Suara pintu yang di buka dengan sedikit kasar tak membuat sepasang mata yang terpejam itu terusik dari tidur lelapnya. Menyadari jika sang istri tengah tertidur di sofa ruang tamu, Jefry lantas meletakkan barang bawaannya dengan hati-hati di atas meja dan menutup perlahan pintu rumahnya.
Dengan senyum tipis yang terlukis di wajah lelahnya, pria itu berjalan mendekat. Berjongkok di samping sofa dan memandangi wajah damai Jemima yang tertidur. Ia menggerakkan jemari dan menyampirkan helaian rambut yang menghalangi wajah cantik istrinya.
(Cr : Pinterest)
Kerutan yang muncul di kening wanita itu membuat Jefry menghentikan pergerakannya. Memandangi sepasang mata yang perlahan membuka.
"Kamu baru dateng?"
Ujarnya dengan suara serak khas orang yang baru terbangun dari tidurnya. Jefry kembali tersenyum dan mengangguk pelan. Sementara Jemima perlahan bangkit dan mengubah posisinya menjadi duduk. Menutup mulutnya dengan telapak tangan dan menguap sembari mengusap pelan matanya dengan satu tangannya yang lain.
"Kayla mana?"
"Uda tidur dari tadi."
"Trus kenapa kamu malah tidur disini?"
"Ya nungguin kamu lah."
Jawaban wanita itu membuat Jefry kembali tersenyum. Ia pun bangkit dan terduduk di sofa samping Jemima.
"Aku abis ketemu mas Sultan. Ya akhirnya kita nongkrong bareng. Eh malah lupa waktu. Kalo mbak Alin gak nelfon tadi, pasti kita masih ngobrol sekarang."
"Kamu mah gitu."
"Ngomong-ngomong Je.."
"Hm?"
"Tadi masmu cerita."
"Cerita apa?"
"Soal mbak Alin yang mau program hamil lagi. Katanya biar Billy punya adek."
"Oh itu. Mbak Alin uda cerita sih ke aku. Malah minggu depan minta temenin buat ke dokter kandungan."
"Gimana pendapatmu?"
"Hm?"
Jemima beralih menatap sang suami yang kini memandanginya dengan senyuman nakalnya. Mengerti dengan arah pembicaraan pria itu, ia lantas mendengus dan menggeleng pelan.
"Nggak. Nggak ada ya mas."
"Je.."
"Kayla masih kecil."
"Anak kita butuh adek juga buat temen main."
"Ya tapi gak sekarang. Kayla aja baru mau dua tahun. Kalo cuma temen buat main uda ada ada Billy sama anak tetangga yang lebih dari cukup buat nemenin Kay."
Merasa kalah dalam berargumen, Jeffry hanya dapat menghela nafas pelan dan mengangguk pasrah. Sementara itu Jemima bangkit dan hendak melangkah namun pria itu kembali menahan pergelangan tangan sang istri.
"Apa lagi?"
"Tapi aku lagi pengen Je."
Ujarnya dengan wajah yang ia buat sesendu mungkin. Wanita itu pun tertawa geli dan beralih menggenggam tangan suaminya.
"Yaudah ayo. Mumpung Kay lagi bobok."
Mendengar ucapan sang istri, Jeffry pun tersenyum sumringah. Ia segera bangkit dan menggendong Jemima ala bridal style hingga membuat wanita itu mendelik.
"Mas apa-apaan sih? Turunin gak?"
"Gak apa. Biar berasa jadi pengantin baru."
"Mas ih.."
"Bentar doang. Cuma sampe kamar."
Ujar pria itu sedikit berlari menghasilkan tawa lepas diantara keduanya.
-
"Denger-denger ada yang mau nikah bentar lagi."
Ujar seorang pria membuat tiga orang wanita yang tengah asik bergosip itu pun menoleh keasal suara. Adalah Sebastian, pria yang berdiri di ambang pintu dengan menggenggam kamera DSLR miliknya.
Pria yang akrab disapa Tian itu lantas berjalan mendekat dan duduk di sebelah wanita berwajah bule dan meraih segelas minuman dari tangannya kemudian meneguknya hingga menyisakan setengahnya.
"Bisa gak sih pesen minum sendiri? Jadi tinggal dikit kan!"
Protes Windy yang merampas kembali minumannya sementara pria itu hanya mengedikkan bahunya.
"Kali ini anak mana Win? Uda fix bakal ke pelaminan?"
"Mas, uda deh jangan mulai."
Kali ini giliran Jemima yang buka suara. Mencegah agar tak ada adu mulut diantara dua orang yang merupakan rekan kerjanya. Sementara Alin, wanita tertua diantara keempat orang itu hanya dapat tersenyum dan menggelengkan kepalanya heran.
"Jadi keluarga kalian uda saling ketemu?"
"Iya mbak. Uda ngomongin tanggal juga kemaren."
"Selamat ya mbak Win. Akhirnya ketemu yang bener juga ya."
"Makasih Je. Aku gak bisa bilang kalo mas Dio orang yang baik sih. Dia kadang masih suka ngeselin. Tapi syukurnya, emang dia yang paling bener dari semua mantan aku."
Sahut wanita itu dengan semburat merah yang terlukis di kedua sisi wajahnya.
"Oh iya mbak, katanya mas Sultan nongkrong sama Jeff kemaren?"
"Iya."
"Wah curang. Gak ngajak-ngajak."
Decak pria yang kini meletakkan kameranya ke atas meja.
"Cuma percakapan orang dewasa mas. Kamu gak perlu tau."
"Lah Je! Aku ini lebih tua dari suamimu loh."
"Orang dewasa yang aku maksud tuh bapak-bapak. Emangnya kamu masuk golongan itu? Istri aja belom punya."
Ujar Jemima yang membuat Windy serta Alin tak dapat menahan tawanya.
"Je, kalo ngomong di rem dikit lah. Kit ati nih dengernya."
"Becanda mas. Ya ampun maaf deh."
"Uda-uda. Kalian ini malah ngomongin yang lain. Kita ngumpul buat ngomongin kerjaan."
"Oh iya jadi lupa kan. Yaudah ayo di mulai aja rapatnya."
Keempat orang itu pun lantas kembali ke tujuan awal mereka untuk membahas perihal pekerjaan.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Tentang Memaafkan [END]
Fanfiction{FANFICTION} Dulu bagi Jemima, seorang Jeffry Alvaro adalah pria paling bertanggung jawab yang ia junjung tinggi. Pria itu adalah sebaik-baiknya tulang punggung yang tuhan takdirkan untuknya. Begitu pula bagi Jeff. Wanita yang biasa ia panggil Jeje...