Komen kurang dari 10 komentar, aku hapus cerita ini.
***
Jeffry memarkirkan mobilnya tepat di depan rumah Jemima. Keduanya terdiam dan saling bertukar pandang begitu menyadari kehadiran Vania. Dengan ragu-ragu, Jemima melepas sabuk pengaman yang melilit tubuhnya kemudian bergegas keluar dari mobil dengan Rania yang terlelap dalam gendongannya.
"Ma."
Panggil wanita itu membuat Vania yang tengah membelakanginya lantas berbalik dengan raut khawatir yang tergambar jelas di wajahnya.
"Kamu kenapa gak bisa di hubungin sih?"
"Aku gak buka HP sama sekali."
"Mama denger Rania sakit. Gimana? Sekarang uda mendingan?"
Tanyanya seraya mengusap lembut puncak kepala cucunya yang kini mulai terbangun. Jemima tersenyum tipis dan mengangguk pelan menanggapi pertanyaan wanita paruh baya itu.
"Baba!"
Panggil Rania senang membuat Vania lantas mengikuti arah pandang gadis cilik itu.
"Kamu.."
Raut wajah Vania seketika berubah ketus. Memandang tak suka pada Jeffry yang entah sejak kapan keluar dari mobilnya. Melihat bagaimana tatapan sang ibu, Jemima yakin akan terjadi hal yang tak diinginkannya sebentar lagi.
"Ngapain kamu disini? Ngapain kamu ketemu Rania!"
"Ma.."
"Jangan panggil-panggil saya mama! Memangnya saya ibu kamu?!"
"Ma, udah.."
Kali ini Jemima yang buka suara. Menarik Vania untuk menjauh. Namun rupanya wanita paruh baya itu enggan untuk melangkah pergi barang sedikitpun.
"Ngapain kamu datang? Belum puas kamu nyakitin anak dan cucu-cucu saya? Apalagi yang mau kamu hancurkan hah?"
Makinya namun Jeffry hanya terdiam di tempatnya. Pria itu tertunduk dan tak berniat untuk buka suara. Hal yang selalu Jemima benci dari mantan suaminya itu.
Sementara Rania kini menangis dalam pelukan Jemima karena terkejut dengan teriakan neneknya. Menyadari jika kini tengah menjadi perhatian beberapa tetangga yang lewat, wanita itu pun kembali menarik Vania untuk masuk.
"Lepas Jemima!"
"Kita bicara di dalam ma. Gak enak di liat tetangga. Dan juga ada yang mau aku omongin."
Ujarnya membuat Vania berhenti memberontak. Ia mengalihkan pandangannya sejenak pada Jeffry sebelum mengangguk setuju. Mengambil alih Rania dari gendongan Jemima dan bergegas memasuki rumah.
Selepas kepergian ibunya, Jemima berbalik dan menatap Jeffry yang masih pada posisinya. Wanita itu pun mendekat dan menatap pria di hadapannya yang tak juga bergeming. Perlahan jemarinya bergerak dan menautkannya pada jari telunjuk pria itu. Membuat Jeffry mendongak dan menatapnya.
"Mama belum tau soal papa. Karena aku gak tau gimana cara jelasinnya."
"Je."
"Tapi aku bakal kasih tau sekarang. Aku gak mau kamu terus-terusan di salahpahami."
"Tapi-"
"Kamu pulang dan istirahat aja. Kamu gak tidur dari kemaren. Nanti aku telfon."
Ucap wanita itu seraya melepas tautan jari mereka kemudian berbalik dan berjalan memasuki rumahnya. Meninggalkan Jeffry yang masih terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Tentang Memaafkan [END]
Fanfiction{FANFICTION} Dulu bagi Jemima, seorang Jeffry Alvaro adalah pria paling bertanggung jawab yang ia junjung tinggi. Pria itu adalah sebaik-baiknya tulang punggung yang tuhan takdirkan untuknya. Begitu pula bagi Jeff. Wanita yang biasa ia panggil Jeje...