Sejak berakhirnya hubungan dengan Jungkook, Jieun memang sengaja menghindar dari Jungkook. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya di flat. Belum lama ini, dia baru saja kembali dari Busan. Lebih dari seminggu dia tinggal di Busan.
Dia tidak benar-benar niat menghindar dari Jungkook, hanya saja jika dia bertemu kembali hatinya akan luluh dan rasa sedih serta kecewa akan kembali menyelimutinya. Namun tidak dipungkiri bahwa Jieun tetap merindukan sosok pria itu. Tiap malam Jieun masih sering menangis. Bahkan tidak jarang dirinya ingin menghubungi Jungkook.
Tapi ada dalam dirinya yang menahan untuk tidak menghubungi Jungkook kembali. Bagaimanapun juga, hubungannya berakhir bukan hanya karena Jungkook saja melainkan kesalahan pada dirinya. Jadi dia tidak yakin jika harus kembali berkomunikasi dengan Jungkook itu akan baik-baik saja. Terlebih, dia tidak ingin Jungkook merasa seperti dipermainkan olehnya.
Biarkan kali ini Jieun kembali berpikir dan mengoreksi dirinya. Dia yakin dengan satu hal, jika memang Jungkook adalah takdirnya, makan mereka akan kembali. Begitupun sebaliknya.
____
Jungkook baru keluar dari ruang studionya. Jam baru menunjukkan pukul 6 sore. Akhir-akhir ini Jungkook selalu pulang lebih awal dari biasanya. Partner kerjanya yang namanya mirip dengan kakaknya, Jung Hoseok selalu ditolak tiap kali mengajaknya bertemu.
Seperti ada rasa kesal dalam diri Jungkook jika melihat Hoseok. Dia merasa, karena pengaruh Hoseok dirinya bersikap buruk kepada Jieun hingga hubungannya berakhir.
Jungkook menyusuri lobby kantornya dan melihat berbagai poster album yang dia kerjakan terpampang disana. Bahkan beberapa poster dari berbagai media cetak juga ada disana. Seharusny, Jungkook merasa bangga dan senang dengan pencapaiannya.
Karena hal yang diimpikannya terwujud. Dirinya kini sudah banyak dikenal sebagai produser handal serta pencipta lagu yang indah. Tapi sayangnya, hal itu tidak dia rasakan. Hatinya seperti hampa kosong walaupun kesenangan seakan mengelilinginya.
Ketika dia baru saja mendaratkan badannya di kursi kemudi, ponselnya berbunyi. Dia melihat nama Namjoon tertera di layar. Ada rasa malas, namun dia tidak enak dan menerima panggilan itu.
"Kemarilah.... Kita sudah lama tidak berkumpul." ucap Namjoon langsung ketika panggilannya diangkat.
"Hmm.... Tidak dulu hyung. Aku lelah sekali hari ini. Sampaikan saja salamku pada Seokjin hyung." ucapnya dengan nada lirih
"Baiklah. Jungkook-ah.... Beritahu aku jika kau butuh sesuatu." ada rasa khawatir dari Namjoon.
"Tentu saja."
Kemudian panggilan terputus. Jungkook segera menghela napasnya dan membuangnya dengan kasar. Sama seperti Jieun, Jungkook pun tampak menghindari untuk bertemu Jieun. Bukan hanya baru sekali Namjoon mengajaknya bertemu.
Jungkook berpikir, setiap Namjoon mengajak bertemu itu artinya ada Jieun yang juga harus dia temui. Padahal, tidak seperti pada kenyataannya. Kedua orang itu, tidak akan pernah saling bertemu.
Die mengemudikan mobilnya, dan mengambil jalan bukan menuju tempatnya. Melainkan ke tempat seseorang yang tentu saja selalu dia pikirkan bahkan dia selalu rindukan.
Flat Jieun tampak sepi menjelang malam. Dia selalu khawatir jika Jieun jalan sendirian di tengah gelapnya lingkungan tempat dia tinggal.
Tak lama, sosok yang baru saja dia pikirkan terlihat sedang menuruni anak tangga flatnya. Pakaiannya yang sangat santai bisa ditebak dia bukan ingin mengunjungi cafe untuk bertemu Namjoon.
Hatinya berdegup kencang. Setelah putus, Jungkook belum melihatnya lagi. Walaupun dia selalu menghampiri tempat tinggal Jieun, tapi dia tidak pernah melihat sosok wanita itu seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faithful (Believe in Your Heart)
FanfictionTerpaut usia yang sangat jauh bukanlah masalah. Namun bagi wanita ini adalah masalah, terlebih usianya yg lebih tau dari pria yg sangat dia kenal sejak duduk di Sekolah Dasar. Beda usia 5 tahun membuat Park Jieun merasa tidak mungkin bisa menjalin...