✨41. rena siuman✨

44 2 0
                                    

Hari ini adalah hari libur jadi mereka tetap santai walaupun bangun siang. Varrel tidur tepat di sebelah Rena sedangkan Fadli tertidur di sofa yang tersedia.

Varrel merasakan seperti ada gerakan tangan dan yah! Sekarang Rena tersadar dari koma- nya. Dia membuka matanya dengan perlahan.

"Renaaa?! Kamu udah sadar sayang?" ucap Varrel dengan lembut dan ini adalah pertama kalinya Rena mendengar Varrel berucap lembut dan memanggil dirinya dengan kata 'kamu'.

Rena hanya mengangguk. Lalu, Rena melihat sekelilingnya tetapi ia heran mengapa di sini tidak ada Melisa? Padahal seingatnya Melisa juga ikut diculik.

"Melisa mana?" ucap Rena. Dia menanyakan Melisa kata yang keluar dari mulutnya pertama kali bangun dari koma nya.

Fadli mengucek matanya dan dia merasa terkejut melihat Rena sudah terbangun dan menanyakan Melisa.

"Melisa udah gue suruh pulang" jawab Fadli

"Dia baik-baik aja kan?" tanya Rena lagi.

"Lo ngapain sih nanyain dia? Kenapa lo masih aja baik ke dia padahal dia udah nyakitin lo." bentak Varrel

"Nyakitin? Maksudnya?" Rena tidak mengerti mengapa Varrel berucap seperti itu padahal Melisa tidak melakukan apapun seingatnya sebelum dia pingsan.

"Dia kan yang udah nusuk lo?!" tuduh Varrel

Rena menyerngit tak mengerti lalu menggelengkan kepalanya. "Bukan" jawab Rena

"Terus siapa kalo bukan dia?" tanya Varrel

"Astaga masih pagi udah bahas masalah aja. Bukannya sarapan malah mulai perdebatan" lontar Rena

"Gapapa Ren biar jelas juga kan kita nggak tau apa yang sebenarnya terjadi, yang tau kan cuma lo sama Melisa" ucap Fadli

"Emmm yaudah gue ceritain, jadi waktu itu gue sama Melisa abis piket di kelas terus pas kita udah selesai piket di belakang tuh ada yang ngikutin kita. Dua cowo pake jaket hitam sama masker hitam nah terus mereka ngebawa kita ke gudang terus tiba-tiba Clarissa dateng, dia marah-marah di sana dan abis itu dia tiba-tiba ngeluarin belati dia tiba-tiba nyerang gue pake belati itu. Dia nusuk perut gue dan gue pingsan terus nggak tau apalagi yang terjadi" jelas Rena

Deg.

Varrel menutup mulutnya karena ia sangat terkejut mendengarnya. Tapi dia masih tidak percaya jika ini semua Clarissa yang melakukan karena setahunya Clarissa itu hanya gadis manja dan polos.

"Tapi gue nggak percaya kalo ini semua Clarissa pelakunya. Lo nggak usah bohong Ren dan nggak usah ngelindungin Melisa!" ucap Varrel

"Untuk apa gue bohong Rel? Ga guna juga kalo gue ngelindungin Melisa kalo emang dia pelakunya" jawab Rena

"Ren Clarissa itu nggak pernah ngelakuin tindakan kriminal gini. Gue tau banget tentang dia dan gue masih hafal gimana karakter Melisa, gue yakin banget kalo Melisa pelakunya" lontar Varrel ngegas.

"Lo masih hafal karakter dia? Berarti tandanya lo belum selesai sama masalalu lo Rel. Di lubuk hati lo masih ada serpihan tentang mantan lo! Dan kenapa lo nggak percaya sama gue? Heran gue kenapa di saat kayak gini lo masih bisa belain Clarissa. Udah muak banget gue sama lo Rel, gue capek. Kapan sih lo ngertiin gue? Percaya sama gue? Dan berhenti belain cewek itu? Kalo lo tetep kayak gini terus mending kita udahan aja. Cukup sampai di sini dan silahkan bersama cewek yang menurut kamu baik itu!" lirih Rena yang tiba-tiba saja meneteskan air matanya.

"Ren... Tapi Melisa nggak sebaik yang lo kira. Dia jahat Ren dan gue tau banget Clarissa orangnya gimana. Jangan karena lo benci sama Clarissa lo jadi nuduh dia" ujar Varrel kini merendahkan suaranya.

Plak!

Rena menampar pipi Varrel dengan sangat keras dan penuh amarah. Dia benar-benar emosi karena kenapa Varrel masih bisa belain Clarissa padahal sudah jelas jika Clarissa di sini sangat bersalah.

