17 : Kabar

843 102 33
                                    

Cukup lama Jemima memandangi layar ponselnya dengan tatapannya yang begitu sendu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cukup lama Jemima memandangi layar ponselnya dengan tatapannya yang begitu sendu. Tentu, hal tersebut tak luput dari perhatian Tian. Pria yang sedari tadi memperhatikannya itu pun berdehem pelan. Membuat Jemima beralih menatapnya.

"Kenapa Je?"

"Oh.. Nggak."

Sahutnya singkat sembari memasukkan ponselnya ke dalam tas. Namun jawaban wanita itu tidak cukup untuk menjawab pertanyaan seorang Sebastian Aditya. Nyatanya pria itu memandangnya curiga kini. Tetapi ia lebih memilih untuk diam.

"Oh iya tadi papamu kenapa nelfon?"

"Tadi papa minta aku supaya mampir ke rumah. Buat ambil durian sama nitipin punya mas Sultan juga. Jadi nanti mampir ke papa sama mas Sultan dulu gak apa kan mas?"

"Oke."

Sahut pria itu seraya melahap makanan miliknya.

Sementara itu di bandara, langkah kaki itu berjalan mantap dengan koper yang ia deret. Seulas senyum tipis terlukis di bibirnya kala ia menemukan sebuah taksi yang akan membawanya. Ketika sang supir sibuk membantu memasukan barangnya ke dalam bagasi, Jeffry di sibukkan dengan mengetikkan beberapa digit angka di layar ponselnya dan melakukan sebuah panggilan. Senyumnya kembali terlukis begitu panggilannya mendapat jawaban.

"Saya mau minta tolong."

"Iya pak?"

"Tolong cariin nomer telfon seseorang."

"Nomer HP siapa pak?"

"Mantan istri saya. Nama sama kerjaannya saya kirim via chat."

Sahutnya seraya memutus panggilan dan bergegas memasuki taksi yang akan membawanya menuju kediaman barunya.

-

"Loh bareng sama Tian rupanya. Mobil kamu mana?"

"Lagi di bengkel pa."

Sahut Jemima yang kini berjalan menuju dapur dan membuka kulkas. Sementara baik Tian dan sang papa terduduk di salah satu sofa dan asik mengobrol kini.

Tak lama Jemima kembali dengan membawa nampan berisi dua gelas minuman dan beberapa cemilan yang ia hidangkan di atas meja.

"Minum dulu mas."

"Makasih Je."

"Mana duriannya pa?"

"Ada di garasi. Belum papa turunin dari mobil. Uda duduk aja dulu. Kamu gak pernah betah disini. Bawaannya pengen pulang terus."

Ujar pria paruh baya itu membuat putrinya terkekeh.

"Mana cucu papa yang cantik? Kok gak keliatan?"

"Lagi di rumah oma opanya."

Sahut Jemima singkat sementara sang papa kembali mengangguk mengerti. Tak lama pria paruh baya itu kembali tersenyum penuh arti memperhatikan kedua orang yang kini sibuk berbincang. Ia berdehem pelan membuat mereka kembali menatapnya.

Sajak Tentang Memaafkan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang