16 : Kembali

808 102 14
                                    

Senyum di bibir Jemima mengukir kian merekah. Memandangi sebuah foto di layar ponselnya. Foto sang buah hati yang dikirimkan Sultan beberapa saat yang lalu. Ia terus menggeser tiap foto-foto sebelumnya yang dikirimkan Sultan kepadanya hingga jemarinya terhenti pada satu foto. Foto yang lebih tepatnya dikirimkan tiga tahun yang lalu. Foto Kayla yang tengah menangis memeluk sebuah boneka. Boneka terakhir pemberian mantan suaminya.

Dengan menghela nafas panjang, ia menekan tombol keluar pada ponselnya dan meletakkannya kembali di atas meja. Senyum yang semula terlihat manis itu kini berubah menjadi masam. Jemarinya tergerak pada mouse komputer di hadapannya. Berusaha memfokuskan pada pekerjaannya saat ini.

Sementara Tian yang berada di sudut ruangan diam-diam memperhatikan tiap pergerakan rekannya. Perlahan ia pun bangkit dan berjalan mendekat. Terduduk di samping wanita itu hingga membuatnya tersadar dari lamunannya.

"Minggu ada acara nggak?"

"Kenapa mas?"

"Ikut aku liat lokasi yuk."

"Loh bukannya uda sama mbak Windy?"

"Windy ada janji mau periksa ke bidan."

Ujar pria itu membuat Jemima mengerti. Ya. Semenjak menikah tiga tahun yang lalu, sahabat sekaligus rekannya itu akhirnya hamil juga. Kondisinya yang lemah seringkali membuatnya harus absen dari pekerjaannya. Jika sudah seperti ini, Jemima lah yang akan menggantikan posisinya sebagai partner Tian.

"Gimana Je?"

"Sebenernya minggu aku mau ketemu ibu sama ayah sih. Mereka uda kangen sama cucunya katanya."

Sahut wanita itu membuat senyum Tian perlahan memudar. Sedikit terkenang akan kepahitan yang Jemima rasakan. Bahkan setelah apa yang Jeffry lakukan kepadanya, Jemima masih menjalin hubungan yang baik dengan kedua orang tuanya.

Menyadari perubahan pada raut wajah Tian, Jemima lantas kembali tersenyum.

"Tapi aku cuma sebentar kok. Cuma nganterin aja. Kamu bisa jemput aku kesana? Aku naik taksi soalnya."

"Yaudah."

"Jemput aku jam sepuluh ya?"

Ujarnya yang membuat Tian kembali tersenyum dan mengangguk setuju.

-

"Ya ampun cucu oma uda dateng."

Seru wanita paruh baya yang kini mendekat dan menggendong gadis mungil dengan senyum manisnya.

"Duduk Je."

"Iya pak."

Sahut Jemima tersenyum sembari melangkah memasuki ruang tamu sederhana itu. Terduduk di salah satu sofa dan menatap teduh pada kedua mantan mertuanya yang kini disibukkan mengajak bercanda cucu mereka.

"Kamu sendirian kesininya? Gak sama Sultan?"

"Nggak buk."

"Mobil kamu mana? Kok naik taksi?"

"Lagi di bawa ke bengkel pak. Mesinnya agak bermasalah gitu."

Sahutnya sementara kedua pasangan paruh baya itu mengangguk mengerti kini.

"Cucu opa cantik banget."

"Heh cucumu cucuku juga loh pak."

"Lah emang bapak ada bilang kalo bukan cucumu buk? Kamu ini sensian terus."

Mendengar perdebatan dua orang itu Jemima hanya tersenyum geli. Baginya dua orang di hadapannya saat ini adalah gambaran sepasang kekasih yang hidup begitu harmonis walau seringkali terlibat perdebatan kekanakan seperti saat ini.

Sajak Tentang Memaafkan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang