Pagi ini Rena sungguh tak bersemangat untuk bersekolah karena mengingat kejadian semalam yang akan menimpa dirinya namun seseorang yang diandalkan sangat tidak peduli.
"Rena!" panggil Varrel dari arah belakang namun Rena tak peduli ia tetap berjalan lurus menuju kelasnya.
Varrel tak berhenti dia mengejar Rena hingga berhasil menarik tangannya, "Lo kenapa sih? Gue panggil dari tadi gak nyaut" tanya Varrel.
"Emang kenapa? Apa pedulinya lo?" tanya Rena balik namun cuek.
"Ren lo kenapa sih? Lo marah sama gue? Tapi salah gue apa?" Varrel menyerngit tak mengerti dan mendadak heran mengapa sikap Rena seperti ini.
"Udahlah gue males sama lo karena lo gak pernah peduli sama gue!" cetus Rena lalu membalikkan badannya kemudian melangkah kembali.
"RENAAA TUNGGUU!" pekik Varrel lalu mengejar Rena kembali dan berhasil berhenti tepat di depannya.
"Apa?" tanya Rena malas sekaligus cuek.
"Maksud lo apa? Gue beneran gak ngerti sumpah!" ujar Varrel.
Rena menghela nafasnya lalu meneguk ludahnya kemudian menatap Varrel dengan tatapan melirih, "Lo tau gak semalam kenapa gue nelfon lo? Gue hampir diculik Rel tapi apa lo sama sekali gak peduli dan bahkan angkat telfon sama baca SMS gue aja enggak." lirih Rena
"Hah semalam lo nelfon gue? Jam berapa? Gue gak tau beneran" kata Varrel
"Cek aja hape lo," kata Rena lalu Varrel segera membuka ponselnya namun sayang ponselnya itu habis baterai.
"Astaga gue lupa charger lagi!" Varrel menepuk jidatnya dia lupa mencharger ponselnya karena semalam dia sibuk ngerjain tugas bersama Clarissa.
"Oke gue minta maaf karena semalam gue ngerjain tugas sama Clarissa dan gue sama sekali gak buka hape" lanjutnya dengan sangat merasa bersalah.
"Karena lo selalu sibuk! You anytime busy and nothing time to me." bentak Rena sambil menunjuk bahu Varrel lalu langsung pergi dari hadapan Varrel
Varrel meneguk ludahnya lalu mengacak rambutnya frustasi dan segera pergi untuk mencharger ponselnya. Lain sisi Rena sudah berada di kelasnya bersama Zea.
"Kenapa Ren? Lo berantem lagi sama Varrel?" tanya Zea
"Gue males sama Varrel jadi stop bahas dia gue benci." ujar Rena
"Kenapa lagi cerita coba sama gue, jangan tiap ada masalah lo selalu aja kayak gini membenci Varrel dengan alasan tak masuk akal dan karena masalah sepele" kata Zea
Rena menatap Zea dengan tajam, "Apa? Lo bilang gue benci Varrel dengan alasan tak masuk akal? Terus karena masalah sepele? Apa hampir diculik itu masalah sepele? Dan tidak masuk akal buat jadi alasan kenapa gue benci sama Varrel? Gak yah Zea kali ini dia udah kelewatan!" jelas Rena
Mata Zea menganga ketika mendengar apa yang dijelaskan Rena dan dia sama sekali tidak tahu bahwa sahabatnya itu hampir diculik, "Apa Ren lo hampir diculik? Sama siapa? Dan kapan? Kok gue gak tau" tanya Zea bertubi-tubi.
"Iyah lo gak tau karena lo juga sama seperti Varrel anytime busy!" bentak Rena lalu keluar dari kelasnya dengan frustasi.
Zea menutup wajahnya dan dia jujur sama sekali tidak tahu mengenai masalah yang menimpa sahabatnya itu.
Selang beberapa menit bel pun berbunyi dan seorang guru memasuki kelasnya, dia Bu Dina guru yang mengajar Fisika di kelas ini.
"Selamat pagi semuanya! Berjumpa lagi dengan Ibu semoga kalian bersemangat dan ilmunya berguna untuk masa depan" sapa Bu Dina dengan ceria dan penuh semangat.
"Pagi juga Bu" balas seisi kelas serentak.
Bu Dina duduk di kursinya dan dia melihat sekelilingnya namun matanya berhenti saat melihat kursi Rena yang kosong.
"Lohh Rena mana? Kok kosong kursinya?" tanya Bu Dina
"Katanya lagi gak enak badan Bu jadi di UKS" jawab Zea beralasan karena tidak tega jika harus melihat Rena dihukum lagi.
"Ohh gitu. Ya sudah lebih baik di UKS daripada masuk kelas tapi sakit yang ada nanti menyusahkan" ujar Bu Dina
Kemudian setelah itu barulah Bu Dina memulai proses belajarnya seperti biasa dan di lain tempat Rena sedang berada di taman belakang sekolah.
Duduk sambil bersender di pohon memanglah nyaman, apalagi di tambah suasananya begitu sejuk jadi sangat pas untuk Rena yang sedang bad mood.
Tak lama Fadli datang karena disaat ia keliling sekolah untuk mencari siswa atau siswi yang bolos tak sengaja melihat Rena.
Fadli pun mendekati Rena dan duduk di sampingnya, "Lo kenapa gak masuk kelas? Masih mikirin tentang semalam?" tanya Fadli.
"Gue malas" hanya itulah balasan dari Rena.
"Karena pelajaran Fisika? Kan udah gue ajarin kenapa masih malas?" ujar Fadli
"Gak mood." keluh Rena
Di sisi lain di sebuah lorong terdapat Varrel dengan teman-temannya. Mereka sengaja berkumpul di sini agar tidak ada guru yang menemukan mereka di saat bolos.
Varrel masih pusing memikirkan Rena sedangkan Reynald dan Arlan asyik memainkan gitar. Hingga Varrel merasa jenuh sendiri, "gue mau ngomong sama kalian berdua" ucapnya hingga membuat Reynald dan Arlan berhenti dan mulai fokus pada Varrel.
"Apa?" tanya Reynald
"Kalian berdua tahu nggak tentang semalam Rena mau diculik?" tanya Varrel
"Enggak. Semalam gue pergi sama adik gue ke salon" jawab Arlan
"Gue juga nggak. Semalam gue pergi ke toko kue sama emak," tambah Reynald.
Varrel menghela nafasnya. "Tadi pagi Rena cerita ke gue, katanya semalam dia nelfon gue tapi gue nggak angkat" cerita Varrel.
"Rel, kayaknya bener deh feeling gue kalo lo sama Rena mending putus aja. Ya bukannya gue mau ikut campur cuma kan lo tau sendiri keadaannya gimana nanti" saran Arlan.
"Nggak Lan. Gue cinta sama dia gue bakal jaga dia di mana pun dan sampai kapanpun" kata Varrel.
"Tapi cukup bahaya tau Justin sama temen-temennya bagi Rena," ujar Reynald
"Meskipun gue lepas mereka juga belum tentu bakal berhenti nyakitin Rena Rey," jawab Varrel.
"Seenggaknya lo gak dibebani lagi sama Rena, udah gak ada tanggung jawab lagi jika terjadi sesuatu pada Rena. Contohnya aja semalam kata lo Rena hampir diculik, nah tapi kenapa dia marah sama lo? Karena lo gak bisa jagain dia kan? Karena lo gak nolongin dia kan? Udahlah Rel mending lo putus sama dia. Gak ada gunanya hubungan dipertahankan jika kedua belah pihak selalu mementingkan dirinya sendiri." jelas Reynald memberi saran
"Iya Rel gue juga setuju tuh sama ucapan Rey, hubungan itu saling menjaga, saling menyayangi, saling tertawa tukar cerita. Nah kalo lo nya aja sibuk sama Rissa terus Rena sibuk sama Fadli itu pasti akan menimbulkan konflik terus Rel, lo gak capek apa? Gak capek karena selalu ngalah terus?" sambung Arlan.
Varrel terdiam. Ucapan kedua temannya ini memang benar semua tapi tetap saja Varrel tidak bisa meninggalkan Rena karena dia sangat menyayangi Rena.
Kali ini Varrel berjanji pada dirinya untuk lebih menjaga Rena. Dia akan pastikan jika Rena akan baik-baik saja dan kejadian semalam tak akan terulang lagi.
_Bersambung_
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesive Cold
Teen FictionJika ada seseorang yang mencintai dan menyayangimu dengan cara berbeda bagaimana perasaan kamu? Jika seseorang itu lebih mementingkan orang lain padahal di hatinya prioritasnya kamu, apa kamu akan marah? Itulah yang dirasakan Rena setiap hari semen...