✨9. hukuman lagi✨

313 22 1
                                    

Kringggg...

Alarm terus saja berbunyi, tetapi Rena tetap saja masih terlelap. Hingga Marina datang dan membuka gorden jendela Rena lalu lantas sinarnya terasa silau, apalagi AC nya di matikan jadi lebih hangat.

Rena terbangun dari tidurnya, "Aduh Mama kenapa sih dimatiin AC nya. Masih pagi juga." cerocos Rena merasa tak terima AC nya dimatikan.
"Lihat jam sana!" titah Marina lalu segera Rena lirik ke jam yang berada di sampingnya.

"Oh my God! Ini udah jam tujuh bisa abis gue sama si Fadli!" gerutu Rena lalu segera ia mandi.

Marina menggelengkan kepalanya lalu segera keluar dari kamar Rena. Kamar Rena itu sangat berantakan tapi Marina biarkan begitu saja agar Rena bisa belajar rapih.

Tak butuh waktu lama Rena selesai mandi dan memakai seragam sekolahnya, lalu tanpa berdandan ia hanya menyisir rambut saja Rena langsung memakai sepatu dan segera pergi menuju sekolahnya.

Saat ini otak Rena selalu saja tertuju pada Fadli, dia tak ingin dihukum lagi sama pria itu. Kebetulan saat Rena sampai di halte langsung ada sebuah bus yang datang.

Memang, Rena jika berangkat sekolah tak pernah menggunakan mobilnya, karena ia malas nyetir dan jika sudah terlambat seperti ini membuatnya repot. Andai saja Rena tidak terlambat dia bisa ikut bersama supir Rachel.

Lima belas menit kemudian bus itu berhenti di halte dekat sekolah Rena. Tak mau membuang waktu lagi Rena harus berpikir cepat apakah ia harus loncat dari tembok belakang sekolah lagi, atau menyogok satpam.

Bagi Rena saat ini mengeluarkan uang lebih baik daripada harus loncat, karena tadi pagi ia belum sarapan jadi kurang bersemangat.

Rena melirik kanan kini namun satpam yang ia maksud tidak ada, "Pak satpam mana sih kok gada tumben?" gumam Rena.

Beberapa detik kemudian Rena berniat berbalik ingin ke tembok belakang sekolah, namu baru saja dua langkah sudah ada yang memanggilnya.

"TELAT LAGI?!" pekik Fadli yang entah darimana ia muncul.

Rena menutup matanya dan berhenti melangkah, "Duh mati gue!" keluh Rena.

Fadli semakin mendekat lalu menarik tangan Rena agar mau masuk ke gedung sekolahan SMA Dwiwarna. Kali ini Rena hanya menurut karena jika ia bantah pun Fadli pasti tak akan berubah untuk tidak memberinya hukuman.

Saat di lapangan upacara mereka berhenti dan Fadli memandang bendera merah putih sambil menyipitkan matanya karena silau, "Hukuman Lo pagi ini berdiri disini dan menghadap bendera merah putih sambil hormat" jelas Fadli.

"Dli tolong deh lo jangan kasih hukuman gini gue gak tahan panas. Mending lo nyuruh gue kek kemarin aja bersihin taman" pinta Rena.

"Nawar aja lo kek belanja di pasar. Dah mending lo nurut aja sana dan jangan kabur!"  kata Fadli

"Lo tega tau gak!" cetus Rena

"Suruh siapa telat." ujar Fadli lalu pergi meninggalkan Rena.

Rena terpaksa menurut walaupun sebenarnya ia tak tahan panas. Mungkin pingsan di tempat itu lebih baik daripada membujuk Fadli, karena itu percuma.

Sebenarnya Fadli tidak pergi, hanya saja dia memperhatikan Rena dari kejauhan. Lagi pula Fadli juga penasaran kenapa Rena jika diberi hukuman berdiri di lapangan selalu menolak, padahal terlihat jelas di wajah Rena tak memakai skincare yang membuatnya tak tahan panas.

