***
Tawa riang Jieun hanyalah kepalsuan saat ini. Dia tidak ingin terlihat seperti ada masalah di hadapan Namjoon dan Seokjin. Walaupun memang terkadang Jieun merasa tidak ada masalah. Hanya entah kenapa dirinya begitu rumit dan gelisah.
Omongan Seokjin waktu itu menambah semua kerumitan, meskipun Jieun tau hal itu tidak diniatkan oleh Seokjin. Hanya saja, Seokjin memberikan respon yang membuat Jieun akhirnya menganggap bahwa apa yang dia hiraukan memang benar adanya.
Jieun terlalu memaksakan menjadi 'Noona pengertian' di hadapan Jungkook. Dia ingin selalu terus dianggap dapat diandalkan oleh Jungkook. Sampai akhirnya dia merasa dirinya tidak mendapat apapun selain raga Jungkook dan bentuk kasih sayang Jungkook sebagai pacar.
Memikirkan hal itu ditengah kegembiraan Namjoon seakan tidak sopan. Jieun memutuskan untuk ke toilet hanya untuk berdiam diri dengan segala pikirannya tanpa ada yang melihat.
Di dalam toilet, Jieun melihat kembali ponselnya yang benar-benar tidak ada notifikasi apapun dari Jungkook. Kali ini, dia tidak ingin pertengkarannya terjadi lagi. Karena Jieun masih menganggap dirinya memang sangat berlebihan saat ini. Terlebih, sebelum Jieun sampai di Bangtan Cafe Ibunya meneleponnya dan menanyakan kepastian tentang rencana pernikahannya.
Hal itu membuat Jieun semakin merasa pusing. Walau Jieun sudah menjelaskan kepada Ibunya bahwa itu masih akan lama karena kerjaan masing-masing, tapi Jieun tau Ibu dan Ayahnya pasti sangat berharap. Apalagi, Jieun hanya anak tunggal. Mereka menginginkan ada yang mewarnai rumahnya dengan suara anak kecil atau tangisan anak kecil.
Bukan, itu bukan paksaan orang tua Jieun. Hanya pikiran Jieun. Jieun mencoba memahami isi kepala kedua orang tuanya, dan menebak.
Jieun memejamkan mata dan sesaat kemudian menghela napas panjang dan membuangnya dengan kasar. Dia berjalan keluar dengan langkah sedikit diberatkan tanpa melihat ke arah depan.
Tiba-tiba sebuah tangan cukup besar meraih badan mungilnya dan memeluknya begitu erat, serta mencium kepalanya. Ketika Jieun melihat ke arah orang itu, ternyata itu Jungkook.
"Hai Noona..." senyumannya begitu hangat sampai Jieun lupa dengan semua pikiran rumitnya termasuk kejadian di kantor Jungkook kemarin yang cukup mengganggu.
Jieun duduk disebelah Jungkook yang asik berbincang-bincang dengan Namjoon dan Seokjin dengan tangan yang terus digenggam oleh pria itu.
Perlakuan Jungkook begitu melegakan walau masih banyak yang ingin diketahui oleh Jieun. Tapi, baginya saat ini keberadaan pria itu di depannya sudah sangat cukup.
"Jungkook-ah... Kau benar-benar sibuk sekali ya sekarang?" Seokjin mengganti topik seolah tau dengan yang dipikirkan Jieun.
"Ya begitulah hyung. Aku sedang menggarap proyek dengan Jiso dan juga Hoseok hyung. Ini proyek cukup besar dan aku yang memimpin. Jadi aku ingin semuanya berjalan dengan lancar." jelas Jungkook setelah meneguk minumannya.
"Ahh... Begitu ya. Semoga berhasil. Kau sudah cukup keren menurutku. Benar begitu joon?" Seokjin meminta suara ke Namjoon.
"Hem. Dia anak yang berbakat, jadi apa yang dikerjakan olehnya pasti berhasil. Aku tau itu." Namjoon menimpali.
"Ah hyung... Aku belum seperti mu. Aku masih samgat jauh sekali. Untuk itu aku sedang mengejarnya."
Begitu berambisi.
"Wanitamu ku rasa sudah sangat bangga kepadamu Jungkook-ah dengan posisi mu yang sekarang." ucap Seokjin tertawa sedikit dan melirik ke arah Jieun. Jieun sangat tau maksud ucapan Seokjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faithful (Believe in Your Heart)
FanfictionTerpaut usia yang sangat jauh bukanlah masalah. Namun bagi wanita ini adalah masalah, terlebih usianya yg lebih tau dari pria yg sangat dia kenal sejak duduk di Sekolah Dasar. Beda usia 5 tahun membuat Park Jieun merasa tidak mungkin bisa menjalin...