Terpaut usia yang sangat jauh bukanlah masalah. Namun bagi wanita ini adalah masalah, terlebih usianya yg lebih tau dari pria yg sangat dia kenal sejak duduk di Sekolah Dasar.
Beda usia 5 tahun membuat Park Jieun merasa tidak mungkin bisa menjalin...
Seorang pria duduk termenung di sebuah bangku yang disediakan di Bandara. Dia tampak menunggu seseorang. Bukan sebuah raut wajah yang antusias menunggu, melainkan raut pasrah dan mencoba ikhlas dengan takdir yang dia hadapi. Pria itu memandang kotak cincin beludru hitam, dan membukanya. Kosong. Sama dengan hatinya bahkan jiwanya yang mendadak seperti kosong.
Pria itu tersenyum seraya berdengus.
"Dasar bodoh."
Kemudian dia menutup kembali kotak kecil itu dan beranjak dari duduknya. Berjalan ke arah tempat sampah di seberang. Dia membuang kotak cincin itu sesaat sebelumnya kembali di pandang untuk yang terakhir kalinya.
Tak lama, dia melihat wanita yang baru saja membuatnya kosong. Tapi entah mengapa, dirinya tidak bisa membencinya. Dia tidak boleh membencinya, karena sedari awal dia sudah tau. Dia tau resikonya akan seperti ini jika semua yang di harapkan tidak tercapai. Dia yang salah. Semenjak dari awal, dia yg salah. Bukan wanita ini. Dia mengabaikan pesan dari teman sesama produsernya. Dia mengabaikan pikiran warasnya. Dia hanya terus mengikuti hatinya yang terlalu memjerumuskannya. Dia salah.
"Maaf kau sudah menunggu lama." ucap wanita itu.
"Kau sudah bertemu Jungkook?" tanya pria itu. Wanita yang ditanya hanya menjawab dengan anggukan.
"Ayo. Ku antar kau pulang."
"Suga...." panggil wanita itu. Suga tidak menjawab, namun dia menunggu kelanjutan wanita itu.
"Terima kasih. Maafkan aku. Seandainya ada yang lebih dari sekedar kata maaf, aku akan melakukannya." ucap wanita itu bergetar.
Suga hanya diam tidak meresponnya. Dia menatap wanita itu dengan perasaan yang benar-benar hancur. Dia tau, bahwa Jieun pasti merasa seperti wanita paling jahat. Namun itu karena dirinya. Memang dari awal dia sudah salah.
Suga melangkahkan kakinya mendekat kepada Jieun. Dia memegang tangan kiri Jieun yang terdapat cincin pemberiannya tersematkan di jemarinya. Suga memandangnya tersenyum ke arah cincin itu.
"Ku mohon agar kau terus menyimpannya." ucap Suga masih melihat cincin itu di jari manis Jieun.
"...Mungkin ini permintaanku yang paling egois dan kekanak-kanakan. Namun agar kita sama-sama nyaman, agar kau tidak terus merasa bersalah, tolong turuti." lanjutnya kemudian.
"... Ini adalah pertemuan terakhir kita. Ku harap kita tidak akan bertemu lagi bahkan sekedar melihat wajah, ku harap itu tidak akan terjadi. Aku butuh waktu. Tenang saja, aku tidak membencimu. Justru karena aku tidak bisa membencimu, maka ini jalan yang terbaik. Kita tidak perlu bertemu lagi." jelas Suga.
Permintaan Suga berhasil membuat hati Jieun semakin sakit. Namun Jieun tetap akan menghargai keputusan Suga. Apa yg telah terjadi dan yang Jieun lakukan memang tidak mungkin dianggap baik begitu saja dan berlalu begitu saja.
"Aku akan turuti. Tapi janji padaku, bahwa kau akan selalu sehat dan tetap bahagia." ucap Jieun.
Suga tertawa kecil. Entah kenapa dia merasa lucu dengan wanita di depannya yang menyuruhnya untuk bahagia, padahal dia baru saja menghancurkannya.
"Aku janji."
Suga masih memegang tangan kiri Jieun. Kemudian dia ubah menjadi sebuah genggaman dan membawanya ikut berjalan dengannya. Jieun hanya membiarkannya begitu. Anggap saja ini perpisaham mereka.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.