15 : Pergi

847 99 20
                                    

PLAKK

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi pria yang sejak tadi hanya terdiam. Di hadapannya saat ini berdiri sang ibu yang memandangnya dengan tatapan kekecewaan.

"Selingkuh? Bisa-bisanya kamu bikin malu ibu nak?"

"Buk.."

"Pak, anak kita uda ngehamilin anak orang. Kenapa bapak masih bisa tenang?"

Terdengar helaan nafas pelan dari pria paruh baya yang kini bangkit dari duduknya. Berjalan menghampiri sang istri dan menuntunnya untuk kembali duduk.

"Bapak tau Jeffry salah. Tapi ibuk jangan terlalu kebawa emosi. Nanti tensinya naik lagi."

"Ibuk malu pak. Malu sama Jemima dan keluarganya. Malu sama tetangga juga. Gak nyangka kalo anakku bisa se bejat ini."

Tangisnya dalam pelukan sang suami.

"Ya mau bagaimana lagi. Nasi sudah menjadi bubur. Mau diperbaiki pun juga gak bisa buk."

Pria paruh baya itu mengalihkan pandangannya pada Jeffry yang masih memilih untuk bungkam. Ia kembali menghela nafas pelan dan memejamkan mata sejenak.

"Pertanggung jawabkan semua yang sudah kamu lakukan. Kamu sudah menjadi pria yang menyelingkuhi pasanganmu. Tapi jangan sampai kamu juga menjadi pria yang tidak bertanggung jawab."

Ucapnya singkat.

Sementara itu di lain tempat, suara pintu yang di buka dengan sedikit kasar membuat seluruh orang yang berada di ruangan tersebut lantas menoleh keasal suara. Jemima menghela nafas panjang begitu mendapati sosok sang mama yang kini datang dengan kemarahan yang tergambar jelas di wajahnya. Wanita itu beralih menatap Sultan yang berada tepat di sampingnya.

"Mama juga berhak tau."

Ujar pria itu yang membuat Jemima kembali menghela nafas. Sementara wanita paruh baya itu kini mendekat dan berlutut di hadapannya membuat Jemima sedikit tersentak. Dengan buliran bening yang menggenang di pelupuk matanya, Vania menarik putri bungsunya itu ke dalam pelukannya. Mengusap punggungnya lembut dan memberikan tepukan-tepukan ringan.

"Yang sabar ya nak."

Adalah kalimat singkat yang keluar dari bibirnya. Membuat Jemima yang sedari tadi berusaha menahan tangisnya itu pun mulai terisak kini. Membalas pelukan Vania dan menangis sejadinya. Setelah 25 tahun lamanya, akhirnya wanita itu merasakan kembali belaian dan pelukan seorang ibu. Membuatnya yang semula merasa baik-baik saja, kini mendadak berubah menjadi begitu hancur di hadapan ibunya.

-

Sudah tiga bulan berlalu semenjak pengajuan perceraian yang telah di setujui bersama. Dan tepat pada hari ini pengadilan menyatakan bahwa keduanya telah resmi bercerai. Adapun selama proses perceraian baik Jemima maupun Jeffry tak pernah sekalipun menghadiri permintaan untuk mediasi dan hanya di wakili oleh pengacara mereka. Dan berdasarkan hasil kesepakatan bersama, hak asuh anak jatuh ke tangan sang ibu.

Sementara kini Jeffry melangkahkan kakinya menuju gerbang keberangkatan dengan menderet koper miliknya. Sebuah tangan yang meraih lengan pria itu membuat langkahnya terhenti. Ia lantas menoleh dan mendapati Nadia yang menatapnya ragu.

"Kenapa Nad?"

"Kamu yakin?"

"Kita uda bicarain ini seminggu yang lalu. Dan kamu juga uda setuju waktu itu."

"Tapi kalo emang mau menjauh, kita bisa pindah ke luar kota. Gak perlu sampe ke luar negeri."

"Aku kan uda bilang. Aku dapet kerjaan di Tokyo yang mengharuskan kita pindah kesana. Ini semua gak ada hubungannya sama mantan istriku."

Sajak Tentang Memaafkan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang