Jemima melangkahkan kakinya terburu-buru memasuki sebuah klinik. Di belakangnya, Alin mengekori wanita yang kini terlihat kalut. Ya, Jemima memang meminta kakak iparnya itu untuk menemaninya. Setelah mendapat panggilan telfon dari Jeffry yang mengatakan jika Rania dilarikan ke klinik terdekat, wanita itu bahkan tak tau harus bagaimana dan hanya bisa meminta Alin untuk mengemudikan mobil menuju klinik tempat puterinya di rawat.
Sesampainya di dalam ruang perawatan, Jemima mengedarkan pandangannya mencoba mencari keberadaan sang mantan suami. Setelah netranya menangkap sosok itu, ia pun melangkah cepat.
"Rania kenapa?"
Adalah dua kata yang wanita itu layangkan begitu berada tepat di belakang Jeffry. Menyadari kehadiran Jemima pria itu pun berbalik dengan raut wajah yang tak kalah kalutnya.
"Aku gak tau dia kenapa. Tadi tiba-tiba Rania sesak nafas dan muncul merah-merah di badannya."
Saat itu juga tenggorokan Jemima tercekat dan tubuhnya terasa lemas. Kejadian setahun yang lalu kembali menghantui kala puteri kecilnya itu mengalami gejala yang sama seperti sekarang.
"Kamu kasih dia makan apa?"
"Dia gak makan apa-apa. Tadi aku uda ngajakin Rania makan tapi anaknya masih mau main. Jadinya aku ngajakin dia makan es krim."
"Es krim?"
"Es krim almond."
Tangis Jemima tumpah kala mendengar penjelasan Jeffry lebih lanjut. Sementara Alin yang sedari tadi hanya diam memperhatikan menghela nafas panjang. Melihat perilaku kedua wanita di hadapannya, pria itu pun mengernyit heran.
"Je-"
"Rania alergi almond!"
Pekik Jemima seraya mencengkram kuat kerah pria di hadapannya. Dengan tangisnya yang kian menjadi.
"Dia gak bisa makan almond walau sedikit. Rania bakal kesulitan nafas dan muncul ruam di seluruh tubuhnya."
Mendengar ucapan mantan isterinya, seketika tubuh Jeffry membeku. Lidahnya terasa kelu untuk kembali bersuara.
"Anak aku hampir meninggal setahun yang lalu gara-gara gak sengaja nelen bubuk almond. Dan sekarang apa? Kamu ngasih dia makan es krim almond?"
"Maafin aku. Aku gak tau kalo Rania alergi almond. Aku pikir dia juga suka almond kayak Kayla."
"Rania bukan Kayla mas!"
Pekik wanita itu meradang. Alin yang menyadari jika keduanya tengah menjadi pusat perhatian kini mendekat. Mencoba menenangkan Jemima namun adik iparnya itu menepis genggamannya.
"Kayla ya Kayla. Rania ya Rania. Mereka dua anak yang berbeda. Jangan samakan keduanya! Apa kamu juga mau bikin Rania meninggal kayak Kayla?"
Mendengar tuduhan itu membuat tatapan sendu Jeffry berubah menjadi menatap tak suka wanita di hadapannya. Dan Alin sadar jika Jemima telah melangkah terlalu jauh.
"Je, uda. Malu diliatin orang."
"Kalo sampe Rania kenapa-kenapa, aku gak akan pernah maafin kamu mas."
Ujar wanita itu dengan suaranya yang melemah dan kembali terisak. Sementara Alin hanya dapat merangkul Jemima dan membawanya untuk duduk. Meninggalkan Jeffry yang terdiam dengan pikiran kalutnya.
-
"Gimana anak saya dok?"
Tanya Jemima begitu wanita dengan jas putih yang ia kenakan selesai memeriksa keadaan Rania.
"Nafasnya mulai teratur dan ruam di badannya juga sudah berkurang. Untungnya anak ibu ditangani dengan cepat jadi tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Besok pagi sudah bisa pulang bu."
Jemima dapat menghela nafas lega kini setelah mengetahui kondisi puterinya yang masih terlelap.
"Makasih dok."
"Kalau begitu saya permisi."
Pamit sang dokter yang diangguki oleh Jemima dan Alin. Selepas kepergian wanita itu, Jemima kembali duduk dan menyandarkan kepalanya untuk mengistirahatkan diri. Ia sudah cukup kelelahan dengan kejadian hari ini.
"Syukurlah Rania gak kenapa-kenapa."
"Iya mbak."
"Je."
Panggilan wanita itu membuat Jemima menatapnya.
"Soal yang tadi, apa kamu gak keterlaluan?"
"Maksud mbak?"
"Jeffry. Mbak tau kamu khawatir dan gak bisa berpikir tenang, tapi ucapan kamu tadi kasar Je."
Jemima terdiam dan lebih memilih menunggu Alin melanjutkan ucapannya. Karena ia sendiri merasa tak tenang setelah rentetan makian yang ia layangkan pada mantan suaminya itu.
"Dia gak bisa disalahkan sepenuhnya dalam kejadian ini. Karena dia gak tau kalo Rania alergi almond. Kalo dia tau apa kamu pikir Jeffry bakal ngasih es krim itu ke anaknya?"
Terdengar Jemima menghela nafas pelan dan mengangguk. Wanita itu mengubah posisinya menjadi duduk tegak dan mengusap wajahnya gusar.
"Iya mbak aku tau. Mas Jeffry gak salah."
"Sekarang kamu ngomong sama dia."
Ucap Alin membuat adik iparnya itu kembali menatapnya. Jemima terdiam untuk beberapa saat hingga pandangannya beralih ke ruangan sekitar. Mencoba mencari keberadaan Jeffry. Mengerti dengan perilaku wanita itu, Alin pun mengusap lembut punggung Jemima.
"Tadi mbak liat dia jalan kesana. Mungkin lagi duduk di lobi."
Tanpa berkata apapun, Jemima bangkit dan berjalan mengikuti arah telunjuk Alin. Mengedarkan pandangannya masih berusaha mencari keberadaan sang mantan suami. Hingga tibalah wanita itu di lobi dan benar saja, ia mendapati sosok itu terduduk di sudut ruangan dengan kepala tertunduk. Membuat rasa penyesalan Jemima semakin besar.
Perlahan ia melangkahkan kakinya mendekat hingga kini berada tepat di hadapan Jeffry. Menyadari kehadiran sosok lain, pria itu pun mendongak dan mendapati Jemima yang kini menatapnya.
"Rania gimana?"
"Uda membaik."
Sahut wanita itu seraya duduk di samping Jeffry. Terdengar pria itu menghela nafas lega dan mengangguk beberapa kali.
"Maafin aku."
Ucap Jemima membuat Jeffry beralih menatapnya.
"Aku keterlaluan tadi."
Lanjut wanita itu tertunduk.
"Padahal kamu gak salah apa-apa. Tapi aku malah nuduh kamu yang nggak-nggak."
"Aku emang salah. Harusnya aku lebih perhatiin Rania dan rajin tanya ke kamu hal-hal apa aja yang gak boleh aku lakuin. Dalam hal ini aku emang salah."
"Mas."
"Aku emang gak cukup baik buat jadi papanya anak-anak. Dari dulu sampe sekarang."
Walau samar, Jemima dapat mendengar suara pria itu yang bergetar berusaha menahan tangis. Perlahan jemari Jemima tergerak, memberi tepukan pelan pada pundak Jeffry.
"Nggak. Kamu selalu jadi papa terbaik buat mereka. Papa yang akan selalu di cintai sama Kayla dan Rania."
Mendengar ucapan yang keluar dari bibir Jemima nyatanya tak mampu membuat Jeffry merasa lebih baik. Ia justru menangis tersedu-sedu kini. Sementara Jemima hanya terdiam dengan tangannya yang masih mengusap lembut pundak pria itu.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Tentang Memaafkan [END]
Fanfiction{FANFICTION} Dulu bagi Jemima, seorang Jeffry Alvaro adalah pria paling bertanggung jawab yang ia junjung tinggi. Pria itu adalah sebaik-baiknya tulang punggung yang tuhan takdirkan untuknya. Begitu pula bagi Jeff. Wanita yang biasa ia panggil Jeje...