Malam ini Rena sedang berjalan keluar rumah hanya untuk mencari angin. Dia berjalan tak jelas dan entah mau kemana, yang jelas gadis itu hanya ingin memperbaiki suasana hatinya.
Jika teringat kemarahan Varrel tadi siang itu sangat membuatnya merasa bersalah dan merasa menyakitkan, karena menurutnya Varrel itu egois.
Di dekat jalan raya ada sebuah cafe yang ramai pengunjung. Namun mata Rena menyipit saat melihat ada motor Varrel di dekat sana.
"Varrel ngapain di cafe sana? Bukannya Varrel gak suka ice cream?" gumam Rena
Yah benar! Varrel itu sangat tidak menyukai ice crem karena ice cream itu tersea begitu manis hingga membuat giginya nyeri.
Rena sangat penasaran, dia berjalan menuju cafe itu dan mencari tau untuk apa Varrel kemari jika tidak bersamanya. Saat Rena sudah sampai sana dan masuk ke cafe itu ternyata Varrel bersama seorang gadis cantik.
Jleb!
Jantung Rena seakan berhenti berdetak. Karena bagaimana tidak? Disana Varrel bersama gadis lain dan itu bukan Clarissa atau dirinya, melainkan orang lain yang Rena saja tidak mengenalnya.
"Varrel... Gue suka sama lo gue cinta sama lo jadi kamu mau kan jadi milikku? Your be mine!" ucap gadis itu dengan senyum menggoda.
Varrel membuang mukanya malas dan langsung berucap, "Enggak!" tolaknya dengan lantang.
"Ayolah Varrel gue suka sama lo gue mau lo jadi milik gue, lo belum punya pacar kan?" pinta gadis itu dengan manja.
"Gue udah punya Rena dan gue gak mau jadi milik lo! Lo itu udah punya Marcel jadi gue harap lo ngerti bukan jadi murahan gini!" balas Varrel hingga mendapat tamparan keras oleh gadis yang ada di depannya.
Plak!
Rena yang melihat itu menutup mulutnya dan hati yang tadi panas kina meleleh karena Varrel menyebut namanya dengan status pacar.
"Kayaknya gue salah tempat jadi gue pergi dan makasih atas tamparannya karena itu mungkin lebih baik daripada gue harus jadi pacar lo!" kata Varrel lalu beranjak dari duduknya.
Saat Varrel membalikkan badan ternyata disana ada Rena. Terlihat jelas Rena begitu senang melihat saat melihat dirinya, padahal dalam hati Varrel khawatir. Khawatir akan kecewa terhadap dirinya bersama gadis lain.
Varrel mendekati Rena lalu bertanya, "Ngapain lo disini?" tanya Varrel.
"Gue tadi gak sengaja lewat sini dan liat ada motor lo di depan jadi gue mampir deh kemari" jawab Rena.
"Lo gak marah?" tanya Varrel lagi.
"Karena?" tanya Rena balik
"Ck, karena gue sama Cherry" decak Varrel malas.
Rena meraih tangan Varrel lalu tersenyum manis, "Gue gak marah kok. Malah gue seneng karena di saat lo kecewa sama gue lo tetap nganggep gue dan gak berpaling sama cewek lain, padahal cewek itu lebih cantik dari gue" jelas Rena.
Varrel terkekeh dia melepaskan tangan Rena lalu menariknya untuk keluar dari cafe. Rena pun kesal karena menurutnya Varrel ini tak peduli dengan apa yang dia katakan.
Hingga sampai di depan caffe dan duduk di sebuah bangku mereka duduk bersampingan.
"Seberapa marahnya gue dan seberapa keselnya gue sama lo, gue gak akan tinggalin Lo Ren" kata Varrel.
Rena terdiam.
"Cherry itu pacarnya Marcel dan gue gak mungkin ngambil dia walaupun Marcel itu bagian dari musuh gue," lanjutnya Varrel menjelaskan.
"Kenapa?" tanya Rena.
"Karena gue punya lo," jawab Varrel.
"Kalo lo gak pacaran sama gue apa lo mau sama dia?" tanya Rena lagi."Gak juga, karena gue yakin dia itu labil. Dia aja bisa selingkuh dari Marcel, apalagi sama gue nanti?" balas Varrel.
"Memangnya Marcel itu siapa? Kok gue kayak pernah denger yah tapi lupa siapa" ujar Rena.
"Marcel itu sahabatnya Justin dan Cherry adalah sepupunya Justin" tutur Varrel.
"Ohh gitu yaudah gue balik dulu ya udah malam," pamit Rena.
"Gue anter" kata Varrel.
"Gak usah gue bisa sendiri kok" bantah Rena
"Gapapa ayo gue anter," paksa Varrel lalu menarik tangan Rena untuk segera pulang bersama.
🦋POSESIVE COLD🦋
Saat Fadli ingin beranjak tak sengaja iya menyentuh kertas yang ada di sampingnya. Kertas itu tertulis tentang Universitas Indonesia.
Yah Fadli sangat menginginkan belajar disana dan ada beberapa teman Mamanya juga yang sudah siap untuk membantunya, apalagi pamannya sendiri ada yanh menjadi dosen di tempat itu.
Seketika senyum yang ada di bibir Fadli mengembang, "Gue akan semakin semangat buat ngadepin masa depan! Gue siap kerja keras demi tempat ini" ucapnya dengan senang lalu menyimpan kembali kertas itu.
Impian Fadli memang tidak terlalu besar, tetapi bagi Fadli kuliah disana adalah tujuannya. Memang banyak tempat kuliah di dunia namun Fadli hanya menginginkan di Indonesia karena di negeri ini dia bisa tumbuh dewasa, meskipun kedua orang tuanya selalu sibuk bekerja di luar negeri.
Kringggg...
Ponsel Fadli mendadak berbunyi dan lantas mengangkatnya karena itu dari Mamanya.
"Halo Mam kenapa? Tumben telfon?" tanya Fadli dengan ramah.
"Ini mama cuma mau bilang katanya tahun ini bakal ada pemilihan besiswa di Universitas Indonesia apa kamu mau mengikutinya?" tutur Desy
"Serius Mom? Kapan?" tanya Fadli
"Emmm... Gatau juga sih tapi nanti Paman Fahri akan bicara sama kepala sekolahmu jadi tanyakan saja pada beliau oke?" jelas Desy
"Oke deh. Dan Fadli juga yakin kalo pak kepala sekolah bakal milih Fadli soalnya kan kalo gak salah Varrel gak berniat buat kuliah disana," balas Fadli.
"Ya sudah Mama tutup ya telfonnya dan kamu belajar yang baik" pesan Desy
"Iya pasti" kata Fadli
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesive Cold
Teen FictionJika ada seseorang yang mencintai dan menyayangimu dengan cara berbeda bagaimana perasaan kamu? Jika seseorang itu lebih mementingkan orang lain padahal di hatinya prioritasnya kamu, apa kamu akan marah? Itulah yang dirasakan Rena setiap hari semen...