Jieun masih terbaring di kasurnya, di kamar masa kecilnya. Badannya beristirahat, namun tidak dengan hati dan pikirannya. Semalaman suntuk Jieun tidak bisa tidur, bahkan dia memang tidak ada niat untuk tidur selain memikirkan Jungkook.
Panggilannya semalam yang hanya terdengar suara bising musik dan juga suara wanita yang belum diketahui siapa berhasil mengganggu pikirannya. Banyak hal-hal negatif di kepalanya yang diperkirakan terjadi pada Jungkook. Namun sayangnya hal itu sampai saat ini masih menggantung dan membuat Jieun sangat gelisah.
Jieun mengakhiri panggilan malam itu ketika sebelumnya terkejut mendengar suara seorang wanita. Namun sesaat kemudian, dia kembali menghubungi Jungkook namun handphonenya sudah tidak aktif. Hal itu menambah pikiran negatif di kepalanya.
Semalaman ini Jieun mengirimkan pesan kepada Jungkook yang isinya hanya agar Jungkook segera menghubunginya ketika dia sudah membacanya. Namun sampai pagi ini, Jungkook belum menghubunginya, tapi pesan yang dikirim sudah dibaca.
Jieun terkesiap bangun dari tidurnya secara tiba-tiba. Lalu dia berjalan cepat menuju kamar mandi. Dia ingin pulang ke Seoul, menghampiri Jungkook pagi ini.
Ibunya merasa heran dengan keinginan Jieun yang mendadak ingin pulang ke Seoul. Padahal rencananya, Jieun baru akan pulang besok.
"Seokjin Oppa membutuhkan aku." ucapnya terburu-buru sambil memasukan barang-barangnya ke dalam tas.
"Kau bilang, pekerjaanmu bisa dikerjakan dimana saja." Ibunya masih belum puas dengan jawaban anaknya.
Jieun hanya diam. Ibunya pasti mencurigakan sesuatu. Namun Jieun tidak ingin hal yang sedang mengganggu pikirannya diketahui oleh Ibunya.
"Bukan karena kau ada masalah kan?" kali ini Ibunya benar-bener curiga. Jieun hanya terus diam, sambil beranjak dari duduknya.
Tak lama, terdengar suara Ayahnya seakan sedang berbincang dengan seseorang. Jieun dan juga Ibunya saling menebak siapa tamu yang datang pada pagi hari ini. Ketika Jieun dan juga Ibunya berjalan keluar kamar, Ayah Jieun sudah lebih dulu menaiki tangga menghampiri ke kamar Jieun dan Ibunya.
"Pacarmu ada disini." ucap Ayahnya dengan senyumnya yang lebar.
Jieun segera berlari turun kebawah, untuk memastikan bahwa Ayahnya tidak berbohong. Walaupun Jieun tau, itu tidak akan mungkin. Yang dikatakan Ayahnya benar. Pria yang dikhawatirkannya dan dia pikirkan dari semalam berada di hadapannya.
_____
Jungkook mengendarai mobilnya dengan pelan tanpa arah. Memang tidak ada tujuan, Jungkook hanya ingin berbicara kepada wanita yang sekarang duduk di sampingnya menghadap ke jendela.
"Noona..."
"Hm... Ayo, jelaskan padaku!" Jieun dengan cepat meresponnya, menoleh menatap Jungkook dengan tajam. Entah kenapa matanya sudah lebih dulu berkaca-kaca. Pikirannya terlalu kacau dan tentu saja hatinya lebih berantakan.
Melihat itu, Jungkook menepikan mobilnya untuk di parkir.
"Maafkan aku." Jungkook meraih tangan Jieun namun sudah lebih dulu ditepis oleh Jieun.
"Aku tidak butuh maafmu! Aku hanya butuh kau jelaskan padaku tentang kemarin!" terdengar dari bentakannya bahwa Jieun begitu marah namun ada rasa sedih dan kecewa serta khawatir dalam suaranya.
Jungkook tidak langsung menjawab. Dia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya, dan menarik napas serta membuangnya dengan perlahan. Jieun bisa melihat wajah Jungkook begitu pucat, dan lingakaran matanya yang hitam begitu ketara menandaka pria ini tidak cukup tidur.
"Ayo jelaskan?! Apa yang kau lakukan kemarin dengan seorang wanita?! Kau sedang bersenang-senang kah?" ucap Jieun dengan suara meninggi seolah tidak peduli betapa lelahnya Jungkook, serta bersamaan dengan itu tangisnya mulai pecah.
