26 : Kemarahan Jemima

866 104 12
                                    

Gak jadi slow update.
Ternyata ideku lagi mengalir
deras 😄

***

Jemima melangkah gontai memasuki rumahnya dengan tatapan kosongnya. Tak menyadari kehadiran dua orang yang saat ini berada di ruang tamu kediamannya. Hingga Alin berdiri tepat di hadapannya membuat langkah wanita itu terhenti.

"Je, kamu dari mana aja? Kenapa kamu gak bisa di hubungi? Ini uda jam berapa coba?"

Bukannya menjawab, Jemima mengedarkan pandangannya. Namun yang ia dapati hanyalah keberadaan Sultan dan juga kakak iparnya.

"Rania mana?"

"Tidur di rumah Tian. Besok pagi dia anter balik. Mbak tanya kamu dari mana aja? Windy bilang kamu uda pulang dari tadi pagi. Tapi kamu gak ada di rumah. Kita semua nyoba nelfon kamu tapi gak ada satupun yang kamu jawab."

Cecar wanita itu sekali lagi namun Jemima masih tak bergeming. Hingga suara pintu yang terbuka dan derap langkah yang mendekat membuat atensi ketiganya teralihkan. Malik menarik Jemima ke dalam pelukannya dan menghela nafas lega.

"Kamu dari mana aja nak? Papa sama yang lainnya kelimpungan nyariin kamu."

Jemima menghela nafas panjang dan memejamkan mata sejenak. Membiarkan buliran bening itu kembali jatuh dari pelupuk matanya. Perlahan melepas pelukan pria paruh baya itu dan menatapnya sendu.

"Pa."

"Kamu gak apa?"

"Apa yang uda papa lakuin?"

"Hm?"

"Papa bilang apa sampe mas Jeff mau cerai dari aku?"

Pertanyaan yang Jemima lontarkan berhasil membuat pria paruh baya itu tertegun. Yang membuat rasa sesak di dadanya kembali terasa. Seolah menjawab sedikit keraguan yang ia rasakan saat ini. Wanita itu pun kembali terisak.

"A-apa maksud kamu?"

"Nadia uda cerita semuanya sama aku. Soal siapa ayah biologis dari anaknya. Apa bener yang dia bilang pa?"

"Je."

"Papa cuma perlu bilang iya atau nggak. Jemima bakal percaya semua yang papa bilang."

"Kamu gak usah percaya kata-kata perempuan itu. Dia itu ular Je. Selama ini dia memeras dan mengancam papa. Dia dendam karena papa ngirim mereka ke Jepang. Padahal niat papa baik. Supaya hidup mereka lebih terjamin."

Tatapan sendu Jemima berubah menjadi jengah kini. Menatap Malik tak percaya dan tertawa hambar.

"Jadi papa juga nyuruh mas Jeff buat ke Jepang dan memutus semua kontak supaya aku gak bisa ngehubungin dia lagi?"

Bagai tertangkap basah, pria paruh baya itu terdiam kini. Sementara Jemima kembali menumpahkan tangisnya. Berjalan mendekati papanya dan mencengkram kuat lengan pakaian pria itu.

"Gimana bisa papa setega itu? Setelah ngehamilin Nadia dan gak mau bertanggung jawab, papa kambinghitamkan suami aku. Jadiin dia sebagai penjahat dan papa bikin kami jadi pisah. Memisahkan anak-anak aku dari papanya. Gak cukup dengan itu, papa juga bikin dia memutus hubungan dengan orang tuanya."

"Jemima."

Kini Sultan mendekat dan menjauhkan adiknya. Mencoba melerai pertengkaran kedua ayah dan anak itu.

"Sepenting itu harga diri papa yang gak pengen orang-orang tau soal sifat bejat papa? Sampe papa bahkan ngorbanin kebahagiaanku?"

"Je, udah."

Sajak Tentang Memaafkan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang