"Ayo kita cerai."
Tiga kata yang Jeffry lontarkan kembali terasa bagaikan vonis hukuman mati bagi Jemima. Hingga membuat wanita itu termenung berusaha mencerna maksud dari perkataannya.
"Apa kamu bilang?"
"Aku mau cerai."
Jemima menepis kasar genggaman pria itu dan kini menatapnya dengan sepasang netranya yang memerah.
"Semudah itu kamu minta cerai?"
"Aku pikir ini yang terbaik buat kita."
"Buat kita? Bukan buat kamu sama cewek itu?"
"Je."
"Kamu pikir kenapa sampe sekarang aku tetep bertahan? Buat apa? Karena aku mencoba yang terbaik yang aku bisa untuk mempertahankan kata 'kita' yang kamu maksud. Aku, kamu, dan Kayla."
Terdengar pria itu kembali menghela nafas pelan dan menggenggam tangan sang istri. Menatapnya penuh arti namun Jemima kembali menepisnya.
"Cerai? Kamu pikir aku gak pernah mikirin buat cerai? Tiap jam ada ratusan bahkan ribuan kali kata itu muncul dalam pikiranku.Tapi gak sekalipun aku ucapkan. Karena aku mencoba yang terbaik yang aku bisa. Karena tujuh tahun berharga yang gak bisa aku hilangkan gitu aja. Dan sekarang dengan begitu gampangnya kamu bilang mau cerai?"
"Maafin aku."
"Apa cewek itu yang minta? Iya? Dia mau supaya kamu ninggalin aku sama Kayla?"
"Nggak Je. Nadia gak tau apa-apa."
Jemima tertawa hambar mendengar sanggahan pria itu yang dirasa begitu cepat. Tanpa sepatah kata, ia pun bangkit dan berjalan menuju kamar kemudian menutup pintu. Meninggalkan Jeffry yang kembali menghela nafas kasar dan bersandar pada bahu sofa.
-
"Je, aku titip Billy ya. Mau ke kondangan sebentar."
Ujar Alin membuat Jemima tersadar dari lamunannya. Wanita itu tersenyum tipis dan menganggguk menanggapi. Beralih menatap dua anak kecil yang kini asik bermain. Tak ingin berlarut-larut dalam pemikirannya yang tak berujung, ia segera bangkit dan menghampiri Billy serta Kayla yang tengah asik bermain di lantai.
Sementara Alin yang belum juga beranjak dari tempatnya masih setia memperhatikan gerak-gerik adik iparnya itu dengan tatapan curiga. Hingga genggaman tangan Sultan membuat wanita itu menoleh.
"Kenapa sayang?"
"Oh nggak."
"Yuk."
Alin mengangguk pelan dan mengikuti langkah sang suami. Namun wanita itu kembali terdiam dan tak juga memasuki mobil membuat Sultan kembali menoleh.
"Lin?"
"Mas ngerasa ada yang aneh gak sih sama adek kamu?"
"Maksud kamu Jemima?"
Sultan menoleh pada jendela rumahnya yang memperlihatkan sosok Jemima tengah bersenda gurau dengan keponakan serta anaknya. Pria itu pun kembali menatap istrinya dan menggeleng pelan.
"Emang ada apa?"
"Aku ngerasa ada yang dia sembunyiin dari kita."
"Kamu lagi ngomongin adek aku yang gak bisa nahan emosi itu? Serius? Jemima yang bahkan masalah sekecil apapun bisa bikin dia cemberut seharian?"
"Ya mana kita tau."
"Kamu kebanyakan nonton sinetron. Jadinya mikirin yang aneh-aneh."
"Tapi mas-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Tentang Memaafkan [END]
Fanfiction{FANFICTION} Dulu bagi Jemima, seorang Jeffry Alvaro adalah pria paling bertanggung jawab yang ia junjung tinggi. Pria itu adalah sebaik-baiknya tulang punggung yang tuhan takdirkan untuknya. Begitu pula bagi Jeff. Wanita yang biasa ia panggil Jeje...