25 : Rahasia Besar

820 109 29
                                    

"Halo Je."

"Mas masih di kantor?"

"Iya. Kenapa?"

"Boleh minta tolong?"

"Minta tolong apa?"

"Tolong jemputin Rania. Aku masih ada urusan. Nanti aku jemput ke rumah kamu."

"Oke."

"Makasih mas."

Ujar Jemima seraya mengakhiri panggilannya. Pandangannya beralih pada Nadia yang kini meletakkan cangkir kopi yang baru saja di minumnya.

"Sekarang langsung ke intinya. Maksud kamu cerita ini semua ke aku buat apa?"

"Kita bicara pelan-pelan aja Je. Karena ceritanya cukup panjang."

"Aku gak punya banyak waktu buat denger semua omong kosong kamu."

"Gio bukan anak kandung Jeffry. Kita jelas-jelas gak pernah ada hubungan kayak gitu. Dari dulu sampe sekarang."

"Dan kamu pikir aku bakal percaya? Setelah semua yang uda kalian lakuin?"

"Berbeda dengan Jeff yang datang buat memperbaiki hubungan dengan orang tuanya dan ketemu sama anaknya, tujuan utama aku balik kesini adalah buat ngejelasin semuanya. Rahasia yang gak bisa kami ungkapin empat tahun yang lalu. Tentang siapa ayah dari Gio yang sebenarnya."

Ucap wanita itu yang nampak ragu untuk sesaat. Namun tatapannya yang serius membuat rasa penasaran Jemima mulai muncul.

"Ayah Gio, adalah seseorang yang gak akan kamu sangka."

"Stop basa basinya. Cepet kasih tau aku siapa."

"Jadi kamu uda mau dengerin semua penjelasanku?"

Ujarnya tersenyum tipis sementara Jemima mulai kehilangan kesabarannya kini.

"Nadia!"

"Papa kamu Je."

"Apa?"

"Gio adalah anak papa kamu."

Jawaban singkat Nadia membuat Jemima tercengang. Tak lama ia tertawa hambar dan menatap geram wanita di hadapannya.

"Gak lucu Nad."

"Je."

"Setelah ngancurin rumah tangga aku, sekarang kamu juga mau fitnah papa aku?"

"Aku serius."

"Dan kamu pikir aku percaya?"

"Makanya kamu harus dengerin semua cerita aku!"

Bentak wanita itu yang juga mulai kehilangan kesabarannya. Nadia menghela nafas pelan dan kembali memandang Jemima intens.

"Saat itu, kurang lebih empat tahun yang lalu, pertama kalinya aku ketemu papa kamu. Di acara makan malam kantor. Kebetulan dia adalah salah satu pemegang saham di perusahaan tempatku dulu. Kamu juga tau itu."

Ada jeda sejenak sebelum Nadia melanjutkan kalimatnya. Walaupun samar, namun ia terlihat sedikit tak nyaman untuk kembali teringat akan masa lalunya.

"Saat itu sebagian temen kantor mabuk berat. Mereka bahkan uda gak peduli keadaan sekitar. Hanya aku dan beberapa temenku yang pamit untuk pulang duluan yang gak mabuk. Karena kita emang cuma minum sedikit. Dan malam itu juga kejadian menjijikkan itu terjadi."

"Apa maksud kamu?"

"Pas aku mau pulang, papa kamu nawarin buat nganterin. Karena aku tau dia papa kamu, aku rasa gak perlu sungkan ataupun gimana. Dan karena waktu itu juga gak terlalu malem jadinya aku ikut aja. Dan entah kenapa pas di dalem mobil, kesadaranku mulai hilang. Dan kamu tau apa yang terjadi setelahnya? Papa kamu gak bawa aku pulang ke rumahku. Dia justru bawa aku ke hotel."

Sajak Tentang Memaafkan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang