Matahari pagi ini begitu terik padahal jam menunjukkan masih setengah tujuh. Rena sudah tidak terlambat dan dia sekarang sudah duduk di bangku kelasnya bersama Melisa.
"Mel gue mau nanya sesuatu sama lo, boleh?" ucap Rena dengan ragu dan merasa tak enak hati.
"Nanya apa?" sahut Melisa yang masih fokus ke ponselnya karena dia sedang selfie.
"Emmmm... Tapi gue nggak enak nanyanya, agak sensitif pertanyaannya" keluh Rena.
Melisa menaruh ponselnya, dia memandang Rena sambil tersenyum, "Gapapa tanyain aja daripada ngeganggu pikiran lo" ujar Melisa penasaran.
"Emmmm... Gue boleh tau nggak cerita lo sama Varrel dulu gimana?" tanya Rena dengan pelan-pelan.
Melisa tertawa, "Yaelah gue kira mau nanya apaan. Jadi lo mau gue ceritain tentang Varrel sama gue dulu gitu?" tanya Melisa lalu Rena mengangguk.
"Oke gue ceritain lo dengerin ya. Dulu gue sama Varrel pacaran pas gue masih di Bali, dia sama gue dulu rumahnya lumayan deket tapi kita beda sekolah. Awalnya hubungan kita terjalin dengan baik seolah-olah nggak ada masalah apa-apa, tapi semakin lama Varrel kek menunjukkan sifap aslinya.. sifat yang cuek, moodly dan egois. Gue mulai cape ren dengan sifatnya tuh dan dia sering ngilang tiba-tiba kek ngabarin gue tuh cuma sekali atau dua kali dalam sehari, kayak ya cuma ngabarin aja nggak pengen ngobrol banyak gitu terus di sekolah gue ada anak baru yaitu namanya Justin dan dia selalu deketin gue padahal gue udah bilang kalo gue udah punya pacar. Tapi lama kelamaan entah kenapa gue lebih nyaman sama Justin ketimbang Varrel. kayak Justin tuh kebalikannya Varrel gitu dan suatu hari Justin nembak gue dan gue nerima dia padahal gue belum putus sama Varrel. Entah kenapa kalo gue pengen ngomong putus, gue ajak ketemu varrel selalu bilang sibuk. Terus beberapa hari Varrel dateng ke rumah gue ngajak gue jalan dan yah gue masih segani dia, seakan gue masih jadi pacar yang baik tapi gue nggak enak sama Justin jadi malemnya gue putusin Varrel. Gue ajak ketemu dia di tempat yang biasa kita ngedate dan dia nanya kenapa minta putus dan gue jawab cari aja yang lebih baik dari gue. Gue bilang kayak gitu karena gue ngerasa kalo gue itu bukan yang terbaik buat dia karena kalo yang terbaik buat dia pasti bakal bertahan, nggak ngerasa cape sama sifatnya. Tapi, keesokan harinya dengan tololnya si Justin malah ngeposting foto gue sama dia pake hape gue jadi yaudah Varrel tau kalo gue udah selingkuhin dia. Dan Lo tau Ren...? Ternyata Justin itu adik tirinya Varrel. Beberapa hari Justin mutusin gue, dia bilang kalo dia deketin gue dan pacarin gue cuma buat bikin sakit hati Varrel. Dia sangat dendam sama Varrel karena katanya Varrel telah merebut kasih sayang ayah dan ibunya. Dia ingin merebut semua kebahagiaan Varrel dan sebenci itu sama Varrel. Gue bener-bener nyesel Ren. Gue langsung nangis waktu itu, gue rela ninggalin Varrel yang tulus demi cowo brengsek yang tega sama saudaranya sendiri." jelas Melisa hingga tak sadar meneteskan air matanya.
Rena pun merasa sedih mendengarnya walaupun rasa cemburu sedikit ada, dia mengusap air mata Melisa lalu memeluknya. "Lo nggak sepenuhnya salah Mel, gue juga ngerti kenapa lo ngelakuin semua itu? Dan gue merasakan sifatnya Varrel yang kek bikin gue sedikit nggak betah tapi gue selalu tahan dan membiasakan diri" ucap Rena.
"Gue nggak tau lagi Ren apa yang harus gue lakuin selain minta maaf, rasa bersalah itu selalu ada ketika gue ngeliat Varrel" kata Melisa.
"Lalu kenapa lo milih sekolah ini? Kalo lo nggak nyaman ngeliat Varrel?" tanya Rena
"Sebenarnya ada alasan khusus tapi bukan tentang Varrel. Gue pengen deket sama seseorang yang awalnya gue temuin di Bali" jawab Melisa
"Siapa?" tanya Rena lagi.
"Fadli" balas Melisa.
Deg.
Rena melotot dengan kaget. Kok bisa Melisa bertemu dengan Fadli di Bali? Bagaimana ceritanya? Dan kenapa ingin dekat dengan Fadli?.
"Iya Ren gue waktu masih di Bali ketemu Fadli, dia katanya lagi ngurus cafe tantenya... Posisinya gue lagi nongkrong di cafe itu dan Fadli nyamperin gue katanya tantenya itu ngefans sama gue kan dulu gue itu selebgram dan gue tertarik sama dia, pertemuan kita terlalu singkat di sana jadi gue masih penasaran jadi gue pindah aja ke sekolahnya. Gue tau nama sekolahnya dadi sosmed" jelas Melisa
"Ooohhh jadi lo suka sama Fadli?" goda Rena
"Ih tapi lo jangan bilang siapa-siapa ya! Gengsi gua kalo Fadli sampe tau" pinta Melisa
"Gue bilangin ahh siapa tau Fadli juga suka sama elo kan dia sering ngeledekin lo" canda Rena
"Anjir ah nggak asik itu mah! Gue itu kalo suka duluan sama seseorang ya diem-diem Rena, gue nggak bisa secaper Clarissa dan gue juga gengsi kalo deketin duluan" ujar Melisa
Rena merasa bahagia mendengar alasan Melisa datang kemari dan dia merasa lega. Rena memang tidak curiga jika Melisa ingin merebut Varrel, namun hanya saja Rena hanya khawatir jika sikap baik Melisa ini hanya manipulasi. Tetapi selama dia mendengarkan cerita Melisa dia membayangkannya, dia fikir pasti Varrel kala itu sangat mencintai Melisa hingga ketika diselingkuhin menjadi trauma makanya sifatnya sekarang sangat berbeda dengan apa yang dijelasin Melisa sewaktu dulu.
Varrel tak mau membela dirinya karena mungkin dia hanya takut kalo suatu saat bakal diselingkuhin juga dan dia posesif hanya takut jika dirinya nyaman bersama laki-laki lain.
Lalu beberapa menit Fadli datang dan dia membawa dua cokelat buat Rena dan Melisa, "Gue dikasih coklat sama Tante gue dan gue nggak suka, nih buat kalian aja" ucap Fadli berbohong. Padahal aslinya dia beli sendiri dan bertujuan untuk Melisa, tapi karena gengsi dan takut diledekin jika hanya untuk Melisa jadi dia beli dua yang satu untuk Rena dan beralasan dari tantenya.
"Tante lo dateng ke sini?" tanya Melisa dengan sumringah dan Fadli mengangguk.
"Gue boleh ya ketemu dia? Dia kan seneng kalo ketemu gue?" pinta Melisa
"Iya ntar kapan-kapan, dia juga keknya sibuk dan tinggal di rumah gue agak lama soalnya lagi banyak urusan di sini" jawab Fadli
"Oke deh " sahut Melisa
Rena tak berkata apapun, dan hanya memandang wajah mereka berdua dan sangat serasi menurut Ren.
"Lo apaan sih Ren senyum-senyum gitu? Nggak bilang makasih lo?!" sewot Fadli.
"Kalian serasi banget sih! Kapan pacaran?" tanya Rena dan berhasil membuat mereka melotot kaget.
Deg!
"Hah!? Jangan aneh-aneh deh Ren. Gue nggak dia serasi? Yang ada nanti bakal kdrt tiap hari" cicit Melisa
"Bukan kdrt tapi gue bakal makan hati kan dia tukang selingkuh" kata Fadli
"Anjir gue udah berubah ya! Dan lo kalo nggak tau apa-apa mending diem. Gue selingkuhan juga ada alasannya dan lo? NGGAK BAKAL NGERTI!" murka Melisa lalu pergi meninggalkan Fadli. Dia sudah bener-bener kesal dengan sifat Fadli yang selalu saja meledeknya tukang selingkuh.
Fadli seketika merasa bersalah, dia mengejar Melisa ikut duduk di belakang dan membujuknya.
"Maaf Mel gue kan cuma becanda" bujuk Fadli.
"Becanda lo nggak lucu!" bentak Melisa
Fadli menghela nafasnya. "Lo nggak tau diri tau nggak" ucap Fadli dan semakin membuat Melisa geram.
"MAKSUD LO?!" geram Melisa
"Ya gue udah ngasih lo coklat, harusnya lo berterimakasih bukannya ngambek gini." desis Fadli
Melisa terkekeh, "Ya abisnya lo nyebelin! Yaudah makasih ya, awas aja kalo lo ngatain gue tukang selingkuh lagi." balas Melisa
"Lo cantik Mel kalo senyum gini. Manis banget!" batin Fadli
Deg.
Tatapan Fadli membuat Melisa salting.
"Ke-kenapa lo senyum gitu natep gue?" tanya Melisa dengan gugup.
"Hah engga! Gue nggak ada senyumin lo. Jangan ge-er!" Fadli langsung merubah wajahnya dengan datar kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesive Cold
Teen FictionJika ada seseorang yang mencintai dan menyayangimu dengan cara berbeda bagaimana perasaan kamu? Jika seseorang itu lebih mementingkan orang lain padahal di hatinya prioritasnya kamu, apa kamu akan marah? Itulah yang dirasakan Rena setiap hari semen...