"Aku Rel. Aku yang ditusuk jadi tau siapa pelakunya tapi kenapa kamu terus aja belain cewek itu padahal udah jelas dia salah?! Mending kamu pergi saat ini karena aku udah nggak mood!" usir Rena lalu mengalihkan pandangannya.

"Iya Rel mending lo pergi dari sini dulu karena Rena baru sadar dari koma nya dan nggak baik kayaknya buat kesehatannya kalo dia penuh emosi gini" saran Fadli

"Besok lo cek cctv gudang Dli. Gue penasaran siapa pelakunya" pinta Varrel lalu dia pergi meninggalkan ruangan ini.

Fadli menghela nafasnya, dia duduk di sebelah Rena. Lalu Fadli menyodorkan segelas air putih yang ada di atas nakas sebelah ranjang Rena tidur.

"Minum dulu. Gimana keadaan lo? Masih sakit nggak perutnya?" ucap Fadli dengan lembut.

Rena terharu mendengarnya. Mengapa Varrel sangat berbeda dengan Fadli, laki-laki itu lebih mementingkan pertanyaan kesehatannya ketimbang masalah kemarin.

Rena meneguk air putih itu lalu menjawab, "Lumayan membaik tapi masih lemas dan agak sakit" jawab Renam

"Kalo masih sakit tidur lagi aja jangan dipaksain dan nggak usah mikirin omongan Varrel tadi" saran Fadli

"Oh iya Mama gue ke sini nggak? Dia udah tau belum gue ad di sini?" tanya Rena

"Udah dan semalam pulang karena papa tiri lo minta pulang" jAab Fadli.

Rena tertawa hambar, "Emang ya semua orang nggak ada yang mentingin gue. Selalu aja ada yang lebih penting" cicit Rena

"Ada gue Ren. Gue yang bawa lo ke sini dan nungguin lo sampai saat ini dan ada Melisa juga yang udah mau donorin darahnya buat lo" ujar Fadli

"Hah?! Donorin darah? Separah itu gue Dli?"

"Iyaa. Untung aja Melisa darahnya sama dan mau jadi lo bisa selamat"

"Lo kenapa usir dia?"

"Kan awalnya gue nggak tau ceritanya gimana jadi gue kira Melisa pelakunya jadi gue usir"

"Astaga Fadli dia kan sahabat kita kok lo nggak percaya sama dia dia?"

"Iya Ren gue minta maaf. Yaudah gue mau telfon dia nih suruh ke sini. Lo mau nitip makanan nggak? Gue sekalian mau nyuruh dia bawa makanan"

"Gila lo udah ngusir malah nyuruh ke sini lagi, pake segala nyuruh bawa makanan lagi. Nggak malu?"

"Nggapapa lah. Melisa kan orangnya nggak dendam."

Rena tertawa mendengarnya. Ternyata Fadli sudah percaya jika Melisa tidak bersalah

🦋POSESIVE COLD 🦋

Bukannya pulang, Varrel malah pergi ke rumah Arlan. Dia bercerita tentang masalahnya pagi ini dan Arlan pun tertawa mengejek.

"Yaiyalah dia lebih belain Melisa kan sekarang Melisa jadi sahabatnya dia. Lo juga salah sih asal nuduh aja kan kita nggak tau gimana kejadiannya, ya minimal ada bukti lah ya kalo lo mau nyalahin Melisa" ujar Arlan

"Tapi kan Lan gue nggak percaya kalo Clarissa pelakunya. Lo tau kan Clarissa orangnya sepolos apa?" sahut Varrel.

"Rel lo pernah denger nggak sih istilah diam-diam menghanyutkan? Nah bisa jadi Clarissa itu seperti itu. Dia emang keliatan polos tapi bisa aja dia melakukan tindakan kriminal." lontar Arlan

"Gue jadi merasa bersalah sama Rena, Lan. Andai aja waktu itu gue nungguin dia piket pasti dia nggak akan kayak gini" sesal Varrel.

"Nasih udah jadi bubur Rel jadi lo percuma nyesel gini. Mending lo cari tau siapa pelakunya" saran Arlan

"Iyaa itu sih pasti tapi Rena mau nggak ya maafin gue? Gue baru pertama kali hampir diputusin Rena." keluh Varrel

"Pasti mau coba aja bujuk" kata Arlan

"Yaudah lah gue mau pulang dulu. Nyokap gue pasti nyariin" pamit Varrel lalu Arlan hanya mengangguk.

Posesive ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang