24 : Pembicaraan

745 101 36
                                    

Jemima berjalan kearah meja tempat puterinya berada. Menatap datar pada dua orang yang kini menatapnya.

"Mama!"

Seru Rania yang tersenyum sumringah begitu menyadari kehadiran mamanya. Mengabaikan tatapan dua orang di hadapannya, wanita itu pun tersenyum menyapa puteri kecilnya. Mendekati Rania dan membantunya membersihkan kedua tangan serta sudut bibirnya yang kotor karena makanan yang di santapnya.

Tanpa berbicara apapun Jemima segera menggendong Rania dan melangkah pergi. Sementara Nadia dan Jeffry saling menatap kini.

"Jeff."

"Kamu tunggu disini."

Ujar pria itu beranjak dari duduknya dan menyusul langkah mantan isterinya.

"Je."

Panggilnya begitu ia berhasil menyamakan langkahnya. Sementara wanita yang terpanggil itu menghentikan langkahnya dan berbalik. Memandang geram pria di hadapannya.

"Oke aku salah karena uda bawa Rania tanpa seizin kamu. Aku minta maaf untuk itu."

"Kamu pikir kesalahan kamu cuma itu?"

"Apa?"

"Bisa-bisanya kamu bawa anak aku trus ajak dia makan sama istri dan anak kamu."

"Je, soal itu-"

"Anak aku bukan anak kalian. Kamu harus inget itu."

Ujar Jemima menekankan kalimatnya.

"Oke aku juga minta maaf untuk itu. Tapi acara makan itu bener-bener gak di sengaja. Awalnya aku cuma sama Rania. Dan gak sengaja ketemu Nadia sama Gio disana."

"Terus kamu pikir aku bakal maklumin hal itu? Nggak, sama sekali nggak. Hari ini kamu uda buat dua kesalahan fatal mas. Rania ketemu dan kenal kamu aja aku gak rela. Apalagi harus ketemu wanita itu."

Ucapnya yang kini melanjutkan langkahnya menuju mobil dengan menggendong Rania. Sementara Jeffry hanya dapat menghela nafas pelan.

-

Tian tersenyum melihat kehadiran mobil yang sedari tadi ia tunggu. Namun senyum di bibir pria itu memudar begitu Jemima muncul dengan raut wajahnya yang tak bersahabat.

"Kamu baru pulang Je."

"Oh mas Tian disini. Ada apa ya mas?"

"Itu.. Aku-"

"Nanti aja ya mas."

Sahut wanita itu singkat dengan membawa Rania berjalan memasuki rumah dan menutup pintu. Meninggalkan Tian yang kini memandangnya bingung. Namun tak lama pria itu kembali di kejutkan dengan bentakan Jemima serta suara tangisan Rania. Dengan tergesa-gesa pria itu pun menerobos masuk.

"Berapa kali mama harus bilang? Rania gak punya papa. Om itu bukan papa Rania!"

Bentak Jemima membuat tangis gadis kecil itu semakin menjadi. Melihatnya membuat Tian memandang wanita di hadapannya tak percaya. Dengan segera ia menarik Jemima membuat wanita itu menatapnya dengan sepasang netranya yang memerah.

"Je, kamu apa-apaan sih? Kok ngebentak Rania?"

"Jangan ikut campur mas. Ini gak ada hubungannya sama kamu."

Sahutnya membuat genggaman pria itu melemah.

"Temen Ania punya baba. Kenyapa Ania ga bica punya baba ma?"

Ucap gadis kecil itu tertatih-tatih di sela isak tangisnya. Membuat amarah Jemima mereda dan berganti dengan tangisnya yang tak mampu lagi ia bendung. Perlahan wanita itu jatuh terduduk dan menangis sejadinya.

Sajak Tentang Memaafkan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang