Komen kurang dari 10, aku..
Ancem pake apalagi enaknya ya 🙃
Ya adalah pokoknya..***
Sepagi ini Jemima sudah disibukkan dengan mempersiapkan segala keperluan Rania. Ya, puteri kecilnya itu bahkan bangun tepat pukul empat dini hari dan memaksanya untuk ikut bangun untuk bersiap-siap pergi. Seperti yang telah ia janjikan sebelumnya, wanita itu akan ikut bersama Jeffry dan juga Rania. Menikmati akhir pekan mereka bersama-sama.
Setelah selesai mendadani Rania yang kini menikmati sarapannya, barulah ia bisa melaksanakan tugas kesehariannya membersihkan rumah. Hingga akhirnya dering ponselnya memaksa Jemima kembali menghentikan pekerjaannya untuk menjawab panggilan milik Jeffry.
"Halo."
"Aku berangkat 15 menit lagi Je."
Suara sang mantan suami di seberang sana membuat Jemima mendelik. Ia lantas beralih pada jam dinding yang menunjukkan pukul setengah delapan. Sudah hampir waktu yang di janjikan dan wanita itu belum juga bersiap-siap.
"Je?"
Terdengar lagi suara milik Jeffry membuat wanita itu tersadar dari kepanikannya.
"Iya mas. Aku masih siap-siap."
Sahutnya seraya mengakhiri panggilan. Dengan cepat Jemima menyelesaikan pekerjaannya menyapu rumah dan berjalan menuju Rania yang telah menyelesaikan makanannya.
"Sayang, mama mandi dulu. Kalo denger ada bel, jangan di bukain pintu dulu. Kamu datengin mama biar mama yang liat siapa yang dateng."
Instruksi Jemima sementara puterinya hanya mengangguk mengerti. Wanita itu pun bergegas menuju kamarnya.
Seperti yang dapat di prediksi dari seorang Jeffry Alvaro yang tak pernah terlambat dari janjinya, tepat pukul delapan pagi, mobil miliknya telah terparkir di depan rumah Jemima. Dan di saat itu pula wanita itu telah selesai dengan dandanannya. Tak banyak yang dapat ia lakukan dan hanya memoles wajahnya tipis.
Dengan menggandeng Rania, Jemima membuka pagar dan mendapati Jeffry yang baru saja keluar dari mobil. Pria itu tersenyum menampilkan sepasang lesung pipinya yang menawan. Berjalan menghampiri Rania dan menggendongnya kemudian melayangkan kecupan singkat di pipi gadis kecilnya.
"Ayo masuk."
Ucap Jeffry seraya membukakan pintu untuk Jemima. Wanita itu pun tersenyum dan memasuki mobil sang mantan suami. Kembali mengambil alih Rania untuk ia pangku.
"Kita mau kemana mas?"
Tanya wanita itu ketika Jeffry telah duduk di balik kursi kemudinya. Pria itu pun tersenyum sebelum memberikan jawaban.
"Ke taman bermain. Rania pengen naik bianglala katanya."
Sahutnya seraya memakai sabuk pengamannya. Sementara Jemima mengangguk mengerti dan mengalihkan pandangannya pada kondisi jalanan ketika pria itu mulai menancapkan gas mobilnya.
Selama di perjalanan tak banyak yang dua orang dewasa itu bicarakan. Mereka hanya sesekali menanggapi ucapan Rania yang seakan tak ada habisnya. Sesekali tertawa mendengar ungkapan-ungkapan menggemaskan yang di lontarkan sang buah hati.
-
"Uda sampai."
Ucap Jeffry yang membuat Rania kembali berseru senang. Mereka pun bergegas keluar dari mobil dan memasuki area taman bermain yang memang sedari dulu ingin puteri merek datangi. Tempat yang menjadi salah satu wish list Rania sejak dulu untuk dikunjungi bersama namun tak bisa Jemima turuti karena ia sendiri di sibukkan dengan pekerjaannya.
Menyadari perubahan raut wajah pada wanita itu, Jeffry menepuk pelan pundaknya hingga membuat Jemima menoleh.
"Kamu kenapa?"
Wanita itu pun tersenyum kikuk dan menggeleng pelan seraya menurunkan Rania dari gendongannya. Kedua tangan mungil gadis itu pun menggenggam tangan Jeffry dan Jemima untuk ia tuntun. Membuat keduanya terkekeh dan mengikuti kemana langkah Rania akan membawanya.
