Kringggg!!!
Bel istirahat telah berbunyi dan semua murid sebelas IPA dua mengumpulkan lembar jawaban pada Bu Dina karena ulangan pun telah selesai.
Saat pengumpulan lembar jawaban Bu Dina entah kenapa tertawa saat melihat jawaban Rena.
"Ibu nertawain jawaban saya?" tanya Rena
"Yaiyalah Ren coba aja kamu lihat jawaban kamu ini loh sangat tidak nyambung. Soalnya apa dijawabnya apa." jawab Bu Dina
"Seenggaknya saya masih bisa jawab Bu jadi udahlah jangan dipermasalahkan dan lagi pula saya terima kok semisal saya kena remedial lagi," kata Rena dengan santai
"Sudah kamu lebih baik ikuti saran dari Ibu jika kamu dibimbing oleh Fadli oke?" jelas Bu Dina
"Enggak! Lebih baik saya gak dapet nilai semester ini daripada harus diajar sama cwok rese itu." bantah Rena
"Kamu lupa kalo kita ini udah memasuki semester dua? Dan kamu juga lupa kalo semester lalu aja nilai kamu masih merah. Emang gak mau ada perubahan?" tanya Bu Dina
"Terserah, intinya saya gak mau dibimbing sama Fadli!" cetus Rena lalu pergi keluar kelas.
Bu Dina menggelengkan kepalanya heran kenapa murid satu itu sangat keras kepala. Akhirnya guru yang berumur masih dua puluh tujuh tahun itu menelfon orang tua Rena karena rumah Bu Dina dan Rena cukup dekat jadi tak heran jika Bu Dina ini memiliki nomor orang tua Rena. Ya Bu Dina ini masih tergolong muda karena sudah menikah dan mempunyai anak satu, itupun anaknya masih berumur dua tahun.
"Halo Assalamualaikum Bu Marina..." ucap Bu Dina saat panggilannya sudah terhubung.
"Iya walaikumsalam kenapa Bu?" balas Marina
"Maaf nih Bu saya mau mengatakan tentang nilai anak Ibu, Rena."
"Iya terus?"
"Nilai Rena sangat rendah dan itu butuh pelajaran tambahan, apa Ibu setuju jika Fadli murid saya membimbing Rena dalam pelajaran Fisika? Soalnya Rena ini nilai Fisikanya sangat rendah Bu dan kehadirannya juga sangat jarang jika di pelajaran saya." tutur Bu Dina
"Ya ampun! Anak itu memalukan sekali. Ya sudah Bu saya setuju jika Fadli membimbing Rena dan memangnya mengapa Bu jarang hadir bukannya setiap hari selalu berangkat?" heran Marina
"Mungkin Rena memang tidak suka pada pelajaran saya Bu soalnya hanya di pelajaran saya kehadirannya jarang," jawab Bu Dina.
"Benar-benar bikin malu. Ya sudah Bu nanti saya akan bicara sama anak saya Rena," ujar Marina
"Ya sudah Bu saya tutup dulu telfonnya ya, assalamualaikum" kata Dina.
"Walaikumsalam" balas Bu Marina
Setelah Bu Dina pergi dari kelas sebelas IPA dua tanpa sadar sedari tadi Rena mendengar percakapannya bersama orang tua Rena di balik pintu kelas. Namun ketika Bu Dina ingin keluar Rena segera pergi dari area kelasnya.
"Mama ngapain setuju sih sama saran Bu Dina itu? Kan kalo gini gue harus nurut dong jika nanti Fadli nyuruh-nyuruh gue dan sok senior." gerutu Rena
Fadli itu musuh Rena sejak kelas sepuluh karena sejak kelas itulah Fadli menjabat sebagai OSIS, dia selalu menghukum Rena jika terlambat. Dan apalagi sekarang jabatan Fadli semakin meningkat jadi cowok itu semakin membuat Rena kesal, padahal Rena sudah membujuk teman-temannya agar tidak memilih Fadli saat pemilihan ketua OSIS.
Rena duduk di kantin sendiri untuk berniat untuk menenangkan dirinya. Namun saat Rena melirik ke arah ujung kantin, disana ada Varrel berdua bersama Clarissa. Rena kali ini tak diam, ia melangkahkan kakinya untuk berbicara pada Varrel mengenai balapan semalam. Ingat ya bukan untuk peduli ataupun cemburu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesive Cold
Teen FictionJika ada seseorang yang mencintai dan menyayangimu dengan cara berbeda bagaimana perasaan kamu? Jika seseorang itu lebih mementingkan orang lain padahal di hatinya prioritasnya kamu, apa kamu akan marah? Itulah yang dirasakan Rena setiap hari semen...