahun meninggalnya Raffi. Besok kita ziarah ke makamnya, ya?" lontar Andre lalu Marina hanya mengangguk dengan lemas.
Beberapa jam kemudian makan malam telah tiba dan di meja makan seperti biasanya Rena hanya terdiam jika ada Papa tirinya. Sedangkan, Rachel dia asik bercerita ke Papa dan Mamanya seperti keluarga harmonis.
"Nahh harusnya kamu itu rajin belajar kayak Rachel, Ren. Jadi kakak itu harus bisa jadi contoh yang baik bukannya males-malesan kalo nggak keluyuran nonton drama!" ucap Andre membandingkan Rena dengan anak kandungnya, Rachel.
Rena tidak merespon dan dia masih cukup sabar.
"Apalagi katanya kamu punya pacar. Fungsinya pacar itu apa? Kalo umur belasan tahun pacaran itu cuma bisa nyakitin. Daripada kamu buang waktu nggak jelas mending fokus belajar biar nanti masuk kampus impian. Atau jangan-jangan emang kamu nggak punya impian? Nggak punya tujuan hidup makanya nggak jelas gini? Yang bisa kamu lakuin kalo nggak pacaran, nonton drama dan keluyuran. Malu Papa kalo temen-temen pada cerita anak-anaknya dan anak-anak mereka semua membanggakan orang tuanya, sedangkan kamu? Apa yang harus dibanggakan? Yang ada bikin malu." lanjut Andre memaki Rena dengan habis dan membanding-bandingkan Rena hingga ke akar-akarnya dan membuat Rena nyesek.
Rena masih tidak merespon, mendengarnya saja sudah membuatnya sakit hati. Dia masih santai mengunyah makannya yang sebentar lagi habis.
"Selain kamu bodoh dalam pelajaran ternyata kamu juga bodoh dalam mempergunakan mulut ya? Mulut fungsinya ada dua, makan sama ngomong. Saya harap nggak cuma buat memasukin makanan doang. Makanan itu yang kamu kunyah hasil jerih payah saya jadi saya harap kamu tau diri sedikit" ucap Andre dan ini sangat membuat Rena sakit hati.
Deg!
Kata-kata 'tau diri' membuat Rena juga tersinggung. Mengapa Papa tirinya seperti perhitungan gini? Padahal dulu ayahnya saja tak pernah mempermasalahkan makanan.
"Yah. Nggak seharusnya juga berada di sini duduk makan bersama dengan keluarga harmonis kan saya cuma anak tiri yang bisanya cuma bikin malu. Saya tau anda itu seorang pembisnis yang sukses dan pinter dalam hal apapun tapi jangan perhitungan gini dong? Mentang-mentang pinter ngitung." ucap Rena dengan penuh penekanan di dua kata yaitu keluarga harmonis dan anak tiri.
Setelah mengatakan itu, Rena pergi meninggalkan meja makan. Bahkan, dia nggak peduli dengan makanan yang belum ia habiskan.
"Papa keterlaluan! Omongan Papa tadi ke kak Rena kelewatan. Nggak seharusnya ngomong kayak gitu," lontar Rachel dan dia juga pergi meninggalkan meja makan dan menyusul Rena.
"Aku tau Rena cuma anak tiri kamu dan nggak ada yang dibanggakan tapi nggak seharusnya kamu menyuruh Rena tau diri. Kamu sekarang adalah pengganti ayahnya jadi harusnya kamu ikhlas menafkahi dan memberi makan Rena bukannya kayak perhitungan gini, mas." ucap Marina dia juga ikut tersinggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesive Cold
Teen FictionJika ada seseorang yang mencintai dan menyayangimu dengan cara berbeda bagaimana perasaan kamu? Jika seseorang itu lebih mementingkan orang lain padahal di hatinya prioritasnya kamu, apa kamu akan marah? Itulah yang dirasakan Rena setiap hari semen...