Sesekali tawa meliputi mereka yang menikmati hari libur dengan menaiki hampir semua wahana yang ada disana. Bermain beberapa permainan anak-anak yang di sediakan serta menikmati beragam cemilan yang di jual disana. Hingga akhirnya ketiga orang itu menikmati pemandangan melalui wahana bianglala yang mereka naiki.
Sesekali baik Jemima maupun Jeffry menjawab pertanyaan-pertanyaan Rania yang penuh keingintahuan mengenai benda-benda yang belum pernah di lihatnya sebelumnya. Hingga tanpa disadari Rania mulai terlelap di pangkuan Jemima bahkan sebelum bianglala mereka berhenti pada tempatnya.
Situasi canggung namun terasa hangat itu membuat keduanya hanya terdiam dan saling menatap dalam keheningan. Hingga akhirnya Jeffry tak mampu lagi untuk menahan diri agar tetap diam.
"Je."
Panggilnya yang entah mengapa membuat debaran jantung Jemima berdetak tak karuan. Wanita itu pun hanya berdehem mencoba untuk tetap terlihat tenang. Tak ingin berucap karena ia yakin jika suaranya akan terdengar bergetar.
"Makasih uda ijinin aku untuk ketemu Rania kapanpun aku mau."
Jemima tersenyum tipis menanggapi ucapan Jeffry. Tatapan pria itu begitu teduh dan menenangkan. Tatapan yang selalu ia sukai dan amat ia rindukan bahkan setelah mereka berpisah beberapa tahun yang lalu.
"Je."
"Hm?"
"Aku masih sayang sama kamu. Maafin aku karena selama ini gak pernah menegaskan kalo kamu memang sepenting itu buat aku. Sampe bikin aku gak bisa berpikir rasional dan terlalu terburu-buru dalam mengambil keputusan."
"Apa kamu menyesal?"
"Sangat. Aku sangat menyesali keputusanku yang lebih memilih pergi. Lebih banyak yang hilang dibanding dengan yang coba aku pertahankan. Aku kehilangan kepercayaan orang tuaku, kehilangan Kayla, dan kehilangan kamu."
Ucap pria itu yang kini tertunduk dan menghela nafas berat. Mengeratkan tautan pada kesepuluh jarinya. Sementara Jemima masih setia memandang dari tempatnya.
"Je, aku.."
Jeffry memilih menghentikan kalimatnya ketika bianglala yang mereka naiki terhenti dan pintu di buka oleh salah satu petugas. Mereka pun bergegas keluar dengan Rania yang berada dalam gendongan Jemima.
"Kayaknya Rania uda capek banget. Kita pulang sekarang ya?"
Jemima mengangguk menanggapi ajakan pria itu.
-
Langkah Jemima terhenti tepat di depan pagar rumahnya. Ia pun berbalik dan menatap Jeffey yang berdiri di samping mobilnya. Pria itu tersenyum seraya melambaikan tangan.
"Aku pulang."
"Mas."
Panggilnya yang membuat Jeffry kembali menoleh.
"Besok lusa Rania ulang tahun."
"Oh ya?"
"Kali ini gak aku rayain rame-rame."
Jeffry mengangguk mengerti. Pria itu kembali memandang Jemima yang berjalan mendekatinya.
"Aku cuma mau undang kamu."
"Aku?"
"Kita makan malam bareng ya? Aku mau masakin opor ayam kesukaan kamu."
"Cuma kita bertiga?"
Jemima mengangguk pelan yang membuat senyum manis pria itu kembali terlukis.
"Kalo gitu aku masuk. Kamu hati-hati di jalan."
Ujarnya yang kembali berjalan memasuki rumahnya. Meninggalkan Jeffry yang masih setia berdiri pada posisinya.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Tentang Memaafkan [END]
Fanfiction{FANFICTION} Dulu bagi Jemima, seorang Jeffry Alvaro adalah pria paling bertanggung jawab yang ia junjung tinggi. Pria itu adalah sebaik-baiknya tulang punggung yang tuhan takdirkan untuknya. Begitu pula bagi Jeff. Wanita yang biasa ia panggil Jeje...