Awalnya Rena biasa saja dan berharap hukuman ini cepat selesai, tetapi entah kenapa sinar matahari begitu membuatnya terasa panas dan silau sekali. Hingga lama kelamaan kepala Rena terasa pusing dan penglihatannya buram lalu tiba-tiba saja...

Brakk

Tubuh Rena jatuh ke tanah dan dengan cepat Fadli menghampirinya. Saat Fadli ingin mengangkat tubuh Rena, tak sengaja Varrel melihat itu dan langsung menghampiri Fadli dan Rena.

"Cewek gue kenapa? Sini biar gue aja yang bawa lo minggir!" tanya Varrel cemas lalu langsung mengambil alih tubuh Rena.

"Gausah biar gue aja lagian ini salah gue, karena gue udah hukum dia." tolak Fadli yang tangannya masih memegang kepala Rena.

"Gue cowoknya jadi gue lebih berhak!" kata Varrel lalu mendorong tubuh Fadli agar tangan Fadli terlepas dari kepala Rena.

Deg!

Mendengar itu Fadli sadar, ia lupa bahwa Varrel adalah pacarnya jadi Fadli biarkan saja itu terjadi.

Kemudian dua pria itu membawa Rena ke ruang UKS, dan tentu kejadian itu tak luput dari pandangan siswa siswi SMA Dwiwarna yang sedang jamkos ataupun pelajaran olahraga.

Semua siswa siswi nampak kagum karena Varrel dan Fadli terlihat begitu perhatian, apalagi cara Varrel menggendong Rena dengan cara bridal style.

"Aaaa Varrel perhatian banget sih sama ceweknya"

"Andai aja ceweknya itu sama perhatiannya kek Varrel"

"Kak ketos juga perhatian ternyata"

"Kak Fadli aduh ganteng banget sih"

"Jadi pengen ada di posisi Rena deh di perhatikan dua cowok ganteng".

"Rena sama Varrel gak cocok. Mending Varrel sama Clarissa"

"Mungkin Rena pantesnya sama Fadli kali ya biar bisa berubah"

"Jangan-jangan cuma pura-pura pingsan lagi biar dapet perhatian"

"Ck, pansos teros!"

"Udah biasa dihukum juga, kenapa harus pingsan."

Dan begitulah komentar dari siswa siswi SMA Dwiwarna ketika melihat dua cowok ganteng yang mereka kagumi sedang memperhatikan Rena, yang terkenalnya badgirl.

Hingga mereka bertiga sampai di ruang UKS. Kebetulan disana ada Bu Citra, selaku perawat yang khsusus untuk menjaga UKS dan mengobati siswa siswi.

"Rena Kenapa?" tanya Bu Citra.

"Tadi saya hukum berdiri di lapangan Bu karena dia telat." jawab Fadli

Bu Citra menghela nafasnya lalu segera memeriksa Rena hingga ketika selesai memeriksa Bu Citra berkata, "Rena hanya lemas dan tidak bisa menahan sinar matahari. Mungkin dia belum sarapan tadi pagi sebelum sekolah" jelas Bu Citra

"Ini semua gegara lo tau gak Dli! Udah tau Rena belum sarapan kenapa lo hukum." bentak Varrel

"Hah? Salah gue? Kan gue gak tau kalo dia belum sarapan. Dan harusnya elo salahin cewek lo lah kalo gak mau di hukum jangan terlambat!" balas Fadli

"Rena itu gak bisa nahan sinar matahari jadi lain kali jangan hukum dia berjemur." saran Varrel

"Dan Rena selalu datang terlambat, lain kali lo jemput dia ya biar ga dihukum lagi capek gue ngasih hukumannya." ujar Fadli

Varrel langsung menatap tajam Fadli dan Fadli? Dia hanya tersenyum miring, "Gak salah kan ucapan gue?" tanyanya Fadli merasa tak berdosa.

Varrel tak menggubris ucapan Fadli, dia keluar dari ruangan UKS karena malas berdebat dengan pria yang ada di depannya. Begitupun Fadli dia pergi ke kantin untuk membelikan makanan untuk Rena.

_Bersambung_

Posesive ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang