"Zea, Rena mana?" tanya Fadli pada Zea yang sedang meneguk es teh manisnya.
"Ngapain lo cari dia? Kangen?" goda Zea dengan diakhiri tawa.
"Mata lo kangen! Kagak. Gue cuma mau bilang aja ke dia kalo hari ini sama besok libur dan lusa nggak ada pelajaran tambahan karena gue ada urusan." jelas Fadli
"Loh-loh kok lama banget liburnya, mau ngapain lo?" tanya Zea cukup penasaran.
"Ada. Intinya lo kasih tau ke dia kek gitu ya dan jagain dia selama gue pergi, cuma lo Ze yang bisa gue percaya." pungkas Fadli lalu menyelonong pergi begitu saja.
Zea berdecak, "Emang suka nggak jelas anaknya." celetuknya setelah Fadli pergi.
Selang beberapa menit Rena kembali dan dia tersenyum sepanjang jalan hingga saat duduk di depan Zea ia pun masih tertawa. Zea yang melihat itu bergelidik ngeri dan sontak berkata, "Sama-sama gila kalian!" cibirnya.
"Haha. Seneng banget gue anjir tadi Varrel romantis banget aaarrgghh kek di drakor-drakor anjir vibesnya" tutur Rena ia bercerita saat tadi di rooftop sama Varrel.
"Tumben," dengus Zea.
"Drama baru apa lagi?" lanjutnya.
"Ishhh Zea! Varrel tuh bener dia mau berubah jadi ini bukan drama." sahut Rena
"Ren, gue tau lo cinta banget sama Varrel tapi jangan goblok gini mudah tergiur sama omongan manisnya. Gue cuma nggak mau kalo nanti lo bakal kecewa Rena!" saran Zea dan Rena langsung terdiam.
Bener juga apa yang dikatakan Zea jika dirinya tak boleh luluh begitu saja ke Varrel karena pasti laki-laki itu akan mengulanginya lagi.
Baru saja diomongin, Varrel lewat berdampingan bersama Clarissa dan detik itu juga Zea langsung tertawa keras.
"Kan bener omongan gue hahahaha. Rena, mending lo sama Fadli deh gue yakin banget kalo tuh anak lebih baik dari Varrel" ledek Zea.
Rena menghela nafasnya berat. Rasa panas menjalarnya dan cemburu terus saja menikamnya.
"Dahlah gue mau tidur aja," pungkas Rena lalu dia tertidur karena saat ini sedang jam kosong.
Memikirkan Varrel hanya membuatnya pusing sekaligus sakit hati saja. Laki-laki itu memang tak ada hentinya menyakiti Rena, dia tak sadar bahwa kedekatannya dengan Clarissa membuat Rena sakit hati.
Beberapa menit kemudian bel telah berbunyi namun Rena baru sadar jika Fadli tidak ada dalam kelas ini, apakah dia tak masuk sekolah? Atau ada rapat osis?.
"Eh gue kok baru nyadar nggak ada si kampret, ya? Ke mana dia?" tanya Rena ke Zea.
"Tadi pas pagi sebelum lo dateng dia bilang ke gue kalo dia ada urusan dan katanya dia juga pesen buat nyampein ke elo kalo hari ini sama besok nggak ada pelajaran tambahan." jelas Zea
Bukannya malah senang, entah kenapa Rena menjadi tak semangat. Dia menghela nafasnya lalu menyangga wajahnya dengan tangannya seperti orang melamun.
"Lo kenapa? Harusnya lo seneng dong nggak belajar kan lo males" Zea mencibir Kara sambil mengikat rambutnya.
"Harusnya sih. Iya juga, kenapa gue kek lesuh gini? Ah anjir, Rena! Lo apaan sih." Rena pun menjadi kesal sendiri. Kenapa dia merasa ada yang kurang tidak ada laki-laki itu, apakah dia jatuh cinta dengan Fadli? Tidak! Rena sudah berjanji akan selalu mencintai Varrel. Hanya Varrel! Tidak uang lain.
Zea tertawa melihat tingkah Rena yang tidak seperti biasanya tetapi Rena dia tak perduli, dia melanjutkan aktivitas tidurnya.
Beberapa jam bel pulang telah berbunyi. Di layar ponsel Rena terdapat sebuah peringatan kalender bahwa hari ini tepat satu tahun meninggal ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesive Cold
Teen FictionJika ada seseorang yang mencintai dan menyayangimu dengan cara berbeda bagaimana perasaan kamu? Jika seseorang itu lebih mementingkan orang lain padahal di hatinya prioritasnya kamu, apa kamu akan marah? Itulah yang dirasakan Rena setiap hari semen...