4 : Ulang Tahun Kayla

677 90 5
                                    

"Aku hamil."

Dua kata yang wanita itu lontarkan sontak membuat langkah Jemima terhenti. Menyadari kehadiran sang istri, Jeffry menoleh dengan raut wajahnya yang tak dapat diartikan.

"Je.."

Seulas senyum tipis yang terlukis di bibir Jemima berhasil menghentikan langkah pria itu yang hendak mendekat.

"Nadia, kok gak masuk?"

"Oh hai Je."

"Kebetulan hari ini kita lagi adain syukuran kecil-kecilan buat ulang tahun Kayla. Yuk gabung."

"Je, aku.."

"Kita bicara di luar."

Sanggah Jeffry yang kini melanjutkan langkahnya. Menyerahkan Kayla yang sedari tadi ia gendong dan tersenyum kikuk.

"Aku keluar sebentar."

Ucap pria itu sementara sang istri menatapnya bingung. Mengalihkan pandangan sejenak pada gadis yang sedari tadi masih terdiam di tempatnya dan nampak begitu gelisah.

"Ada apa ya mas?"

"Gak akan lama."

"Tapi-"

"Aku bakal balik sebelum yang lain dateng."

Lanjutnya sembari mengusap lembut puncak kepala dan melayangkan kecupan singkat pada kening putri kecil mereka. Jemima mengangguk mengerti dan berjalan memasuki rumahnya dengan menggendong Kayla. Sementara Jeffry kembali berbalik dan menatap gadis yang merupakan teman masa kecilnya itu cukup lama.

"Ayo."

Ajaknya dan berjalan lebih dulu.

-

Suasana sore ini begitu meriah. Senyuman manis menghiasi wajah mereka kala gadis kecil yang kini duduk di pangkuan mamanya menatap penuh kekaguman pada tart besar yang terhidang tepat di hadapannya.

"We we."

Seru Kayla yang bertepuk tangan semangat dan mengundang tawa semua orang. Mereka pun mulai menyanyikan lagu ulang tahun untuk gadis kecilnya yang kini genap berusia dua tahun.

Jemima mulai memotong kue dan menghidangkannya pada setiap tamu yang ia undang sebelum akhirnya memberi sesuap kue pada Jeffry dan mengecup singkat pipinya.

"Makasih sayang."

Ucap pria itu yang membalas dengan kecupan lembut di bibir sang istri.

"Gak kerasa ya Kayla uda dua tahun sekarang. Rasanya baru kemaren ibu gendong dia. Masih kecil banget dulu."

"Iya bu. Sekarang uda gede dan pinter ngomong. Cerewet mirip mamanya."

"Kalo cerewet sih nurun dari kamu mas."

Protes Jemima tak terima.

"Tapi ini kalian gak ada niatan buat bikin adek untuk Kayla?"

"Ada sih pa. Jeje yang gak mau."

"Kay masih kecil pa. Dia masih butuh perhatian ekstra buat tumbuh kembangnya. Nanti aja kalo uda agak gede."

"Iya bener. Kayla masih butuh kasih sayang dari papa mamanya."

Sahut Sultan yang kini menengahi.

Suasana hangat yang menyelimuti kediaman keluarga kecil itu buyar kala pintu rumah yang di buka dengan kasar. Menampakkan sosok wanita paruh baya yang hadir dengan emosi yang siap ia luapkan.

"Bagus ya kalian. Bisa-bisanya gak ngundang mama di acara ulang tahun cucu mama."

"Jaga cara bicara kamu Vania. Apa kamu gak malu sama besan?"

"Aku gak ngomong sama kamu mas. Minggir."

Ujar Vania yang kini berjalan mendekati Jemima namun wanita itu berbalik dan menyerahkan putri kecilnya pada Alin.

"Atas dasar apa aku harus ngundang mama ke acara anak aku?"

"Apa?"

"Kayla bukan cucu kamu."

"Je.."

Sanggah Sultan yang kini mendekat dan berusaha menghalau pertikaian kedua orang itu.

"Bu, pak, maafin aku. Acara Kayla jadi rusak gini."

"Jemima Anastasia!"

"Jangan pernah panggil aku dengan nama itu! Itu nama pemberian papa. Mama gak berhak buat manggil nama aku."

"Berani kamu ngebentak mama?"

"Sebaiknya kamu pulang."

"Gini cara kamu ngedidik anak-anak kita mas? Apa yang uda kamu ajarin ke mereka sampe mereka ngebenci aku kayak gini!"

"Aku gak bilang apa-apa. Mereka uda di usia yang cukup mengerti dengan apa yang terjadi saat itu."

Sahutnya membuat Vania terdiam. Mengalihkan pandangannya pada kedua anaknya yang kini membuang muka sebelum kembali menatap mantan suaminya. Mengedarkan pandangannya ke setiap orang yang kini menatapnya tanpa bersuara. Tanpa sepatah kata pun ia akhirnya memutuskan pergi begitu saja.

Di saat yang bersamaan, Jemima kembali terduduk dan menutupi wajahnya berusaha untuk meredam tangisnya. Jeffry yang berada tepat di sebelah sang istri pun merangkulnya dan memberi tepukan-tepukan ringan berusaha untuk menenangkan.

-

"Kayla uda tidur."

Ucap Jeffry yang membuat Jemima tersadar dari lamunannya. Pria itu menutup pintu kamar dan berjalan menuju sofa ruang tamu. Mengusap lembut punggung tangan istrinya.

"Maafin aku mas."

"Untuk?"

"Uda kasar di depan orang tua kamu."

"Bukan mereka yang kamu bentak Je. Tapi mama kamu."

"Aku tau. Tapi.."

"Dan justru karena itu, kamu makin ngerasa gak nyaman."

Jemima menghela nafas pelan dan tertunduk. Memperhatikan jemari sang suami yang berada di atas punggung tangannya. Hangat. Tak ada kata lain yang dapat menggambarkan apa yang ia rasakan saat ini selain kehangatan. Hal yang selalu ia terima dari suaminya itu ketika ia benar-benar membutuhkannya.

"Je."

"Hm?"

"Aku boleh kasih saran?"

"Saran apa?"

"Aku tau kamu gak bakal suka sama saran aku. Tapi bisa gak kamu maafin mama?"

"Mas."

Wanita itu kembali mendongak dan menatap dalam pada sepasang mata Jeffry yang memandangnya teduh.

"Setiap orang punya kesalahannya masing-masing. Dan mereka juga punya kesempatan untuk dimaafkan. Jadi.."

"Mama aku gak pernah minta maaf mas. Jangankan ke aku sama mas Sultan. Ke papa aja nggak."

"Aku tau. Tapi dia mama kamu. Orang yang berjuang nyawa buat ngelahirin kamu. Hal yang selalu aku syukuri sampe saat ini."

"Mas.."

"Gak perlu buru-buru. Nikmatin tiap prosesnya. Berusaha untuk memperbaiki semuanya. Gak peduli siapa yang salah, tapi bukannya memulai itu lebih baik dari pada mengakhiri? Ikatan antara anak sama ibu gak boleh berakhir. Kamu uda jadi ibu sekarang. Aku yakin kamu uda bisa paham sedikit tentang hal itu."

Seulas senyum tipis terlukis di wajah Jemima. Ia mengangguk pelan dan memeluk pria di hadapannya.

"Makasih mas. Aku bersyukur punya kamu di hidup aku."

Ujarnya mengecup singkat ceruk leher sang suami kemudian menenggelamkan wajahnya di bahu pria itu. Sementara Jeffry tersenyum manis di balik punggung Jemima dan membalas pelukannya kemudian melayangkan kecupan beruntun di bahu istrinya.

~~~

Sajak Tentang Memaafkan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang