Jemima berjalan memasuki kamar dengan menggendong Kayla yang baru saja tertidur. Meletakkan ke dalam box khusus bayi dan menepuk pelan paha gadis kecil itu untuk membuatnya terlelap kembali. Ia mengalihkan pandangannya sejenak dan menghela nafas. Menggeleng pelan sembari bangkit dan meraih sebuah handuk yang tergeletak begitu saja di atas ranjang.
Pintu kamar yang di buka membuat wanita itu menoleh keasal suara. Mendapati suaminya yang kini menutup kembali pintu tersebut.
"Mas, aku kan uda bilang kalo-"
Jeffry tersenyum manis dan berjalan cepat menghampiri sang istri kemudian mengambil alih handuk tersebut. Melayangkan kecupan singkat di pipi wanita itu.
"Maaf. Aku lupa."
Sahutnya dan berjalan menuju balkon. Menjemur handuk basah yang baru saja ia pakai.
"Kamu gak balik kerja?"
"Males ah. Hari ini aku pengen pulang cepet."
Jemima berjalan menyusul langkah suaminya. Memeluknya dari belakang membuat pria itu mengernyitkan keningnya heran.
"Gak biasanya kamu manis kayak gini. Ada apa?"
Bukannya menjawab, wanita itu hanya tersenyum dan menggeleng pelan. Melepas pelukannya dan bersandar pada dinding balkon kamarnya.
"Kayaknya aku uda siap mas."
"Untuk?"
"Adek buat Kayla."
"Serius?"
"Iya. Umurku juga uda 30 sekarang. Aku gak mau nunda terlalu lama. Kata dokter beresiko gitu kalo hamil pas usia uda di atas 40an."
"Yaudah ayo bikin!"
Seru pria itu bersemangat sementara Jemima memutar matanya malas.
"Ya nggak sekarang juga kali mas."
"Yahh.."
"Uda sana balik kerja. Dari pada pikirannya mesum mulu."
Mengabaikan raut sedih sang suami, Jemima memilih kembali ke kamarnya untuk melihat keadaan putri kecil mereka.
-
"Makasih ya Je, uda mau nemenin aku ke dokter kandungan."
"Santai aja kali mbak. Mas Sultan kan gak bisa nemenin. Jadi uda kewajiban aku buat nemenin mbak."
"Ngomong-ngomong, Kayla kok gak kamu ajak?"
"Lagi di rumah eyangnya."
Sahut Jemima ketika keduanya terduduk di salah satu bangku yang tersedia. Poli kandungan pagi hari ini nampak lebih sepi dari biasanya. Hanya terdapat beberapa pasien maupun wanita hamil yang sedang terduduk dan menunggu gilirannya.
"Ibu Alin Oktavia Dewi."
Begitu namanya di panggil, Alin lantas bangkit dan menatap saudari iparnya sekilas.
"Aku titip Billy bentar ya Je."
Wanita itu hanya menanggapinya dengan anggukan pelan. Selepas kepergian Alin, ia lantas bangkit dari duduknya dan menggandeng tangan keponakannya.
"Jajan yuk."
Ajaknya yang diangguki bocah lelaki itu dengan senyuman lebarnya. Baru beberapa langkah, pandangan Jemima terfokus pada seorang wanita yang kini membelakanginya. Sosok itu nampak tak asing baginya bahkan walaupun ia tak melihat sedikitpun sisi wajahnya.
"Nadia?"
Panggilnya membuat langkah wanita itu terhenti. Jemima tersenyum tipis begitu sosok itu berbalik dan tebakannya benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Tentang Memaafkan [END]
Fanfiction{FANFICTION} Dulu bagi Jemima, seorang Jeffry Alvaro adalah pria paling bertanggung jawab yang ia junjung tinggi. Pria itu adalah sebaik-baiknya tulang punggung yang tuhan takdirkan untuknya. Begitu pula bagi Jeff. Wanita yang biasa ia panggil Jeje...