Jieun masih terus menatap Jungkook dengan air matanya yang terus mengalir. Seolah dia sudah mendapat kejelasan dari Jungkook yang sedari tadi hanya terdiam dengan raut wajah merasa bersalah dan bingung , dan itu tentu membuatnya sakit hati.
"Jadi kau masih suka bersenang-senang dengan wanita-wanita lain? Sebegitunya kau tidak menghargaiku?!" Kali ini Jieun membuang muka sambil mengusap air matanya.
"Noona... Aku tidak seperti itu."
"Lalu apa? Kau hanya diam saja! Kau tau bagaimana berkecamuknya pikiranku?! Kau bohong padaku!" Jieun kembali menoleh ke arah Jungkook.
"Aku tidak bohong. Aku benar sedang lembur. Setelah bertemu Namjoon hyung, aku bertemu dengan rekanku yang lain. Aku mengerjakan project yang lain."
"Kau pikir aku bodoh huh? Aku menelepon Namjoon dan dia bilang kau sedang menyusulku ke Busan. Apa benar itu yang kau katakan pada dia?"
"Aku memang benar akan menyusulmu setelah bertemu dengan rekanku yang lain. Tapi.... Iya aku salah noona. Awalnya aku hanya ingin minum sedikit dan bercengkrama sebentar." Jungkook mengakui sesaat sebelumnya menarik napas panjang dengan perasaan bersalah.
"Wanita itu? Apa dia rekanmu?"
"Dia teman dari rekanku. Aku mengenalnya. Hanya itu. Aku tidak tau apa yang kau dengar waktu meneleponku, tapi kumohon percaya padaku. Tidak terjadi apa-apa. Aku diantar pulang oleh rekanku. Jika kau tidak percaya, kau bisa hubungi dia sekarang." bersamaan dengan itu Jungkook mengeluarkan handphonenya dan menyerahkannya ke arah Jieun.
"Tidak perlu." Jieun kembali membuang mukanya.
Terdengar helaan napas dari Jungkook, dan hempasan badan ke jok mobilnya. Mereka saling diam dengan pikirannya masing-masing. Jieun yang terus menghadap ke jendela mobil diam-diam terus menangis. Penjelasan Jungkook seakan tidak membuatnya lega sama sekali.
"Kau tidak menghubungiku kemarin." Jieun kembali membuka suara.
"Aku menelpon mu tapi tidak kau angkat."
"Ya lalu kau tidak memberikan kabar kepadaku lagi. Ah sudahlah. Pada akhirnya, kau membuatku seperti pacar yang selalu curiga, tidak menyenangkan dan tidak tau diri."
"Noona....!" Jungkook tampak tidak suka dengan yang dikatakan Jieun tadi.
"Kau tau? Dulu aku orang yang sangat tidak peduli bahkan kepada pacarku. Aku membiarkan mereka melakukan sesukanya dibelakangku, tapi aku tetap menerima mereka. Itu karena aku tidak menganggap mereka penting. Tapi kau....." Jieun tidak melanjutkan omongannya. Dia menatap Jungkook dengan air mata yang terus mengalir.
"Kau sangat penting bagiku. Aku begitu peduli dan mengkhawatirkan dirimu. Aku hanya ingin kau bisa meredam ke khawatiran ku, bukan membuatku percaya padamu. Tapi omonganmu seolah-olah aku pacar yang selalu curiga kepadamu."
"Noona.... Bukan itu maksudku."
"Aku lelah. Aku tidak tidur semalaman seperti wanita bodoh untuk menunggu mu memberi kabar. Setidaknya, sekarang aku sudah tau dan itu membuatku lega. Tidak perlu menyusulku!" Jieun membuka pintu mobil dan menutupnya sedikit dengan kasar. Dia berjalan dengan cepat sambil menundukan kepalanya tanpa ingin menoleh kembali ke arah Jungkook.
Jungkook hanya diam di dalam mobil, melihat Jieun terus berjalan menjauh, dan menghilang dari pandangannya.
***
Duh ribet yaa emang urusannya kalau cewe udah ngambek, dan marah. Auk ah juki.... Aku ga mau bantu, urus sendiri deh 🤪
KAMU SEDANG MEMBACA
Faithful (Believe in Your Heart)
FanfictionTerpaut usia yang sangat jauh bukanlah masalah. Namun bagi wanita ini adalah masalah, terlebih usianya yg lebih tau dari pria yg sangat dia kenal sejak duduk di Sekolah Dasar. Beda usia 5 tahun membuat Park Jieun merasa tidak mungkin bisa menjalin...