Jangan lupa vote + komen
***
Jemima menatap kosong pada pintu ruang operasi yang tak jauh dari tempatnya duduk. Untuk kesekian kalinya ia menghela nafas samar. Sudah dua jam semenjak kedatangannya. Namun tak ada tanda-tanda jika pintu itu akan segera terbuka.
Jemima meraih ponselnya dan mengetikkan sebuah pesan yang ia tujukan pada kakak iparnya. Ketika ia hendak memasukkan ponselnya, pergerakannya kembali terhenti begitu menatap bagian belakang case ponsel miliknya. Case yang baru saja di dapatnya beberapa minggu lalu.
"Iya besok mama ikut."
"Janji?"
Ujar gadis mungil itu kembali menyodorkan jari kelingkingnya. Jemima tersenyum tipis dan membalas tautan kelingking putrinya.
"Janji."
Sahut Jemima membuat Rania berseru senang. Gadis itu pun berlari memasuki rumah.
"Kalo gitu aku pamit."
"Hati-hati di jalan mas."
Jeffry mengangguk dan berbalik. Namun baru beberapa langkah, pria itu pun berbalik. Ia kembali mendekati Jemima yang kini memandangnya bingung. Kerutan di keningnya semakin jelas kala pria itu memberikannya sebuah kantung plastik.
"Apa ini mas?"
Tanya Jemima seraya membuka kantung tersebut dan mendapati case ponsel.
"Aku liat case ponsel kamu uda gak layak pakai. Biasanya kamu gak pernah make case yang sama dalam sebulan."
"Ah ini? Aku gak sempet belinya."
Sahut wanita itu tersipu malu.
"Tapi makasih."
Lanjutnya yang di balas oleh senyuman pria itu.
Senyum di bibir Jemima terlukis tipis kala ia mengingat kejadian itu. Sungguh perlakuan sederhana Jeffry selalu mampu membuatnya tersentuh. Pria itu selalu memikirkan hal-hal kecil sekalipun. Yang membuatnya menjadi sangat istimewa. Getaran ponsel miliknya membuat Jemima kembali membaca notifikasi pesan yang masuk sebelum ia meletakkan ponselnya ke dalam tas.
Tatapannya beralih pada Rania yang tertidur pulas dalam gendongan Tian yang kini duduk di sampingnya. Putrinya itu sempat terbangun beberapa saat yang lalu dan kebingungan. Namun tak lama ia kembali tertidur kala Tian mengajaknya berkeliling taman yang ada di rumah sakit.
Ketika Jemima hendak mengusap kepala sang buah hati, suara pintu ruang operasi yang terbuka membuatnya lantas bangkit dan berjalan mendekati seorang pria dengan seragam operasinya.
"Bagaimana kondisi anak saya dok?"
Tanya ibu Jeffry yang telah lebih dulu mendekati sang dokter. Sementara Jemima hanya diam dan memandang penuh harap pada pria yang tengah melepas kacamatanya. Ada jeda untuk beberapa saat sebelum pria itu menghela nafas pelan.
"Mohon maaf ibu. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin namun tuhan berkata lain. Pendarahan pada kepalanya cukup parah dan pak Jeffry dengan berat hati saya nyatakan meninggal di meja operasi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Tentang Memaafkan [END]
Fanfiction{FANFICTION} Dulu bagi Jemima, seorang Jeffry Alvaro adalah pria paling bertanggung jawab yang ia junjung tinggi. Pria itu adalah sebaik-baiknya tulang punggung yang tuhan takdirkan untuknya. Begitu pula bagi Jeff. Wanita yang biasa ia panggil Jeje...